LAZ Harfa Bebaskan 45 Ribu Warga dari Dolbon

- 1 Juni 2018, 20:23 WIB
IMG-20180601-WA0006
IMG-20180601-WA0006

PANDEGLANG, (KB).- Sekitar 45 ribu warga Pandeglang yang biasa buang air besar sembarangan atau di kebun (dolbon) sudah berubah perilakunya. Saat ini, mereka sudah membiasakan diri buang air besar di jamban. Berubahnya perilaku kurang sehat ribuan warga tersebut merupakan hasil dari program LAZ Harfa selama 10 tahun (2007-2017). Dalam upaya mengubah perilaku warga tersebut, LAZ Harfa menjalankan program pembangunan jamban dengan menggunakan metode pemicuan CLTS. Tanpa subsidi Melalui program tersebut, saat ini, sudah terbangun sebanyak 9.347 jamban di lingkungan masyarakat. ”Alhamdulillah, pembangunan ribuan jamban tersebut tanpa subsidi satu rupiah pun,” ujar Direktur LAZ Harfa Indah Prihanande kepada Kabar Banten, Jumat (1/6/2018). Indah menjelaskan yang dimaksud CLTS (Community Led Total Sanitation) adalah sanitasi total atas prakarsa masyarakat. Program ini merupakan program sanitasi yang menitikberatkan pada penyadaran masyarakat akan pentingnya sarana pembuangan air besar atau jamban untuk kesehatan pribadi dan lingkungan.
Seorang nenek warga pandeglang menyampaikan ucapan tetima kasih kepada direktur laz harfa indah prihanande atas adanya program pembangunan jamban di kampungnya. Menurut Indah, LAZ Harfa sudah memulai projek ini bersama-sama dengan Caritas Australia & Australian Aid sejak 2007 sampai sekarang. LAZ Harfa melakukan pemberdayaan CLTS kepada masyarakat dari satu kampung ke kampung lainnya. ”Pemberdayaan itu kami lakukan di satu kampung sampai kampung tersebut ODF (open defecation free) atau sudah 100 persen satu kampung itu buang air besar di jamban,” katanya. Menurut Indah, sejauh ini memang ada beberapa program pembangunan sarana sanitasi yang dilakukan berbagai pihak. Akan tetapi, hasilnya, sarana tersebut tidak digunakan dan dipelihara masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan program tersebur tidak berhasil. Di antaranya tidak adanya kesadaran atau kebutuhan yang muncul ketika pogram tersebut dilaksanakan. Selain itu, program yang dilaksanakan tersebut tidak berhasil memunculkan kebutuhan dari masyarakat sasaran. Sementara itu, penekatan pembangunan jamban keluarga dengan metode pendekatan CLTS ini menggunakan pola pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk menganalisis keadaan dan risiko pencemaran lingkungan yang disebabkan buang air besar di tempat terbuka dan membangun jamban tanpa subsidi dari luar. Program tersebut disampaikan kepada masyakat dengan mengacu kepada pemahaman dan bahasa mereka sendiri. Sejauh ini, menurut Indah, LAZ Harfa sudah melakukan pendampingan terhadap 20 desa. ”Tahun ini, kami sedang mendampimng sembilan desa,” katanya. Selain menerapkan metode pemicuabn CLTS, LAZ Harfa juga memberikan edukasi kepada majelis taklim, posyandu dan anak-anak selokah. ”Kami juga mendorong warga membentuk arisan jamban untuk memudahkan mereka bisa memiliki toilet permanen. Intervensi ekonomi  Setetah program itu berhasil, menurut Indah, LAZ Harfa mulai mengintervensi ekonomi kampung. Caranya, dengan melakukan pemberdayaan ekonomi desa secara mendapalam. Sebelumya, dilakukan asesmen mendalam dan menerapkan metoda participatory rural appraisal (PRA) per kampung. ”Upaya ini kami lakukan secara detail,” katanya. Indah menjelaskan PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinakan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkakan, dan menganalisis pengerahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta menbuat rencana tindan. Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan kebutuhan masyarakat, sehingga keberlanjutan program dapat terjamin. Dengan demikian, semua warga kampung paham tentang kekuatan kampungnya, sehingga mereka mengetahui kekuatan atau kelebihan apa yang akan diangkat dari kampungnya. Dalam metode tersebut, LAZ Harfa, tidak mengangkat kelemahan dan kekurangan masyarakat. Akan tetapi, lebih menekankan pada peluang dan kesempatan apa suatu kampung atau daerah akan dikembangkan. (KO)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah