1549852

Mendikbudristek Sebut Asesmen Nasional Bentuk Evaluasi Sistem Pendidikan di Indonesia

- 2 April 2022, 08:16 WIB
Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim saat memberikan sambutan  dalam Merdeka Belajar Episode 19 : Rapor pendidikan.
Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim saat memberikan sambutan dalam Merdeka Belajar Episode 19 : Rapor pendidikan. /tangkapan layar kanal YouTube KEMDIKBUD RI./

KABAR BANTEN - Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, Asesmen Nasional (AN) belum pernah dilaksanakan di Indonesia sebelumnya.

Asesmen Nasional salah satu bentuk evaluasi sistem pendidikan yang berfokus kepada kompetensi literasi, numerasi dan karakter.

Kemdikbudristek telah mengasesmen 260 ribu sekolah dari SD sampai tingkat SMA atau sederajat.

Baca Juga: Mendikbudristek Dorong Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan Akses Rapor Pendidikan

Kemudian 3,1 juta guru masuk di dalam survei asesmen nasional ini, dan 6,5 juta peserta didik berpartisipasi.

Asesmen nasional mengukur kompetensi dasar literasi dan numerasi menggunakan metode berstandar internasional.

Mengukur karakter peserta didik dan  kualitas lingkungan belajar selain kompetensi literasi dan numerasi.

"Kita belum pernah melaksanakan asesmen nasional sepenuhnya 100 persen berbasis digital, dengan mempunyai asesmen yang lebih akurat, valid dan jauh lebih cepat diolah dan dianalisa oleh berbagai pihak," kata Nadiem dalam Merdeka Belajar Episode 19 : Rapor Pendidikan Indonesia, Dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari kanal YouTube KEMDIKBUD RI, 1 April 2022.

Nadiem mengatakan, Ujian Nasional belum dilaksanakan di level SD, kalau sekarang Mendikbudristek memiliki potret lengkap dari SD sampai tingkat SMA.

Ini benar-benar instrumen yang baru dan untuk mengejar ketertinggal dan Indonesia harus melompat lebih jauh untuk menghasilkan inatrumen asesmen yang lebih holistik.

"Pelaksanaan Asesmen Nasional sejalan dengan perubahan prinsip-prinsip kita, orientasi kita pada mutu, terintegrasi, dan mendorong refleksi dan perbaikan," ujarnya.

Ia menuturkan, Asesmen Nasional memiliki 3 aspek penilaian yakni asesmen kompetensi minimum yakni literasi dan numerasi, survei karakter berdasarkan survei belajar pancasila, dan survei lingkungan belajar diikuti bukan hanya peserta didik, guru dan kepala sekolah.

"Capaian kompetensi literasi kita masih perlu banyak perbaikan, 2 dari 3 peserta didik belum mencapai numerasi literasi jadi ini PR kita untuk meningkatkan daya literasi di Indonesia," tuturnya.

Menurutnya, kompetensi literasi dan numerasi yang rendah berpotensi buruk pada keberlangusngan masyatakat, anak-anak yang menghadapi tantangan dengan numerasi dan literasi sangat mudah ketertinggalan, memutuskan tidak melanjutkan sekolah.

Baca Juga: Asesmen Nasional, Siswa Hingga Orang Tua tak Perlu Persiapan Khusus, Berikut Penjelasannya

"Daya saing lulusan-lulusan kita didalam dunia yang berbasis teknologi terus berubah, daya saing rendah ini akan berdampak pada sumber daya manusia ke depan," ujarnya.

Ia mengatakan, rapor pendidikan mengintegrasikan berbagai data pendidikan untuk membantu satuan pendidikan, dan dinas pendidikan mengidentifikasi capaian dan akar masalah serta merancang langkah-langkah pembenahan yang efektif  berbasis data.

"Asesmen Nasional bukan hanya mengukur literasi dan numerasi tetapi juga karekter karena ini semua saling korelasi, pentingnya budaya pembelajaran yang positif," ucapnya.***

Editor: Rifki Suharyadi

Sumber: Youtube Kemdikbud RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah