Sejarah Pulau-pulau di Indonesia, Dan Legenda yang Berkembang Pada Masa Lampau

- 5 April 2023, 16:39 WIB
Pulau Papua, Indonesia
Pulau Papua, Indonesia /Pexels /Stjin Djikstra

 

KABAR BANTEN - Sebagaimana diketahui, pulau-pulau di Indonesia terbagi menjadi tujuh bagian besar. Yaitu Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.

Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal YouTube YtCrash Claims, berikut adalah sejarah pulau-pulau yang berada di Indonesia dan legenda yang berkembang pada masa lampau.

Baca Juga: Resep Kastengel Premium, Rasanya Gurih Renyah, Mudah Tanpa Cetakan Bisa DIbuat Sendir di Rumah

Sumatera Pulau Emas

Dalam berbagai prasasti, Pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta yaitu Swarnadwipa atau Swarnabhumi. Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum masehi.

Selain itu, Sumatera juga dikenal sebagai Pulau Andalas. Pada masa Dinasti ke-18 Fir'aun di Mesir di pesisir barat Pulau Sumatera, telah ada pelabuhan yang ramai dengan nama Barus.

Barus yang berada di daerah Tapanuli, diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal kapur barus.

Ternyata kamper atau kapur barus digunakan sebagai salah satu bahan pengawet Mummy Fir'aun Mesir kuno.

Di samping Barus, di Sumatera terdapat juga kerajaan kuno lainnya, sebuah manuskrip Yahudi purba menceritakan sumber bekalan emas untuk membina negara kota kerajaan Nabi Sulaiman. Diambil dari sebuah kerajaan purba di timur jauh yang dinamakan Ophir.

Besar kemungkinan ophir berada di Sumatera Barat. Karena di sana terdapat gunung Ophir di daerah Pasaman. Kabarnya kawasan emas di Sumatera yang terbesar terdapat di kerajaan Minangkabau.

Menurut sumber kuno dalam kerajaan itu, terdapat pegunungan yang tinggi dan mengandung emas. Konon pusat kerajaan Minangkabau terletak di tengah-tengah galian emas.

Emas yang dihasilkan kemudian diekspor dari sejumlah Pelabuhan, seperti Kampar Indragiri Pariaman, Tikus, Barus dan Pedir.

Di Pulau Sumatera juga berdiri kerajaan Srivijaya yang kemudian berkembang menjadi kerajaan besar pertama di Nusantara, yang memiliki pengaruh hingga ke Thailand dan Kamboja di utara hingga Maluku di Timur.

Kini kekayaan mineral yang dikandung Pulau Sumatera banyak ditambang. Beberapa orang yakin sebenarnya Pulau Sumatera banyak mengandung emas selain dari apa yang ditemukan sekarang.

Jika itu benar, maka Pulau Sumatera akan dikenal sebagai pulau emas kembali.

Kalimantan

Dahulu Kalimantan dikenal sebagai Pulau Lumbung Energi. Dahulu nama pulau terbesar ketiga di dunia ini adalah Warunadwipa yang artinya Pulau Dewa Laut.

Kalimantan dalam berita-berita Cina disebut dengan istilah Chin Li Pei Shih. Nusa Kencana adalah sebutan Pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa kuno.

Orang Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah, sedangkan Borneo adalah nama yang dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda pada zaman dulu.

Pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan sarang burung walet, dengan melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi dalam masyarakat Dayak.

Para pendatang maupun orang Melayu memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan Intan di Pulau ini.

Di Kalimantan berdiri Kerajaan Kutai Martadipura yang merupakan kerajaan tertua bercorak Hindu di Nusantara.

Nama Kutai sudah disebut-sebut sejak abad ke-4.

Pada berita-berita India secara tegas menyebutkan Kutai dengan nama Quieretairred, begitu pula dengan berita Cina pada abad ke-9 menyebut Kutai dengan sebutan hotel yang berarti kerajaan besar.

Dan pada abad 13 dalam kesusastraan kuno Kitab Negarakertagama yang disusun oleh Empu Prapanca, ditulis dengan istilah Tunjung Kutai.

