Organisasi intelejen BPI, yang di pimpin oleh DR Soebandrio melaporkan kepada Presiden Soekarno bahwa di TNI angkatan darat ada dewan Jendral,yang merencanakan kup kekuasaan.
Namun oleh para pimpinan tinggi TNI angkatan darat bahwa yang disebutkan Dewan Jendral adalah dewan kepangkatan, hal tersebut di jelaskan oleh Jendral A Yani kepada Presiden Soekarno.
Dari segala penolakan usulan PKI oleh TNI. Membuat PKI makin marah, dan berangsur mulai mengatur strategi untuk memulai kudeta serangan persiapan yang sudah mulai nampak.
Dengan kondisi yang mulai kacau, ekonomi,serta keamanan mulai mengalami penurunan sehingga keadaan masyarakat semakin tegang, hal tersebut digunakan PKI untuk melancarkan rayuannya untuk mencari simpati masyarakat.
Bangsa Indonesia dikejutkan oleh berita yang di siarkan TVRI, pengumuman Dewan Jendral, satu badan yang tidak ada sebelumnya.
Kemudian ada berita diculiknya Menpangad Ahmad Yani, beserta 5 orang pembantunya, yaitu deputi administrasi angkatan darat Mayjen Soeprapto, Deputi khusus angkatan darat Mayjen MT Haryono, Asisten intelejen Angkatan darat Mayjen S Parman, Asisten logistik Angkatan darat Brigjen Panjaitan.dan inspektur kehakiman Brigjen Soetoyo.
Usaha penculikan Jendral Ah Nasution gagal, karena tindakan heroik Lettu Piere Tendean, dengan mengaku sebagai Jendral Nasution, kemudian dia dibawa oleh penculik.
Semua korban yang di culik di bunuh, ada yang di tembak di rumahnya ada juga yang di bunuh di lubang buaya.
Pasukan penculik diketahui dari pasukan Cakrabirawa, yang menjadi pasukan pengawal Presiden, yang di bawah kendali Letkol Untung, yang menjadi induk pasukan penculik.
Letkol Untung adalah simpatisan PKI dan yang terrekrut dari unsur TNI, sebenarnya gerakan tersebut bukan perintah pimpinan Cakrabirawa namun karena di manfaatkan oleh campur tangan PKI lewat biro Khusus
Yang dipimpin Dan Aidit.