Terkena Dampak Gempa, 460 Warga Lebak Mengungsi

- 29 Januari 2018, 12:15 WIB
IMG-20180128-WA0010
IMG-20180128-WA0010

LEBAK, (KB). - Sebanyak 460 warga Kabupaten Lebak mengungsi akibat terkena dampak gempa bumi berkekuatan 6,1 Skala Richter, Selasa (23/1/2018). Jumlah tersebut, lebih banyak dari tujuh kabupaten lainnya yang terkena dampak gempa tersebut. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Ditjen Linjamsos), terdapat tujuh kabupaten yang terkena dampak gempa bumi berkekuatan 6,1 skala richter tersebut. Ketujuh kabupaten itu, tiga dari Provinsi Jawa Barat meliputi Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Sedangkan empat kabupaten lainnya, adalah Provinsi Banten yang meliputi Kabupaten Lebak, Pandeglang, Serang, Tangerang. Dari bencana itu, jumlah korban meninggal sebanyak dua orang, korban luka-luka sebanyak 16 jiwa, dan 878 jiwa mengungsi. Jumlah pengungsi terbanyak di Kabupaten Lebak sebanyak 460 jiwa, Kabupaten Bogor sebanyak 378 jiwa, dan Sukabumi sebanyak 40 jiwa. Menteri Sosial Idrus Marham meninjau lokasi yang terdampak gempa bumi Banten yang terjadi pada Selasa (23/1) untuk memastikan proses tanggap darurat berjalan dengan baik. "Saya ingin memastikan para korban telah menerima bantuan dan perlindungan yang layak," kata Mensos dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, dilansir okezone, Sabtu (27/1/2018). Pascagempayang terjadi di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, Menteri Sosial Idrus Marham secara maraton memantau dan memastikan proses tanggap darurat berlangsung dengan baik. Mensos meninjau lokasi terdampak gempa di Desa Kuta, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor untuk bertemu dengan warga terdampak gempa. Sebelumnya, ia juga ke Kecamatan Panggarang, Kabupaten Lebak, untuk melihat langsung bagaimana proses penanganan terhadap pengungsi. Mensos mengatakan penyaluran seluruh bantuan harus merata dan proporsional sesuai kebutuhan di lapangan. Pihaknya juga terus memonitor dan meminta tim untuk menyisir para korban gempa. Presiden Joko Widodo, lanjutnya, terus memantau perkembangan penanganan pengungsi dan warga terdampak gempa. Beliau juga berpesan untuk berkomunikasi dengan semua pihak terkait dalam rangka penanganan bencana ini. "Bapak Presiden memerintahkan agar semua yang korban gempa mendapatkan perlindungan. Semua anak bangsa yang terkena musibah harus diurus dengan baik," katanya. Total bantuan yang disalurkan untuk gempa di Banten dan Jawa Barat sebesar Rp2,5 miliar dalam bentuk logistik, santunan untuk ahli waris dua korban meninggal, serta kendaraan siaga bencana berupa mobil tangki air. Mensos mengatakan sesaat setelah terjadinya gempa pada Selasa lalu (23/1), Tim Kementerian Sosial turun ke lapangan dan melakukan pendataan. Ada tiga hal yang dilakukan secara bertahap yakni membangun tenda dan dapur umum untuk pengungsi, memberikan bantuan untuk rumah yang rusak akibat gempa dan menyiapkan jaminan hidup."Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial ini diberikan jika semua persyaratan telah terpenuhi dengan dilakukan asesmen dan penilaian langsung di lapangan oleh petugas Pusat dan Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota," paparnya. 1.834 rumah rusak Menurutdata Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Lebak, sebanyak 1.834 rumah rusak yang terdiri atas 224 rumah rusak berat, 1.337 rumah rusak ringan, dan 269 rumah rusak sedang. Ribuan rumah tersebut tersebar di 22 kecamatan. Sementara, dilaporkan seorang meninggal dunia. Selain itu, juga mengakibatkan kerusakan sarana lainnya, diantaranya bangunan sekolah, tempat ibadah, sarana kesehatan dan perkantoran pemerintah. “Masyarakat yang terdampak bencana gempa itu tersebar di 90 desa dan di 28 kecamatan dengan 173 titik lokasi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak, Kaprawi, Ahad (28/1/2018). Untuk penanggulangan sementara, BPBD menyalurkan bantuan sembilan bahan pokok (sembako), selimut, peralatan dapur dan logistik lainnya. Selain itu, juga bantuan kedaruratan dan perbaikan rumah yang dilakukan berbagai instansi dan lembaga diantaranya TNI, Polri, PMI, Kemensos, BUMN, Swasta, Baznas dan lainnya. Penyaluran bantuan tersebut hingga kini masih berlangsung karena titik lokasi bencana gempa sulit ditempuh kendaraan,terlebih cuaca cenderung hujan. Lokasi topografi wilayah Kabupaten Lebak menembus jalan curam dan setapak, karena terdapat perbukitan dan pegunungan. Kondisi medan seperti itu tentu kesulitan untuk ditempuh kendaraan sehingga menghambat penyaluran bahan pokok maupun logistik. Namun demikian, pihaknya bekerja keras agar penyaluran bahan pokok dan logistik serta kedaruratan bisa secepatnya diterima pihak korban bencana gempa."Kami memprioritaskan penanganan pascabencana agar warga korban gempa tidak mengalami penderitaan maupun kelaparan atau serangan penyakit," katanya. Seorang meninggal Iamengatakan, gempa tektonik itu juga mengakibatkan seorang warga Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak bernama Nana Karyana (40) meninggal. Nana diduga menderita serangan jantung. Korban, saat itu tengah memperbaiki atap genteng rumah. Namun ketika terjadi gempa, korban merasa kaget dan terjatuh hingga pingsan dan meninggal dunia. Oleh sebab itu, pemerintah daerah telah membentuk tim verifikasi dengan melibatkan 40 orang agar melakukan pendataan kerusakan rumah dan sarana lainnya akibat bencana gempa tersebut."Kami berharap tim verifikasi itu bisa melakukan pendataan secara akurat karena sebagai bahan pertimbangan untuk mendapat bantuan perbaikan rumah," katanya menjelaskan. Menurut dia, Bupati Lebak sudah menetapkan Surat Keputusan Status Tanggap Darurat penanganan gempa dan berlaku 14 hari dari tanggal 23-5Februari 2018. Perkiraan kerugian material akibat dampak bencana gempa tektonik sekitar ratusan miliar, namun pihaknya belum mengeluarkan jumlah kerugian secara pasti."Kami saat ini memfokuskan penanggulangan pascabencana agar warga korban gempa bisa kembali hidup normal," katanya menjelaskan. (SJ/Ant)***  

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah