KABAR BANTEN - Di kalangan milenial Amerika, sindrom bebek atau 'Duck Syndrome' sedang ramai diperbincangkan, khususnya dalam dunia kemahasiswaan.
Biasanya, penderita Duck Syndrome akan menutupi kesusahannya dengan berpura-pura bahagia dan menutupnya dengan balutan tawa.
Duck Syndrome sendiri pertama kali dikemukakan di Stanford University, Amerika Serikat, untuk menggambarkan persoalan para mahasiswanya.
Baca Juga: Perbedaan Stres, Depresi dan Frustasi, Berikut Penjelasannya
Mengutip dari akun instagram resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia @kemdikbud.ri, istilah Duck Syndrome dianalogikan seekor bebek yang berenang seolah sangat tenang.
Namun, kakinya berjuang keras terus bergerak dengan sekuat tenaga agar tubuhnya tetap bisa berada di atas permukaan air dan tidak tenggelam.
Hal tersebut pun dikaitkan dengan kondisi seseorang yang terlihat tenang dan baik-baik saja, namun sebenarnya mengalami banyak tekanan dan kepanikan dalam mencapai tuntutan hidupnya, sama seperti mahasiswa.