Pulihkan Daerah Terdampak Tsunami Selat Sunda, Kemenpar Siapkan 49 Event Nasional

- 2 April 2019, 09:59 WIB
kemenpar
kemenpar

SERANG, (KB).- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI telah menyiapkan Rp 15 miliar melalui 49 event berskala nasional bagi Kabupaten Serang dan Pandeglang, sebagai wilayah terdampak tsunami Selat Sunda yang ditargetkan selesai hingga 22 Juni mendatang. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk mempercepat proses pemulihan dua wilayah terdampak tersebut.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, untuk pemulihan Anyer dan Tanjung Lesung ada tiga hal yang harus dilakukan yakni pemulihan SDM, pemasaran dan destinasi. Untuk mendukung tiga program itu, Kemenpar memiliki 49 event yang hingga saat ini sudah terlaksana 16 event.

"Jadi sisa 33 lagi. Itu harus diserap hingga 22 Juni. Kenapa 22 Juni, karena kejadiannya (tsunami) 22 Desember. Kalau kita hitung 6 bulan sampai 22 Juni, sehingga akan mempercepat pemulihan ini dengan banyaknya kegiatan," ujarnya kepada Kabar Banten saat ditemui setelah acara coffee morning bersama Bupati Serang di Pendopo Bupati, Senin (1/4/2019).

Ia mengatakan, untuk 49 kegiatan yang didukung kemenpar tersebut anggarannya mencapai Rp 15 miliar. Kemudian, kata dia, untuk wilayah Anyer secara fisik tidak terjadi masalah. Namun yang menjadi persoalan, hanya psikologis.

"Kenapa psikologis karena dianggap seluruh Selat Sunda termasuk Anyer itu kena tsunami. Jadi itu untung ruginya Anyer, Anyer itu sangat populer justru karena itu untungnya mudah dikenal. Tapi ketika ada tsunami dia dulu yang dikenal padahal tidak kena," katanya.

Namun sebelum kegiatan itu digencarkan, ia meminta bantuan media massa untuk memberitakan secara spesifik bahwa status waspada itu hanya ada di Anak Krakatau. Dengan radius hanya 2 kilometer, dan bukan di Selat Sundanya.

"Dulu kita lakukan di Bali (strategi ini). Saya dan Gubernur Bali yang mengumumkan, bahwa yang status awas ketika itu ada di titik Gunung Agung. Kalau rekan-rekan benar menulisnya, maka secara psikologis ini paling cepat recovery," ujarnya.

Sebab, kata dia, masyarakat tidak mengerti status waspada, siaga atau awas tersebut. Asal dinyatakan tidak aman, itu artinya tidak aman. Jika itu berhasil, menurut dia, tidak perlu dilakukan kegiatan khusus pun, tingkat kunjungan akan kembali normal.

"Waktu saya datang 12 Februari, okupansi hotel hanya 10-30 persen. Kalau saya rata-rata hanya 20 persen dan itu sangat buruk. Orang hanya bisa bertahan tiga bulan. Jadi saya mohon pada rekan media untuk memberitakan bahwa yang status waspada itu hanya 2 kilometer," tuturnya.

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x