Peradaban Kutai masa lalu inilah yang menjadi tonggak awal zaman sejarah di Indonesia berdasarkan prasasti Yupa. Kini Pulau Kalimantan merupakan salah satu lumbung sumberdaya alam.

Di Indonesia memiliki beberapa sumber daya yang dapat dijadikan sebagai sumber energi diantaranya batubara, minyak, gas, dan geothermal.

Hutan Kalimantan mengandung gambut yang dapat digunakan sebagai sumber energi, baik untuk pembangkit listrik maupun pemanas, sebagai pengganti batubara yang luar biasa.

Ternyata Kalimantan memiliki banyak cadangan uranium yang bisa dipakai untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.

Sulawesi Pulau besi

Orang Arab menyebut Sulawesi dengan nama Celebes. Orang Belanda menyebut Pulau ini dengan nama Celebes. Pulau ini telah dihuni oleh manusia sejak tiga puluh ribu tahun yang lalu. Terbukti dengan adanya peninggalan purba di Pulau Ini. Contohnya lokasi prasejarah zaman batu lembah besoa.

Nama Sulawesi konon berasal dari kata Sula yang berarti pulau dan Besi yang artinya Pulau Besi.

Pulau ini sejak dahulu adalah penghasil besi, sehingga tidaklah mengherankan USU dan sekitar Danau Matana mengandung besi dan nikel.

di Sulawesi pernah

Di Sulawesi berdiri kerajaan Luwu yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Sulawesi, dan merupakan penghasil besi besi.

Senjata Luwu sangat terkenal akan keampuhannya.Bukan saja di Sulawesi tetapi juga di luar Sulawesi.

Dalam sejarah Majapahit, wilayah Luwu merupakan pembayar upeti kerajaan selain dikenal sebagai pemasok utama besi ke Majapahit, Maluku dan lain-lain.

Menurut catatan yang ada sejak abad 14 lallu, telah dikenal sebagai tempat peleburan besi.Di pulau Sulawesi ini juga pernah berdiri kerajaan Gowa-tallo yang pernah berada di puncak kejayaan yang terpancar dari Sombaopu, ibukota Kerajaan Gowa ke timur sampai ke Selat Dobo. ke utara sampai ke Solo ke barat jika Kutai.

Ini menunjukkan kekuasaan yang luas meliputi lebih dari dua pertiga wilayah Nusantara. Selama zaman yang makmur akan perdagangan rempah-rempah pada abad 15 sampai 19, Sulawesi sebagai gerbang kepulauan Maluku yang saat itu diburu rempah-rempahnya.

Kerajaan besar seperti Makasar dan Bone, telah memainkan peranan penting. Pada abad ke 14 masehi, orang Sulawesi sudah bisa membuat perahu yang menjelajahi dunia.

Perahu Phinisi yang dibuat masyarakat Bugis pada waktu itu, sudah bisa berlayar sampai ke Madagaskar di Afrika.

Ini adalah suatu perjalanan mengarungi samudera yang memerlukan tekad yang besar dan keberanian luar biasa.

Hal ini membuktikan bahwa Suku Bugis memiliki kemampuan membuat perahu yang mengagumkan dan memiliki semangat bahari yang tinggi. Pada pada saat yang sama, Vasco Da Gama baru memulai penjelajahan pertamanya pada tahun 1497.

Dalam upaya mencari rempah-rempah dan menemukan benua-benua baru di Timur yang sebelumnya dirintis Marco Polo

Maluku kepulauan rempah-rempah.

Maluku memiliki nama asli jazirah Al-Mulk, yang artinya kumpulan atau Semenanjung kerajaan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil.

Orang Belanda menyebutnya sebagai The Three Golden From The East atau tiga emas dari timur, yakni Ternate, Banda dan Ambon.

Sebelum kedatangan Belanda penulis dan tabib Portugis Tome Pirez, menulis buku Summa Oriental yang telah melukiskan tentang Ternate Ambon dan Banda sebagai The Spices Island.

Pada masa lalu, wilayah Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah, seperti cengkeh dan pala. Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan ribuan tahun sebelum masehi.

