KABAR BANTEN - Kasus mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin dituduh radikal, menjadi sorotan hingga ramai perdebatan.
Kasus tersebut, ternyata juga menyita perhatian mantan Ketua Umum PKS Sohibul Iman dan juga Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil.
Mantan atau eks Ketum PKS Sohibul Iman menanyakan kebenarannya soal soal dua kelompok yang sepertinya dicap radikal.
Kelompok tersebut, adalah kelompok yang berseberangan dengan pemerintah dan kelompok yang mengalami spritual.
"Bener Gak," tanya Sohibul Iman dalam akun Twitternya @msi_sohibuliman.
Menurut Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil, tidak semua berlabel radikal itu negatif dan mencontoh konsep robot yang menggantikan kerja manusia.
Baca Juga: Periksa Kasus BPNT, Irjen Kemensos dan Tim JAM Intel Akan Turun ke Lebak
Menurut dia, konsep robot yang menggantikan kerja manusia merupakan contoh radikal yang tidak negatif.
Bukan hanya menyoroti radikal dan radikalisme, Emil juga menyinggung soal pemikiran kritis kepada pemerintah yang merupakan salah isu yang juga tengah ramai di publik.
Baca Juga: Barang Gatifikasi Presiden Terungkap, Dari Perhiasan hingga Pulpen Berlian, Akan Dimuseumkan jadi Pembelajaran
Meski termasuk pemerintah yang menjabat Gubernur Jawa Barat (Jabar), Emil berani menyatakan bahwa tidak semua yang berpikir kritis kepada pemerintah itu radikal.
"Sedang ramai perdebatan tentang radikal & radikalisme. Tdk semua berlabel radikal itu negatif. Konsep robot menggantikan kerja manusia itu contoh radikal yg tidak negatif. Dan tidak semua yg berpikir kritis kpd pemerintah itu artinya ia radikal," kata Ridwan Kamil, dalam akun Twitternya @ridwankamil.
Namun menjadi masalah jika dalam konteks bernegara, kata dia, ada pemikiran atau perbuatan ekstrim yang ingin mengubah ideologi negara.
"Itu baru radikal yang pasti dilawan oleh sistem ideologi eksisting. Seperti mencoba mengganti ideologi Pancasila yang merupakan kesepakatan sejarah bangsa ini," katanya.
Baik itu radikal kiri yang mau mengganti Pancasila dengan komunisme, atau radikal kanan yang ingin mengganti Pancasila dengan khilafah.
"Karenanya, Pancasila harus selalu kita jaga," ucapnya.
Dia mengajak untuk tetap kritis, namun tanpa harus dibumbui caci maki. Meski demikian, dia mempersilakan untuk tidak setuju dengan pandangannya tersebut.***