Cerita Dibalik Pembangunan Monas, Landmark Terkenal di Jakarta

- 7 Oktober 2023, 18:15 WIB
Potret Tugu Monumen Nasional atau Monas Jakarta di malam hari.
Potret Tugu Monumen Nasional atau Monas Jakarta di malam hari. /Yarygin/iStock

KABAR BANTEN - Monumen Nasional (Monas) adalah salah satu landmark yang terkenal di Jakarta. Monas terletak di pusat Kota Jakarta yang dijadikan sebagai tempat wisata dan edukasi sejarah bagi masyarakat.

 

Gagasan awal pembangunan Monas muncul setelah sembilan tahun kemerdekaan Indonesia pada 1954. Beberapa hari setelah peringatan HUT ke-9 Republik Indonesia, dibentuk Panitia Tugu Nasional yang bertugas merancang berdirinya Tugu Monas.

Panitia ini diketuai oleh Sarwoko Martokusumo, S Suhud sebagai penulis, Sumali Prawirosudirdjo sebagai bendahara, serta empat anggota lainnya yakni Supeno, K K Wiloto, E F Wenas, dan Sudiro.

Panitia yang dibentuk itu bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan Monas yang akan didirikan di tengah lapangan Medan Merdeka, Jakarta.

Selain itu, Panitia Tugu Nasional juga memiliki tugas untuk mengumpulkan biaya pembangunan Monas. Pada saat itu, biaya pembangunan bersumber dari swadaya masyarakat.

 

Setelah itu, dibentuk panitia pembangunan Monas yang dinamakan Tim Yuri yang diketuai langsung Presiden Soekarno. Kemudian, Presiden Soekarno menunjuk beberapa arsitek yakni Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir Rooseno untuk merancang Tugu Monas.

Soedarsono dan Frederich Silaban sepakat membuat gambarnya sendiri-sendiri yang selanjutnya diajukan ke Ketua Tim Yuri. Akhirnya, Presiden Soekarno memilih gambar yang dibuat Soedarsono.

Tugu Monas memiliki ciri khas tersendiri, salah satunya bentuk tugu yang menjulang tinggi dan pelataran cawan yang luas mendatar. Di atas tugu terdapat api menyala yang melambangkan keteladanan semangat bangsa Indonesia yang tidak pernah surut berjuang.

Bentuk tugu yang menjulang tinggi tersebut mengandung falsafah “Lingga dan Yoni” yang menyerupai “Alu” sebagai “Lingga” dan bentuk wadah (cawan) berupa ruangan menyerupai “Lumpang” sebagai “Yoni”.

 

Alu dan Lumpang adalah dua alat penting yang dimiliki setiap keluarga di Indonesia khususnya rakyat pedesaan. Lingga dan Yoni adalah simbol dari jaman dahulu yang menggambarkan kehidupan abadi, adalah unsur positif (lingga) dan unsur negatif (yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, atau baik dan buruk.

Pembangunan tugu Monas dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap pertama (1961-1965), kedua (1966-1968), dan tahap ketiga (1969-1976).

Pada tahap pertama pelaksanaan pekerjaannya dibawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat.

Tahap kedua pekerjaannya masih dilakukan dibawah pengawasan panitia Monas. Hanya saja, biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat. Pada tahap kedua ini, pembangunan mengalami kendala karena keterbatasan biaya.

 

Tahap ketiga pelaksanaan pekerjaan berada dibawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional, dan biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).

Pada 12 Juli 1975 setelah pembangunannya berakhir, Presiden Soeharto meresmikan Tugu Monas. Sampai kini, Monas menjadi tempat wisata terkenal yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri.***

 

Editor: Kasiridho

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah