3 Hal Ini Jadi Ancaman Utama Generasi Muda Indonesia, Hasto Wardoyo: Keluarga Berkualitas Harus Dibangun

30 Juni 2022, 19:35 WIB
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo sebut 3 ancaman utama generasi muda Indonesia. Salah satunya stunting. /Tangkapan layar/Instagram @bkkbnofficial

KABAR BANTEN - Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyebutkan ada tiga ancaman utama terhadap generasi muda Indonesia.

Ketiga ancaman tersebut adalah stunting, mental emotional disorder, serta difabilitas dan narkotika.

“Ketiga hal ini yang menjadi ancaman untuk mencapai generasi muda Indonesia yang unggul,” ujar Hasto Wardoyo seperti dikutip Kabar Banten dari akun instagram @bkkbnofficial, Kamis 30 Juni 2022.

Menurut Hasto Wardoyo, berdasarkan riset kesehatan dasar, mental emotional disorder atau gangguan emosi mental di kalangan remaja dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

“Jika sebelumnya angka remaja yang mengalami mental emotional disorder sebanyak 6,1 % maka tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 9,8 %,” ujarnya

“Ini cukup serius untuk menjadi perhatian kita semua, bagaimana mencapai generasi muda yang unggul untuk masa depan Indonesia,” lanjut Hasto Wardoyo.

Ia mengungkapkan, WHO menyebutkan gangguan emosi mental adalah gangguan keseimbangan pribadi secara klinis, gangguan pengaturan emosi dan perilaku.

WHO juga menyatakan pada 2019, satu dari delapan orang atau 970 juta orang di seluruh dunia mengalami mental disorder.

Karena itu, Hasto Wardoyo menekankan, perlunya membangun keluarga yang berkualitas untuk mencapai generasi muda Indonesia yang unggul dan maju.

Hasto Wardoyo mengatakan, BKKBN terpacu dan berkomitmen untuk lebih giat melaksanakan program-program keluarga berencana.

BKKBN juga berkomitmen untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting yang ditargetkan 14% pada 2024 melalui program-program Keluarga Berencana.

“Gerakan pemberdayaan dan edukasi yang sifatnya massif dilakukan untuk mempertahankan angka CPR 57% (Contraceptive Prevalence Rate/rata-rata pemakaian kontrasepsi) di masa pandemic Covid-19,” kata Hasto.

Menurut Hasto, BKKBN juga berkomitmen untuk menurunkan angka total fertility rate (TFR) dari 2,46 sebelum pandemi menjadi 2,24 setelah dua tahun masa pandemi.

“Kami fokus kepada pembangunan keluarga, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta mempercepat penurunan prevalensi stunting,” kata Hasto.

Menurut Hasto, stunting merupakan ancaman yang serius terhadap bonus demografi yang saat ini dirasakan Indonesia.

Bonus demografi adalah populasi penduduk yang produktif jauh lebih banyak ketimbang penduduk yang tidak produktif. Bonus demografi ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan Indonesia.

Hasto mengatakan, jangan sampai kesempatan emas saat ini, bonus demografi, gagal dimanfaatkan dengan baik.

“Syarat untuk memetik Bonus Demografi jilid 2 adalah ketika ageing population meningkat, maka orang-orang yang sudah melewati usia produktif masih tetap produktif, sehat, dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan,” ujarnya seperti dikutip Kabar Banten dari laman bkkbn.go.id. 

Untuk memetik bonus demografi, kata Hasto, sangat erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Bonus demografi yang tertransformasikan menjadi bonus kesejahteraan terlihat dari pendapatan perkapita yang meningkat.

“Hal ini bisa diraih dengan syarat anak-anak muda di Indonesia tidak kawin pada usia muda, tidak putus sekolah, tidak hamil pada usia yang muda, tidak hamil berulang kali, angka kematian ibu dan bayi tidak tinggi, tidak banyak pengangguran, hari tuanya relatif aman dengan punya tabungan, asuransi dan sebagainya,” ujar Hasto.*** 

Editor: Kasiridho

Sumber: Instagram @bkkbnofficial bkkbn.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler