Dikira AH Nasution, Sang Ajudan Jenderal Dieksekusi dalam G30S PKI, Inilah Pierre Tendean Pahlawan Revolusi

- 23 September 2021, 20:38 WIB
Pierre Tendean, ajudan yang dikira Jenderal AH NAsution yang dieksekusi di lubang buaya salah satu pahlawan revolusi.
Pierre Tendean, ajudan yang dikira Jenderal AH NAsution yang dieksekusi di lubang buaya salah satu pahlawan revolusi. //Praseto Bagus p/

KABAR BANTEN - Dikira Jenderal AH Nasution, Pierre Tendean merupakan salah satu pahlawan revolusi paling muda yang dieksekusi di Lubang Buaya, dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau dikenal dengan G30S PKI.

Pierre Tendean merupakan pengawal pribadi atau ajudan Jenderal TNI AH Nasution, yang saat itu masih berusia 26 tahun, ditangkap dan dibawa pasukan Cakrabirawa dalam keadaan hidup ke Lubang Buaya Jakarta Timur.

Bukan hanya disiksa, Pierre Tendean yang dikira Jenderal AH. Nasution itu ditembak dan dimasukan ke dalam sumur Lubang Buaya bersama perwira TNI lainnya yang gugur sebagai pahlawan revolusi.

Baca Juga: Selain film Pengkhianatan G30S PKI, Tiga Film Dokumenter Ini Juga Berkisah Hal yang Sama, Banyak Sisi Diungkap

Dikutip kabarbanten.pikrian-rakyat.com, Kapten Czi (Anumerta) Pierre Tendean merupakan ajudan sekaligus korban salah sasaran di rumah Jenderal AH. Nasution.

Dalam peristiwa tersebut, pasukan Cakrabirawa mendatangi kediaman Jenderal AH Nasution di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Menteng Jakarta Pusat.

Saat itu, Pierre Tendean sedang tidur di ruang belakang rumah dinas, dan terbangun mendengar suara tembakan dan keributan. Setelah keluar dari paviliunnya untuk mengatasi kegaduhan, Pierre Tendean ditangkap dan dikira Jendral AH.  Nasution.

Dengan kondisi ditutup mata, Pierre Tendean yang akhirnya mengaku AH. Nasution, dibawa ke kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Sementara, Jenderal AH Nasution berhasil menyelamatkan diri dengan melompat pagar.

Pierre Tendean yang bernama lengkap Pierre Andreas Tendean, saat itu berpangkat Letnan Satu, merupakan keturunan Minahasa dari ayahnya Aurelius Lammert dan ibunya berdarah Perancis, Maria Elizabeth Cornet keturunan Perancis-Belanda.

Pierre Tendean memperoleh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) Boton Magelang pada 1945, melanjutkan pendidikan di tingkat SMP Negeri 1 Semarang pada 1952, dan masuk di SMA Bagian B jurusan Ilmu pasti Semarang pada 1955.

Setelah lulus SMA, Pierre Tendean bergabung dengan Akademi Militer, karena tekadnya memang igin menjadi soerang perwira.

Setelah lulus dari Akademi Milier pada 1961 dengan pangkat Letnan Dua, Pierre Tendean menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan.

Dia kemudian mengikuti pendidikan di sekolah intelejen di Bogor, dan lulus dari sekolah intelejen.

Selanjutnya, dia bertugas di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk menjadi mata-mata ke Malaysia di saat konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.

Pierre Tendean bertugas memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia.

Sampai kemudian menjadi ajudan Jenderal AH Nasution 15 April 1965, Pierre Tendean dipromosikan menjadi letnan satu.

Pierre Tendean menggantikan Kapten Kav Adolf Gustaf Manullang ajudan AH Nasution, yang gugur dalam misi perdamaian di Kongo Afrika 1963.

Pribadi yang begitu hidup dan sifat kestaria yang sudah terpancar semenjak kecil adalah alasan AH Nasution menunjuk Pierre Tendean sebagai ajudannya.

Selain itu, kiprah serta prestasi monumentalnya di dunia militer Indonesia yang membuat namanya terus diperbincangkan hingga beberapa dekade sejak kematiannya.

Dalam mengawal AH Nasution sehari-hari, Pierre Tendean sering  menjadi pusat perhatian karena ketampanannya.

Baca Juga: Jejak Achmad Yani Pahlawan Revolusi, Komandan Perang di Masa Kemerdekaan, Ditembak di Depan Kamarnya Dini Hari

Untuk menghargai jasa-jasanya, Pierre Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi Indonesia pada 5 Oktober 1965 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI.***

Editor: Yadi Jayasantika


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah