Sejarah Kota Serang, Ada Sentuhan Sultan Banten dan Belanda, dari Area Persawahan hingga Kawasan Perkotaan

14 Agustus 2021, 09:51 WIB
Kolase Kota Serang saat itu terkenal area persawahannya yang menjadi sentra penanaman padi masa Sultan Banten ke-2 Sultan Maulana Yusuf hinga berkembang menjadi kawasan perkotaan masa pemerintahan Gubernur Belanda Herman Williams Daendels. /KITLV/Bley, G.F.J/

KABAR BANTEN - Kota Serang merupakan pemerintahan hasil dari pemekaran Kabupaten Serang yang kini menjadi ibu kota Provinsi Banten. 

Kota Serang ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang.

Kemudian, dimasukan dalam lembaran Negara Nomor 98 Tahun 2007 dan tambahan lembaran Negara Nomor 4748, tertanggal 10 Agustus 2007.

Baca Juga: Mengenal Pembentukan Kota Serang, Hari Jadinya di Bulan Kemerdekaan, Miliki Slogan Sarat Makna Makna Toleransi

Sebagai pusat pemerintahan atau Ibukota Provinsi Banten, Kota Serang ini letaknya tak jauh dari ibu kota negara Republik Indonesia yakni DKI Jakarta. 

Saat awal mulai didirikan, Kota Serang ini memiliki semboyan yang penuh makna yakni Kota Serang Madani. 

Berbicara mengenai Kota Serang, tentu tak lepas dari nama 'Serang' serta sentuhan Sultan Banten dan Belanda saat itu. 

Tak bisa dipungkiri, Kota Serang sendiri dalam perkembangan sejarahnya terpengaruhi atas sistem pemerintahan Sultan Banten pada saat itu yakni Sultan Maulana Yusuf yang merupakan Sultan Banten ke-2. 

Sultan Banten kedua saat itu, bisa dikatakan sebagai inisitator dari terbentuknya centra padi atas perluasan area persawahannya. 

Sementara yang mempengaruhi Serang menjadi kawasan perkotaan adalah Gubernur Jenderal Belanda pada saat itu yakni Herman Williams Daendels. 

Hal tersebut, sebagaimana dilansir kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id.

Jika dilihat pada masa Sultan Banten ke-2 yakni Sultan Maulana Yusuf (1570-1580) Kota Serang saat itu merupakan wilayah persawahan yang dikembangkan dengan mendorong masyarakat Banten untuk memperluas dan membuka area persawahan. 

Selain itu, pada masa itu dilengkapi dengan pembuatan saluran irigasi dan bendungan untuk mengaliri area persawahan.

Oleh karenanya, pada masa Sultan Maulana Yusuf tersebut, Serang dikenal sebagai wilayah persawahan bahkan menjadi sentra penanaman padi. 

Selanjutnya, dalam perkembangannya pada area persawahan dibuatlah jalan raya pos pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda yakni Herman Williams Daendels.

Kemudian, saat Kesultanan Banten di hapus oleh Belanda, pada masa itu lah Kota Serang berkembang menjadi kawasan perkotaan. 

Selanjutnya, pada masa Bupati Serang kedua yakni Agoes Rajak Raden Tumenggung Aria Djajakusumaningrat yang memerintah sejak 1827-1840, memindahkan pusat pemerintahan kabupaten ke selatan dan membangun Kota Serang.

Dari situlah sarana dan prasarana atau infrastruktur mulai dibangun untuk mendukung pemerintahan di Serang. 

Perihal nama Serang sendiri, asal usulnya ada dua versi.

Ada yang menyebutkan, sesuai dengan perkembangannya bahwa di wilayah tersebut pernah menjadi area persawahan, nama Serang sendiri berasal dari bahasa Sunda yang artinya adalah sawah. 

Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa asal usul nama Serang yakni berasal dari bahasa Jawa Banten, yakni 'Se-erang' yang artinya adalah sekelompok atau seikat. 

Hal tersebut dilatarbelakangi oleh pemukiman awal di Kota Serang yang kebanyakan mengelompok.

Baca Juga: Mengenal Keraton Kaibon Banten, Dibangun Untuk Ratu Aisyah, yang Gerbangnya Dijadikan Logo Kota Serang

Artinya, pemukiman di Kota Serang pada masa itu satu pemukiman dengan pemukiman lainnya saling mengelompok dengan masing-masing kelompok pemukiman terdiri dari puluhan rumah. 

Demikianlah sejarah Kota Serang dalam perkembangannya tak luput dari sentuhan Sultan Banten ke-2 yakni Sultan Maulana Yusuf dan juga pemerintahan Belanda. 

Sultan Banten itu membawa Kota Serang sebagai wilayah persawahan menjadi kawasan perkotaan.***

Editor: Rifki Suharyadi

Sumber: Kemendikbud

Tags

Terkini

Terpopuler