Legenda dan Mitos Meriam Ki Amuk, Alat Tempur Kesultanan Banten Hadiah dari Para Wali

- 4 Juni 2023, 11:30 WIB
Ilustrasi terkait mitos Meriam Ki Amuk alat tempur yang dimiliki Kesultanan Banten pada masa kejayaannya, dan kini masih tersimpan di museum purbakala Banten.
Ilustrasi terkait mitos Meriam Ki Amuk alat tempur yang dimiliki Kesultanan Banten pada masa kejayaannya, dan kini masih tersimpan di museum purbakala Banten. /Tangkapan layar/Instagram @jalurrempahri

KABAR BANTEN - Kesultanan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam terkuat di wilayah nusantara selama hampir 3 abad di mulai dari abad ke 15 hingga abad ke 18.

 

Sampai masa ketika datangnya pengaruh besar bangsa Eropa yang mulai menekan banyak kerajaan besar di nusantara termasuk Kesultanan Banten.

Namun nama besar Kesultanan Banten tetap berpengaruh dan mampu bertahan, bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa.

Baca Juga: Ada yang Baru Nih, Inilah 3 Wisata Paling Hits dan Populer 2023 di Pandeglang Banten, Yuk Liburan!

Saking kuat dan besarnya pengaruh Kesultanan Banten, sehingga sejarawan asal Belanda Hermanus Johannes de Graf menyatakan pada abad ke 17 bahwa wilayah Jawa terdapat dua kawasan adidaya yang sangat disegani Belanda pada saat itu.

Dua kawasan tersebut adalah Kesultanan Mataram dan Kesultanan Banten, penyataan dan penilaian sang sejarawan asal Belanda itu merujuk pada banyaknya jumlah dan kualitas pertahanan militer yang dimiliki Kesultanan Banten.

Selain itu, Kesultanan Banten juga dikenal memiliki pasukan prajurit yang terlatih, benteng pertahanan yang kokoh dan angkatan laut yang kuat.

Kekuatan militer Kesultanan Banten juga dilengkapi dengan perangkat atau perlengkapan perang yang mumpuni pada zamannya.

Salah satu perangkat perang yang dimiliki Kesultanan Banten dan melegenda adalah Meriam Ki Amuk, konon alat tempur tersebut memiliki mitos yang beredar di masyarakat.

Lantas mitos apa yang saja yang dimiliki Meriam Ki Amuk Kesultanan Banten tersebut.

Sebagaimana dikutip Kabar Banten melalui kanal YouTube Bujang Gotri, berikut beberapa mitos Meriam Ki Amuk yang beredar di masyarakat.

Meriam Ki Amuk merupakan alat tempur Kesultanan Banten yang memiliki ukuran panjang lebih dari 3 meter ini pada masanya menjadi salah satu alat perang kebanggaan Kesultanan Banten yang diandalkan untuk menghalau serangan musuh dalam menghancurkan musuh yang mencoba mengancam kedaulatan Kesultanan Banten.

Pada saat ini Meriam Ki Amuk tersimpan di Museum Kepurbakalaan Banten Lama yang berlokasi di dekat mesjid Agung Banten.

Hal unik dari Meriam Ki Amuk ini adalah terdapat motif bahasa Arab yang terukir di badan Meriam.

Dalam motif tersebut tersirat pesan kebaikan yang tentu saja berbeda dengan fungsi alatnya yang selalu disimbolkan sebagai senjata pemantik perang.

Jika dilihat secara seksama pada Meriam Ki Amuk terdapat tiga ornamen pada bagian meriam tersebut.

Ornamen pertama di bagian mulut meriam, yang ke dua di bagian tengah atas dan yang ke tiga di bagian belakang.

Secara keseluruhan makna dari ketiga kalimat bahasa Arab tersebut, membawa pesan tentang kebaikan yang bersandar pada ajaran agama Islam.

Baca Juga: Terlanjur Melanggar Sumpah Atas Nama Allah? Begini Cara Menebusnya Kata Ustadz Abdul Somad dan Buya Yahya

Sedemikan hebatnya Meriam Ki Amuk milik Kesultanan Banten yang menjadi senjata andalan untuk menjaga perbatasan keraton dan batas wilayah kekuasaan Kesultanan Banten, sehingga para prajurit dan masyarakat Banten pada saat itu banyak yang beranggapan bahwa kekuatannya bukan hanya berasa dari bentuk fisik meriamnya saja.

Namun hal itu ditambah juga dengan kekuatan gaib yang berasal dari para Wali dan Karuhun Banten, khususnya pengaruh besar dari kekuatan Sultan Maulana Hasanuddin.

Dengan hanya mendengar dentuman saja, Meriam Ki Amuk mampu membuat musuh ketakutan, ditambah lagi ketika meledak, maka kekuatan dahsyatnya mampu menghancurkan target sasaran yang membuat pertahanan musuh porak poranda.

Suara dentuman yang menggelegar serta kekuatan dahsyat milik Meriam Ki Amuk ini telah dibuktikan ketika pasukan Kesultanan Banten melawan musuhnya.

Baik saat melawan armada laut Portugis maupun pasukan Belanda yang akan mendarat di pantai Banten pada abad ke 15 dan abad ke 18.

Mengenai sejarah dan asal-usul dari Meriam Ki Amuk ini terdapat beberapa versi yang diantaranya dipengaruhi oleh cerita legenda masyarakat.

Menurut Mentes Minto seorang penulis asal Portugis, ia mengungkapkan saat terjadi perang antara Demak melawan Panarukan, dimana pada perang tersebut, Demak sudah memiliki sejumlah meriam yang dibuat dengan di cor termasuk salah satunya yang berukuran besar sebesar Meriam Ki Amuk.

Kemungkinan besar Meriam tersebut adalah Meriam Ki Amuk, meriam tersebut dibuat oleh pandai besi yang berasal dari negara Turki dan beberapa dari Aceh.

Versi lain yang bersumber dari cerita rakyat, yang kental akan kisah legenda dan Mitos Meriam Ki Amuk milik Kesultanan Banten.

Dikisahkan pada saat itu Kesultanan Banten yang masih berada di bawah pemerintahan Demak, mulai diincar oleh Portugis dan Belanda.

Dari situlah kemudian Sulatan Demak mengirimkan pasukannya ke Banten di bawah pimpinan prajurit-prajurit pilihannya.

Diantara para prajurit pilihannya itu terdapat tiga bersaudara prajurit yang terjun ke medan perang.

Dengan gagah berani mereka memimpin anak buahnya yang menghadang penyerbuan bala tentara Portugis yang datang dari arah laut.

Pada saat menjalankan tugasnya itu dia dari tiga prajurit bersaudara itu melanggar sebuah larangan dari leluhur mereka yakni dengan mandi air laut pada waktu terik matahari.

Akhirnya mereka terkena kutukan dan berubah menjadi sepasang meriam yang salah satunya konon menjadi Meriam Ki Amuk yang dipakai oleh Kesultanan Banten.

Cerita lain juga menyebut, bahwa Meriam Ki Amuk merupakan pemberian dari Sultan Demak atas keputusan Walisongo sebagai sebuah hadiah kado pernikahan antara Sultan Maulana Hasanuddin dan putri Demak.

Konon diceritakan pada awalnya daya ledak dan jangkauan Meriam Ki Amuk normal layaknya meriam-meriam pada umumnya yang memiliki daya jangkau sejauh 65 meter.

Dengan keadaan itu Sultan Maulana Hasanuddin merasa tidak puas, lalu beliau bermunajat kepada Allah SWT agar mampu memberikan kekuatan lebih terhadap Meriam Ki Amuk.

Setelah melalui berbagai ritual dan tirakatnya, kemudian Sultan Maulana Hasanuddin mencoba Meriam Ki Amuk.

Ternyata kemampuan Meriam Ki Amuk meningkatkan berkali-kali lipat, suara dentuman Meriam Ki Amuk sangat menggelegar ditambah lagi daya jangkauannya mencapai jarak 500 meter hingga 1 kilometer.

Dengan jarak tembak yang jauh serta suara Meriam Ki Amuk yang menggelegar, menjadikan Meriam Ki Amuk sebagai senjata pamungkas dan senjata andalan Kesultanan Banten yang paling ditakuti, sehingga membuat musuh lari tunggang langgang.

Baca Juga: Kisah Perjalanan Duta Besar Kesultanan Banten ke Inggris pada Masa Kejayaan Abad ke-17

Pada awalnya Meriam Ki Amuk disimpan di pelabuhan Karang Tanu, akan tetapi karena warga setempat beranggapan Meriam Ki Amuk memiliki kekuatan gaib, sehingga banyak warga yang menjalankan ritual seperti melempar koin atau memeluk moncongnya.

Konon jika pergelangan tangan bisa bertemu, maka orang tersebut akan kaya raya, akibatnya Meriam Ki Amuk kemudian dipindahkan ke Banten Lama tepat di museum di sekitar Masjid Agung Banten.

Itulah informasi tentang legenda dan Mitos Meriam Ki Amuk alat tempur Kesultanan Banten sebagai hadiah dari para Walisongo, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube Bujang Gotri


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x