Pohonnya sendiri merupakan tanaman asli kepulauan Maluku yakni Ternate dan Tidore, yang dahulu dikenal oleh para penjelajah sebagai spice Island.

Pada 4000 tahun lalu di kerajaan Mesir Fir'aun, dinasti ke-12 Sesostris III lewat data arkeolog dapat diidentifikasi setelah Giorgio Book Celati menemukan wadah yang berisi benda seperti cengkeh di Evra tengah, pada masa 1700 sebelum masehi itu, cengkeh hanya terdapat di kepulauan Maluku.

Pada abad pertengahan sekitar 1600 masehi, Cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling populer dan mahal di Eropa, melebihi harga emas. Maka jangan heran kalau orang barat kepengen banget menduduki wilayah ini.

Selain cengkeh, rempah-rempah asal Maluku adalah buah pala yang berasal dari Kepulauan Banda. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting pada masa Romawi.

Melihat mahalnya harga rempah-rempah waktu itu, banyak orang Eropa kemudian mencari kepulauan rempah-rempah ini.
Sesungguhnya yang dicari Christopher Columbus ke arah barat adalah jalan menuju kepulauan Maluku, the Spice Island. Meskipun pada akhirnya, ia justru menemukan benua baru bernama Amerika.

Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa Penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India dan Maluku.

Kini sebenarnya Maluku bisa kembali berjaya dengan hasil pertaniannya jika terus dikembangkan dengan baik. Maluku bisa kaya raya dengan hasil bumi dan lautnya.


Papua pulau surga

Papua adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada akhir tahun 500 Masehi, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama Tungki, dan pada akhir tahun 600 masehi, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama Janggi.

Tidore memberi nama untuk Pulau ini dan penduduknya sebagai Papa uah yang sudah berubah dalam sebutan menjadi Papua.

Pada tahun 1545 Inigo Ortiz De Betes memberi nama Nueva Guinee.

Dan ada pelaut lain yang memberi nama Isla Del Oro, yang artinya Pulau emas. Robin Osborn dalam bukunya menjuluki provinsi paling timur Indonesia ini, sebagai surga yang hilang.

Tidak diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah terdapat kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju di Papua. pada sebuah konferensi tentang lampu jalan dan lalu lintas tahun 1963 di pretoria Afrika Selatan CS Doni mengemukakan tentang sebuah Pemukiman terisolir di tengah hutan lebat pegunungan Wilhelmina di bagian barat Nugini, yang memiliki sistem penerangan maju.

Para pedagang yang dengan susah payah berhasil menembus masuk ke pemukiman ini dan menceritakan kengeriannya pada cahaya penerangan yang sangat terang benderang dari beberapa bulan yang ada di atas tiang-tiang di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak secara aneh bersinar setelah matahari mulai terbenam dan terus menyala sepanjang malam setiap hari.

Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini, tapi jika benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus diselidiki.

Papua telah dikenal akan kekayaan alamnya sejak dulu. Pada abad ke VIII Masehi, para penguasa dari Kerajaan Sriwijaya mengirimkan persembahan kepada kerajaan China.

Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih yang dipercaya sebagai burung dari taman surga, yang merupakan hewan asli dari Papua. Dengan armadanya yang kuat, Sriwijaya mengunjungi Maluku dan Papua untuk memperdagangkan rempah-rempah, wangi-wangian, mutiara dan bulu burung cendrawasih.

Pada zaman kerajaan Majapahit, sejumlah daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit, pada abad ke-16 pantai utara sampai Barat daerah kepala burung sampai Namatota Kabupaten Fakfak di sebelah selatan, serta pulau-pulau di sekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.

Pada awal abad 20 perburuan Cendrawasih masih marak terjadi. Burung-burung yang diburu di bawa hingga ke Eropa, hingga kakinya patah. Tujuannya bulu Cendrawasih yang halus dan berwarna tersebut akan dijadikan hiasan mahkota dan topi para bangsawan.

Atas dasar kepercayaan tersebut, burung Cendrawasih akhirnya dijuluki Bird of Paradise. Alfred Wallace seorang peneliti biologi dari Inggris, juga memberi nama Latin burung ini yakni Paradisea Apoda yang berarti burung surga tanpa kaki.

Eksistensi Cendrawasih sebenarnya telah diketahui raja-raja di Eropa sejak 1522.

Cendrawasih Pada masa itu sempat dijadikan hadiah dari raja Maluku untuk Raja Spanyol.

Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia dan berbagai tambang, serta kekayaan alam yang begitu berlimpah serta merupakan surga keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi saat ini.

Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim survei yang terdiri dari penjelajah Amerika Indonesia dan Australia mengadakan peninjauan di sebagian daerah Pegunungan Foja Propinsi Papua, Indonesia.

Di sana mereka menemukan suatu tempat ajaib, yang mereka namakan dunia yang hilang. Taman Firdaus di bumi dengan menyaksikan puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak, dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam sejarah.

Jika dikelola dengan baik, orang Papua pun bisa lebih makmur dengan kekayan alam yang melimpah tersebut.

Jawa Pulau Padi

Dahulu Pulau Jawa dikenal dengan nama Jawadwipa. Jawadwipa berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Pulau Padi, dan disebut dalam Epik Hindu Ramayana.

Epik itu mengatakan Jawadwipa dihiasi 7 kerajaan, Pulau Emas dan Perak kaya dengan tambang emas sebagai salah satu bagian paling jauh di bumi.

Ahli geografi Yunani, Phiolomeus juga menulis tentang adanya Negeri Emas dan Negeri Perak dan pulau Iabadiou yang berarti Pulau Padi.

Phiolonius menyebutkan di ujung barat Iabadiou terletak Arghare atau kota Perak.

Dii kota perak itu kemungkinan besar adalah kerajaan Sunda kuno Salakanagara yang terletak di barat Pulau Jawa.

Salahka diartikan perak, sedangkan Nagara sama dengan kota. Sehingga Salakanagara banyak ditafsirkan sebagai Kota Perak.

Salakanagara dalam sejarah Sunda Wangsakerta, disebut juga Rajata Pura. Di Pulau Jawa ini juga berdiri kerajaan besar Majapahit.

Majapahit tercatat sebagai kerajaan terbesar di Nusantara yang berhasil menyatukan kepulauan ntusantara. Meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua dan sebagian Kepulauan Filipina.

Di dalam catatan Wang Ta Yuan, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain dan burung kakaktua. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam dan tembaga.

Selain itu, catatan kunjungan biarawan Roma tahun 1321 Odorico da Pordenone menyebutkan bahwa, istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas perak dan permata. Menurut banyak pakar pulau tersubur di dunia adalah pulau Jawa.

Hal ini masuk akal karena pulau Jawa mempunyai konsentrasi gunung berapi yang sangat tinggi. Banyak gunung berapi aktif di pulau Jawa inilah yang menyebabkan tanah pulau Jawa sangat subur, dengan kandungan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman.

Raffles pengarang buku the History Of Java merasa takjub pada kesuburan alam Jawa yang tiada tandingnya di belahan bumi manapun. Dia menuliskan apabila seluruh tanah yang ada dimanfaatkan, bisa dipastikan tidak ada wilayah di dunia ini yang bisa menandingi kuantitas, kualitas dan variasi tanaman yang dihasilkan Pulau Jawa ini.

Metologi Jawa dan Bali mempercayai adanya Dewi Sri atau Dewi Padi. Dipercaya Dewi Sri mengendalikan bahan makanan di bumi, terutama padi yang menjadi makanan pokok orang Jawa dan Bali. Sampai sekarang selalu ada syukuran di setiap desa, atas panen yang didapatkan warga desa. Illustrasi yang mewakili sejarah ini, menggambarkan Pulau Jawa sebagai Dewi Sri yang sedang tersakiti luka di dahi.

Baca Juga: THR ASN Pemprov Banten Capai Rp112 Miliar, Segini untuk THR Honorer Diluar PPK BLUD

Itulah sejarah Pulau-pulau di Indonesia berikut legenda yang berkembang pada masa lampau.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: youtube YtCrash Claims


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah