Penyebab dan Cara Mencegah Stunting Pada Balita, Salah Satunya dengan Konsumsi Telur

- 4 Juli 2023, 11:45 WIB
Ilustrasi terkait penyebab dan cara mengatasi Stunting pada balita salah satunya dengan konsumsi telur.
Ilustrasi terkait penyebab dan cara mengatasi Stunting pada balita salah satunya dengan konsumsi telur. /Pexels/Jane Doan

KABAR BANTEN - Tidak semua orang tahu apa itu Stunting? Dalam hal ini orang tua mesti tahu bahwa Stunting merupakan masalah gagal pertumbuhan dan perkembangan pada balita yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama

 

Kondisi Indonesia pada umumnya baik ketika lahir, namun terjadi gagal tumbuh dan berkembang setelah memasuki usia antara 2 hingga 3 bulan.

Belakangan ini Stunting sering disebut sebagai kerdil, namun penggunaan istilah kerdil sesungguhnya kurang tepat.

Baca Juga: Capai 523 Kasus, Kecamatan Serang Tertinggi Stunting

Istilah Stunting ini tidak sama dengan kerdil, dimana kerdil didefinisikan sebagai kondisi orang dewasa yang memiliki tinggi badan 147 sentimeter atau kurang yang disebabkan oleh faktor genetik atau medis.

Sedangkan menurut Badan organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bakwa kondisi Stunting pada orang sewa laki-laki bila memiliki tinggi badan kurang dari 161,9 sentimeter dan pada orang dewasa perempuan jika mempunyai tinggi badan kurang dari 150,1 sentimeter.

Lalu bagaimana kondisi Stunting saat di Indonesia? Ternyata kasus Stunting di Indonesia pada tahun 2019 persentasi sebanyak 27,7 persen dan Indonesia berada pada peringkat 108 dari 152 negara.

Kasus Stunting di Indonesia sangat umum terjadi di wilayah paling timur dan paling barat, dimana kasus puncaknya sebanyak 51,7 persen berada di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT)

Sebanyak 18 Provinsi di Indonesia memiliki kasus Stunting yang masih tinggi antara 30 hingga 40 persen

Stunting pada balita ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah dilahirkan

Lantas apa faktor penyebab Stunting dan bagaimana cara mencegahnya?

Sebagaimana dikutip Kabar Banten melalui kanal YouTube Henny Kurniati, berikut faktor penyebab dan cara mencegah Stunting pada balita.

 

Beberapa faktor penyebab Stunting pada balita antara lain:

1. Lingkungan yang tidak sehat

Lingkungan yang tidak sehat tentunya akan menjadi sumber munculnya penyakit, sebagai contoh buang air besar di tempat terbuka, rumah yang tidak terkena sinar matahari, terdapat genangan air kotor di sekitar rumah, sumber air minum yang tercemar dan yang lainnya.

2. Penyakit infeksi yang berulang

Penyakit infeksi yang berulang dapat menyebabkan meningkatkan kebutuhan terhadap zat gizi, karena tubuh memerlukan energi tambahan untuk melawan kuman yang menyebabkan infeksi tubuh.

3. Asupan gizi yang tidak terpenuhi

Jika anak atau balita mengalami kekurangan asupan makanan dalam waktu yang lama, maka anak atau balita akan mengalami hambatan pertumbuhan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhannya.

4. Imunisasi yang tidak lengkap.

Baca Juga: Ade Rai Bongkar Rahasia Miliki Tulang Kuat dan Tetap Terlihat Muda Meski Sudah Berusia 52 Tahun

Imunisasi yang tidak lengkap pada anak atau balita akan menyebabkan anak atau balita rentan terkena penyakit infeksi seperti polio, tetanus, difteri dan lain-lain.

Stunting dapat terjadi sejak anak atau balita masih dalam kandungan, dimana proses terjadinya Stunting ini bersamaan dengan hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ vital lainnya Seperti otak, jantung, ginjal dan yang lainnya.

Sehingga Stunting pada anak atau balita bisa menyebabkan dampak negatif pada anak atau balita.

Beberapa dampak dari Stunting pada anak atau balita:

1. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa atau lebih pendek dibandingkan pada umumnya.

2. Perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada anak atau balita tidak optimal.

3. Meningkatnya risiko penyakit infeksi dan yang lainnya.

4. Kapasitas belaja dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah.

Lebih jauh lagi, bahwa Stunting pada anak atau balita ini dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusi Indonesia yang berpotensi bisa menimbulkan kerugian ekonomi.

Menurut data dari Bank dunia, terdapat sekitar satu persen penurunan tinggi badan pada orang dewasa yang disebabkan Stunting pada masa anak-anak, berkaitan dengan penurunan produktivitas ekonomi sekitar 1,4 persen.

Seribu hari pertama kehidupan merupakan periode emas sejak dalam kandungan selama kurang lebih 9 bulan hingga usia 2 tahun pertama kehidupan

Selain itu periode 1000 HPK juga sangat penting, dimana periode ini merupakan peluang yang paling baik untuk memperbaiki Stunting jika dibandingkan dengan periode setelahnya.

Lalu apa saja yang bisa orang tua lakukan pada peride1000 HPK ini, berikut beberapa cara mencegah Stunting yang bisa orang tua lakukan pada bayi atau balita.

 

1. Memberikan ASI eksklusif dari usia 0 hingga 6 bulan

2. Imunisasi dan vitamin A

3. Makanan pendamping ASI (MPASI) teruskan ASi hingga 2 tahun

4. Memberikan kualitas asupan gizi

Jika pada 1000 HPK ini terjadi masalah, terutama kekurangan gizi maka akan menyebabkan risiko berkurangnya kecerdasan, terjadinya penyakit kronis dan memiliki tubuh yang pendek pada usia dewasa lebih besar.

Ada beberapa cara untuk mencegah risiko Stunting pada anak atau balita salah satunya dengan mengonsumsi telur.

Seperti yang kita ketahui bahwa telur merupakan salah satu jenis makanan yang disukai anak-anak.

Selain itu telur juga merupakan sumber protein yang sangat baik untuk kesehatan tubuh.

Menurut penelitian bahwa mengonsumsi telur selama 6 bulan pada balita usia 6-9 bulan dapat mencegah risiko Stunting pada balita, berikut manfaat telur dalam mencegah Stunting.:

1. Karena kandungan kolin pada telur berguna untuk perkembangan anak atau balita

Baca Juga: Muncul pada Uang Rp75.000! Berikut Fakta dan Tradisi Unik Suku Tidung di Kalimantan Utara

2. Kandungan asam amino pada telur berguna untuk menstimulasi hormon pertumbuhan dan mendukung daya tahan tubuh

3. Kandungan DHA ( asam lemak external)pada telur berguna untuk ketajaman visual pada anak

Itulah informasi tentang cara mencegah Stunting pada anak atau balita dengan mengonsumsi telur. Semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube Henny Kurniati


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah