Hal ini membuat Stasiun Samarang menjadi lebih ramai dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta api. Selain diperuntukan sebagai kereta api barang, Stasiun Samarang juga melayani penumpang antar kota.
Sayangnya Stasiun Semarang dibangun di bekas tanah rawa, sehingga kerap dilanda banjir apabila terjadi pasang air laut. Untuk mengatasi hal itu, NISM membangun stasiun baru yakni Stasiun Tawang atau sekarang dikenal Stasiun Semarang Tawang.
Nantinya Stasiun Semarang hanya dikhususkan sebagai stasiun bongkar muat barang, sedangkan Stasiun Semarang Tawang diperuntukan bagi angkutan penumpang. Pemisahan layanan di dua stasiun ini bertujuan mengakomodasi jumlah penumpang yang lebih banyak.
Stasiun Semarang Tawang dirancang oleh arsitek Belanda Sloth-Blauw Boer dan diresmikan pada tanggal 1 Juni 1914. Sebelumnya, pada tahun 1911 dilakukan peletakan batu pertama oleh Anna Wilhelmina van Lennep, putri Kepala Teknisi NISM.
Lokasi Stasiun Semarang Tawang cukup strategis karena terletak di sebelah utara kawasan Kota Lama Semarang. Pada saat itu, kawasan Kota Lama Semarang menjadi pusat perdagangan di Semarang.
Gaya Arsitektur Stasiun Semarang Tawang
Bangunan Stasiun Semarang Tawang didirikan menggunakan konstruksi beton bertulang. Bentuk bangunan stasiun memanjang yang terdiri atas bagian utama sebagai vocal point yang dibuat lebih tinggi.
Bangunan utama tersebut memiliki kubah besar berbentuk persegi yang atapnya ditutup dengan lapisan tembaga. Bangunan utama difungsikan sebagai hall dengan langit-langit tinggi yang disangga oleh empat kolom utama.