Melalui Program Pemberian Makanan Tambahan, Dinkes Tangani Gizi Buruk

- 19 Maret 2018, 12:00 WIB
5---Dinkes-
5---Dinkes-

LEBAK, (KB).- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak mengklaim jika kasus gizi buruk untuk tahun ini telah menurun dari jumlah tahun sebelumnya. Menurut Dinkes, pada tahun 2017, jumlah penderita gizi buruk sebanyak 216, dan kini memasuki bulan ke tiga di tahun 2018, jumlah penderita gizi buruk menjadi 165. Namun, agar kasus tersebut mampu dipulihkan secara bertahap, maka seluruh penderitanya (165 balita), rutin diintervensi pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak, dengan cara Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bergizi, penimbangan badan dan pemeriksaan kesehatan di posyandu, serta puskesmas. Kepala Dinkes Lebak, HM. Sukirman kepada Kabar Banten mengatakan, jika penderita gizi buruk di Lebak mencapai 165 balita. Dari hasil pemantauan dan intervensi pihaknya, para penderita gizi buruk tersebut rata-rata dari kalangan keluarga kurang mampu. ”Harus diketahui, seluruh balita yang menderita gizi buruk ini terus kami intervensi agar kondisinya semakin membaik. Kami juga secara rutin memprogramkan PMT, pemeriksan kesehatan lainnya yang melibatkan tim medis dari masing-masing puskesmas agar kondisi gizi buruk tersebut bisa dipulihkan, serta dicegah agar tidak menderita penyakit penyerta,” ujar HM. Sukirman. Dijelaskan Sukirman, tentang penyebab kematian balita bernama Amira (11 bulan) asal Kampung Pasir Haur, Desa Malingping Selatan, Kecamatan Malingping, yang meninggal akibat dugaan gizi buruk beberapa hari lalu, menurutnya sudah diintervensi Dinkes sejak Amira berusia enam bulan. Bahkan, Amira sempat diopname selama dua kali. Namun, akibat penyakit penyerta seperti TBC, dwond syindrom serta suspec pnemoni ditubuhnya, maka pada Kamis (15/3), Amira meninggal dunia. ”Jadi penyebab kematiannya bukan karena gizi buruk melainkan tiga penyakit penyerta ditubuhnya,” ujarnya. Ditambahkannya, terkait empat orang yang mengalami kelumpuhan, bernama Asep (21), Wiwi (16), Awa (14), serta Tajul (35 bulan), itu juga bukan akibat gizi buruk dan polio, tetapi diduga kuat akibat kelainan genetik. ”Sejak tahun 2011, kami sudah mengintervensi kondisi keempat adik kaka ini, dengan cara membawanya ke rumah sakit. Untuk membantu aktivitasnya, Dinkes bersama salah satu yayasan dari Jakarta, telah memberikan bantuan kursi roda,” tuturnya. Kadinkes menambahkan, sepanjang tahun 2017 lalu, serta tahun ini, kami terus melakukan intervensi terhadap empat warga satu keluarga tersebut. ”Namun mengingat persoalan gizi buruk maupun kelumpuhan ini diakibatkan faktor ekonomi, maka kami sudah melaporkannya ke pihak Pemda agar tidak hanya interveni kesehatannya yang dilakukan, tetapi intervensi ekonominya pula yang harus kita lakukan,” kata Kadinkes. Sekretaris Daerah (Sekda) Lebak, Dede Jaelani menambahkan, mengingat persoalan gizi buruk dilatarbelakangi akibat perekonomian, maka program pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang sejak beberapa tahun ini dilakukan lintas sektoral, harus kembali ditingkatkan. Sekda menambahkan, pihaknya akan kembali melakukan pengawasan ketat terhadap semua program peningkatan perekonomian di Lebak, agar tepat sasaran. ”Program pemberdayaan peningkatan ekonomi masyarakat ini dilakukan melalui sektor pertanian, padat karya, usaha kecil menengah dan lain-lain. Kami berharap melalui peningkatan program pemberdayaan peningkatan ekonomi ini, maka kasus gizi buruk bisa ditekan dengan baik,” kata Sekda Dede Jaelani. (Lugay/Job)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah