Kronologi Singkat Detik-detik Penemuan Tempat Pembuangan para Jendral TNI Korban Peristiwa G30S PKI

27 September 2022, 19:50 WIB
Ilustrasi tempat ditemukannya jendral TNI yang menjadi korban peristiwa G30S PKI. /Tangkapan layar /YouTube Adi Channel

KABAR BANTEN - Gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI merupakan tragedi berdarah yang sangat melukai bangsa Indonesia.

Penculikan para Jendral TNI pada peristiwa G30S PKI membuat kekacauan dan mengobarkan amarah rakyat terhadap Partai Komunis Indonesia.

Keadaan mencekam dirasakan oleh warga Jakarta pada malam 30 September 1965. Tepat pada tengah malam pasukan dengan truk militer dengan senjata lengkap mulai menyebar ke segala penjuru.

Dan di bagian lain ada seorang anggota polisi yang berpatroli dan polisi tersebut yang menjadi petunjuk dimana korban G30S PKI dibuang.

Sukitman namanya, anggota polisi yang bertugas patroli pada malam tepat terjadinya tragedi penculikan.

Bagi Sukitman tragedi G30S PKI tak dapat terlupakan. Akibat ikut ditawan oleh penculik namun luput dari tindakan pembunuhan, menjadi penerang jalan ditemukannya tempat penyiksaan para jendral TNI yang Diculik.

Dikutip Kabar Banten dari YouTube Adi Channel, berikut kronologi singkat penemuan tempat pembuangan para Jendral TNI korban peristiwa G30S PKI.

Bermula dari rasa penasaran Sukitman saat berpatroli, setelah mendengar tembakan ia bergegas menuju arah suara, namun setelah ia menemukan sumber suara tersebut, ia juga dikejutkan dengan todongan senjata dan di bawah bersama orang yang sudah ditangkap sebelumnya.

Dengan penutup mata Sukitman dimasukan ke dalam truk, namun dia ditempatkan di sebelah pengemudi. Dalam perjalanan tidak tahu akan di bawa kemana, hanya rasa takut yang ada.

Minggu 3 Oktober 1965, di kampung Lubang Buaya, Wakil komandan Resimen Cakra birawa, Kolonel CPM Maulwi Saelan, bersama Letkol Ali Ebram dan di bantu yang lainnya sudah mulai mencari titik lokasi yang di maksud Sukitman.

Disekitar kebun ada gundukan tanah yang terlihat ada pohon pisang yang masih baru.
Bersama warga, pasukan berusaha menghalau di titik yang dicurigai tersebut menggunakan alat sederhana yaitu cangkul.

Tak berselang lama pasukan RPKAD bersama Sukitman dan Kapten Subardi Sanga ajudan Jendral A Yani, datang ke Lubang Buaya. Setelah mencocokan keterangan Sukitman dan keadaan di lokasi maka penggalian dilanjutkan tidak hanya berfokus pada satu titik.

Penggalian dalam sumur dilakukan secara bergantian karena kondisi sumur yang sempit dan hanya untuk satu orang. Dalam timbunan tersebut banyak berisi sampah dan daun serta kayu juga batang pisang.

Melihat keadaan yang demikian pihak militer semakin yakin jika di tempat inilah para Jendral di kubur. Betul setelah penggalian cukup dalam sudah mulai tercium bau anyir darah yang keluar dari lubang sumur tersebut.

Kondisi malam membuat tim penggali kesulitan Namaun secara bergantian warga dan TNI bergantian terus menggali hingga tengah malam hingga masuk tanggal 4 Oktober. Setelah kedalaman sekitar 10 meter, Suparyono salah satu warga yang menggali menemukan kaki yang tertanam.

Pengangkatan jenazah di hentikan dini hari 4 Oktober 1965, karena kondisi yang gelap dan bau busuk yang menyengat. Untuk dapat melanjutkan pengangkatan Kostrad meminta bantuan Korp Marinir atau pasukan penyelam.

Telat tengah hari pada 5 Oktober 1965 penggalian menemui titik hasil. Jenazah yang paling atas di angkat dan ternyata Piere Tendean, ia adalah ajudan muda dari Jendral Ah Nasution.

Pengangkatan selanjutnya mengalami kesulitan karena saling tumbang tindih dan sudah mulai membengkak sehingga sulit untuk di angkat.akhirnya dengan di ikat lalu ditarik secara bersama, yaitu Mayjen Soeparman dan Mayjen Soeprapto.

Begitu juga jenazah yang di bawahnya mengalami kesulitan untuk mengangkatnya, sehingga seperti cara yang pertama. Yaitu Mayjen MT Haryono dan Brigjen Soetoyo.

Tepat pukul 02.00 siang jenazah terakhir yaitu Letjen A.Yani, dan Brigjen DI Panjaitan.
Ke tujuh jenazah yang sudah di angkat kemudian dibersihkan dari lumpur sebelum dimasukan dalam peti. Dan di bawa ke rumah sakit pusat angkatan darat, Gatot Soebroto.

Berkat keterangan Sukitman dan daya ingatnya yang dapat mengingat lokasi akhir penculikan maka tempat di Lubang Buaya dapat ingat dan menjadi titik akhir gerakan G 30 S PKI.

Demikian kronologi singkat detik-detik penemuan tempat pembuangan para Jendral TNI yang menjadi korban peristiwa G30S PKI.***

Editor: Kasiridho

Sumber: youtube Adi Channel

Tags

Terkini

Terpopuler