Macam-Macam Boikot Produk di Berbagai Negara dan Penyebabnya

16 November 2023, 21:05 WIB
Ilustrasi Ajakan Boikot Produk di Berbagai Negara /Macrovector/Freepik

KABAR BANTEN – Melakukan boikot produk berarti berhenti membeli atau menggunakan barang atau jasa suatu perusahaan atau negara tertentu sebagai bentuk protes.

 

 

Protes yang mendasari kampanye boikot produk pun beragam. mulai dari alasan kemanusian hingga alasan membela agama.

Saat ini, Indonesia dan beberapa negara lain menyerukan untuk boikot produk buatan Amerika karena berafiliasi dengan Israel.

Ternyata, boikot produk juga pernah dilakukan di berbagai negara di dunia, dilansir Kabar Banten dari Aljazeera, berikut macam-macam boikot produk di berbagai negara dan penyebabnya:

1. Boikot Produk Buatan Prancis

Alasan kampanya boikot produk buatan Prancis adalah karena Presiden Prancis, Macron membuat marah umat Islam di seluruh dunia pada Oktober 2020 lalu.

Kampanye ini meminta masyarakat Arab dan Muslim untuk tidak membeli produk Prancis sebagai tanggapan atas pernyataan Presiden Emmanuel Macron yang menggambarkan Islam sebagai agama yang sedang mengalami krisis.

Macron juga semakin memicu kemarahan sebagian umat Islam karena mendukung penerbitan karikatur Nabi Muhammad dalam semangat “kebebasan berekspresi”.

Nabi sangat dihormati oleh umat Islam dan segala bentuk penggambaran visual dilarang dalam Islam.

Karikatur yang dimaksud dianggap menyinggung dan Islamofobia karena dianggap mengaitkan Islam dengan terorisme.

 

Ketika perselisihan boikot meningkat, Macron pada hari Minggu menegaskan kembali pendiriannya dan berjanji bahwa negaranya tidak akan “menyerah selamanya”.

2. Boikot Produk Tiongkok karena ‘pelanggaran’ Muslim Uighur di Malaysia

Seruan boikot dilakukan pada Desember 2019. Mohd Asri bin Zainul Abidin, ahli hukum Islam terkemuka di Malaysia mengatakan para pemimpin politik dan agama dari dunia Muslim harus memberikan lebih banyak tekanan ekonomi dan diplomatik terhadap Beijing.

Hal ini didasari atas perlakuan dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok minoritas Muslim yang tinggal di negara tersebut.

Menurut laporan PBB, diperkirakan ada satu juta warga Uighur yang ditahan di Xinjiang.

Aktivis dan kelompok HAM menuduh Tiongkok berusaha menghapus bahasa, budaya dan agama Uighur, memaksa mereka untuk meninggalkan keyakinan agama Islam dan juga tradisinya.

Seperti penggunaan cadar di kalangan perempuan dan penggunaan rambut di wajah di kalangan laki-laki.

Umat Muslim juga dilaporkan dilarang berpuasa selama Ramadhan.

Tiongkok pun membantah bahwa warga Uighur ditahan di luar keinginan mereka.

Beijing juga membantah melakukan penganiayaan terhadap warga Uighur.

3. Boikot McDonalds di India

Pada 22 Agustus 2019, McDonald's menghadapi seruan boikot di India dari kelompok Hindu.

Setelah jaringan makanan cepat saji global tersebut mengatakan gerainya menyajikan daging halal.

Kontroversi ini muncul setelah McDonald's India mengatakan di Twitter bahwa semua restorannya bersertifikat halal.

Banyak yang mempertanyakan mengapa McDonald's menyajikan daging halal di India yang 80 persen dari 1,3 miliar penduduknya beragama Hindu.

Menu McDonald's di India tidak mengandung produk daging sapi atau babi, melainkan menyajikan berbagai pilihan vegetarian serta ayam dan ikan.

McDonald's dianggap tidak peka karena mayoritas masyarakat Hindu di India menggunakan metode “jhatka”, bentuk lain dari penyembelihan di mana kepala hewan dipenggal dalam satu pukulan.

Itulah deretan boikot produk yang pernah dilakukan di berbagai negara.

Aksi boikot ini merupakan bentuk pembelaaan sesama manusia untuk membela mereka yang ditindas, atau juga seruan boikot dilakukan untuk membela agama yang diyakini jika ada pihak-pihak yang berusaha mencorengnya.***

 

Editor: Sigit Angki Nugraha

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler