Para peneliti mengemukakan hasil ini mendukung hipotesis bahwa pengolahan humor melibatkan kognitif serta komponen efektif, variabel-variabel ini mempengaruhi pelaksanaan frame pergeseran dan blending konseptual dalam proses pengolahan humor.
2. Menikmati kesendirian
Para peneliti dari Indonesia dan Singapura Management University menganalisis data dari survei yang melibatkan 15000 orang dewasa berusia antara 18 hingga 28 tahun yang menjalani tes IQ, mereka menemukan bahwa orang dengan IQ rendah hingga menengah umumnya merasa tidak bahagia dengan tinggal di daerah sepi, tapi bagi orang yang sangat cerdas bersosialisasi dengan teman-teman bisa membuat mereka tidak bahagia.
Para peneliti mengemukakan bahwa individu yang cerdas mengalami kepuasan hidup yang lebih rendah jika dia banyak bersosialisasi.
3. Malas secara fisik
Banyak orang yang saat ini lebih suka duduk berlama-lama menonton netflix sepanjang malam daripada pergi ke gym.
Namun malas secara fisik juga bisa berarti tanda seseorang memiliki pemikiran yang lebih.
Para peneliti dari Florida Gulf Coast University menilai 60 relawan menggunakan need for cognision (NFC) test untuk membagi mereka dalam golongan pemikir dan non pemikir, serta memantau aktivitas fisik mereka selama seminggu.
Peneliti menemukan bahwa non pemikir cenderung lebih efektif daripada pemikir dan individu dengan NFC tinggi tampak lebih puas menghibur diri secara mental sedangkan individu rendah NFC cepat mengalami kebosanan dan pengalaman lebih negatif.