Krisis Air Ancam Indonesia dan Dunia, Perubahan Iklim Disebut Jadi Pemicu, Kepala BMKG: Alarm Bagi Kita Semua

- 24 Februari 2023, 14:44 WIB
Ilustrasi terkait krisis air global yang mengancam Indonesia dan dunia yang disebut dampak dari perubahan iklim.
Ilustrasi terkait krisis air global yang mengancam Indonesia dan dunia yang disebut dampak dari perubahan iklim. /Kabar Banten

KABAR BANTEN – Krisis air semakin menjadi ancaman serius bagi masyarakat Indonesia hingga dunia dan menjadi krisis global yang harus diantisipasi setiap Negara.

 

Hal tersebut (ancaman krisis air menjadi krisis global) disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG, Dwikorita Karnawati dalam acara The 10th World Water Forum Kick Off Meeting di Jakarta Convention Centre, Jakarta, Rabu 15 Februari 2023 lalu.

"Krisis air terjadi hampir di seluruh belahan dunia dan menjadi krisis global yang harus diantisipasi setiap Negara termasuk Indonesia. Tidak peduli itu negara maju atau berkembang. Karenanya, isu ini harus menjadi perhatian bersama seluruh negara tanpa terkecuali," ungkap Dwikorita Karnawati seperti dikutip Kabar Banten dari laman bmkg.go.id.

 

Baca Juga: Gawat! Dunia Dinilai Hadapi Krisis Air Global, Presiden Jokowi Soroti Kebutuhan Air untuk Manusia & Lingkungan

Menurut Dwikorita Karnawati, perubahan iklim menyebabkan terganggunya siklus hidrologi, sehingga memicu terjadinya krisis air.

“Ancaman krisis air akibat perubahan iklim ini sudah terlihat sangat jelas. Terus meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca yang berdampak pada meningkatnya laju kenaikan temperatur udara, mengakibatkan proses pemanasan global terus berlanjut, dan berdampak pada fenomena perubahan iklim,” ujar Dwikorita Karnawati.

Baca Juga: Tips Sehat Alami, Cukup Minum Air Putih Hangat pada Pagi Hari, Ini yang Akan Kamu Rasakan

Fenomena perubahan iklim, kata dia, akan terus berlanjut apabila laju peningkatan emisi Gas Rumah Kaca tidak dikendalikan atau ditahan, dan menyebabkan semakin cepatnya proses penguapan air permukaan, sehingga mengakibatkan ketersediaan air semakin cepat berkurang di suatu lokasi belahan bumi, namun sebaliknya terjadi hujan yang berlebihan (ekstrem) di lokasi atau belahan bumi yang lain.

Dwikorita yang juga merupakan anggota Dewan Eksekutif World Meteorological Organization (WMO) mengungkapkan, ketersediaan air permukaan dan air tanah yang makin berkurang, akan memengaruhi ketersediaan air bersih di berbagai belahan bumi.

Kejadian ekstrem

 

Selain itu, perubahan iklim yang ekstrem menyebabkan proses turunnya hujan menjadi ekstrem dan tidak merata. Di mana sebagian besar daerah di bumi memiliki curah hujan yang tinggi, sedangkan di daerah bagian lain tidak.

Pada tahun 2022 yang lalu, WMO melaporkan bahwa kekeringan dan kelangkaan air telah melanda Eropa, Amerika Utara Barat, Amerika Selatan Barat, Mediterania, Sahel, Amerika Selatan, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, Australia Tenggara dan berbagai wilayah lain di planet ini. Namun, pada saat yang sama, banjir juga terjadi Easton Sahil, Pakistan, Indonesia, hingga Australia Timur.

"Tidak ada perbedaan antara negara maju dan negara berkembang. Keduanya sama-sama menderita akibat kekeringan dan banjir. Jadi, sekali lagi kekeringan dan banjir adalah dampak yang sama akibat dari dari kencangnya laju perubahan iklim yang diperparah dengan kerusakan lingkungan," ujar Dwikorita Karnawati.

Ia mengatakan, akibat dari perubahan iklim, kejadian-kejadian ekstrem lebih kerap terjadi, terutama kekeringan dan banjir. Jika sebelumnya rentang waktu kejadian berkisar 50 - 100 tahun, kini rentang waktu menjadi semakin pendek atau frekuensinya semakin sering terjadi dengan intensitas atau durasi yang semakin panjang.

"Krisis air dan berbagai kejadian ekstrem tersebut dapat berdampak terjadinya krisis pangan di berbagai belahan dunia, sebagaimana yang telah diprediksi oleh WMO," ujarnya.

 

"Situasi Bumi saat ini menjadi alarm serius bagi kita semua. Kita perlu bekerja sama, berpikir bersama, dan memecahkan masalah bersama," sambung Dwikorita Karnawati. 

Karenanya, kata dia, Indonesia mengajak seluruh negara-negara di dunia untuk memitigasi atau mengurangi peningkatan dampak serius dari perubahan iklim melalui World Water Forum 2024 yang akan diselenggarakan di Bali pada 18-24 Mei 2024 mendatang.

“Diharapkan World Water Forum 2024 mampu meningkatkan komitmen dan kerjasama pengelolaan air global secara berkelanjutan,” ujar Dwikorita Karnawati.

Seperti diketahui, Indonesia telah melaksanakan Kick Off Meeting World Water Forum 2024 atau persiapan pembukaan Forum Air Dunia ke-10 yang mengambil tema "Water for Shared Prosperity" pada 15-16 Februari 2023 lalu di Jakarta.

Acara tersebut dihadiri Presiden Joko Widodo, President of Water World Council Loic Fauchon, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri PUPR Mochamad Basoeki Hadimoeljono, Gubernur Bali I Wayan Koster, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak dan Ketua Komisi V DPR RI Lasarus.

 

Sedangkan puncak acara World Water Forum 2024 atau Forum Air Dunia ke-10 yang menyoroti ancaman krisis air tersebut akan diselenggarakan di Bali pada 18-24 Mei 2024 yang akan dihadiri para ilmuwan dan pakar hingga para pemimpin negara, politikus, korporasi, NGO, media dan masyarakat umum.***

 

Editor: Kasiridho

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x