Mengenal Asal Usul Nama Pandeglang, Negeri Seribu Ulama Sejuta Santri, Jejak Penuh Misteri Legenda Pandai Besi

- 21 Februari 2021, 18:48 WIB
Mesjid Cikaduen Pandeglang tempo dulu
Mesjid Cikaduen Pandeglang tempo dulu /KITLV17817/Pleyte,C.M

KABAR BANTEN - Pandeglang merupakan salah satu daerah di Banten yang hingga kini terkenal dengan negeri seribu ulama sejuta santri. Banyak yayasan pondok pesantren yang dari dulu hingga kini, masih eksis dan bertahan dengan penguatan tradisi lokal yang mampu bertahan tanpa terkikis oleh perkembangan zaman.

Selain itu, di Pandeglang juga banyak bermunculan pondok pesantren baru baik tradisional maupun modern yang tetap mempertahankan esensi atau nilai dari pondok pesantren.Di samping ulama dan santri yang menjadi sorotan dan ciri dari daerah Pandeglang, potensi sumber daya alam di daerah ini juga menjadi sorotan.

Walaupun sudah menyentuh industrialisasi, suasana alam yang masih asri, dengan banyaknya tumbuhan disepanjang jalan membuat Pandeglang menjadi daerah pilihan dalam menikmati keindahan alam.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Bayah Lebak, Wilayah Rawan Gempa Penuh Misteri, Diambil dari Kata Paru Tempat Bernafas

Sumber daya alam daratan dan lautan di Pandeglang merupakan potensi alam yang menjadi sumber utama kekayaan yang dimiliki Pandeglang. Adapun asal usul nama Pandeglang sendiri, berdasarkan sejarah cerita Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2014, yang disusun Juliadi dan Neli Wachyudin, bahwa nama Pandeglang memiliki banyak versi.

 Pertama, nama Pandeglang sendiri diambil dari cerita pembuatan gelang yang dibuat oleh pande besi. Material gelang tersebut, diambil dari potongan bagian belakang meriam Ki Amuk yang dilebur menjadi lima pasang atau sepuluh gelang.

 Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Serang, Daerah Persawahan Terkikis Industrial, Kini Terbelah Dua dan Jadi Ibukota

Latar belakang dipotongnya bagian belakang meriam Ki Amuk yang materialnya dijadikan gelang, karena meriam besar yang berada di Banten Lama, bekas pusat pemerintahan Kesultanan Banten tersebut, awalnya memiliki bentuk yang hampir sama dengan meriam Ki Jagur.

 Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Banten, Pusat Kerajaan Islam dan Negeri Para Jawara

Menurut cerita, sama seperti meriam Ki Jagur yang kini berada di Museum Fatahillah Jakarta, pada bagian pangkal atau belakang meriam Ki Amuk memiliki bentuk jari tangan, yag ibu jarinya diselipkan diantara jari telunjuk dan jari tengah.

Bentuk tersebut, umumnya disimbolkan sebagai bentuk senggama. Sebab, dianggap kurang etis bagi masyakarat di lingkungan Kesultanan Banten yang Islami, maka munculan cerita rakyat akan pembuatan gelang tersebut oleh pande besi yang bernama Ki Buyut Papak yang tinggalnya sekitar 30 Km arah selatan Banten Lama.

 Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Banten, Pusat Kerajaan Islam dan Negeri Para Jawara

Versi kedua, masih seputar pembuatan gelang, hanya saja latar belakang ceritanya jauh berbeda dengan versi pertama. Dalam versi kedua ini, menceritakan kisah seorang putri kerajaan yang bersedih karena dilaman orang seorang pangeran tampan dan sakti, namun berprilaku jahat.

Putri kerajaan yang bernama Putri Arum tersebut, ingin menolak lamaran dari pangeran tampan yang bernama Pangeran Cunihin, namun lamaran Pangeran Cunihin sulit di tolak karena ia mengancam akan menghancurkan kerajaan tempat tinggal sang putri.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Minggu, 21 Februari 2021, Scorpio, Libra, Akhirnya Kerja Keras Membuahkan Hasil!

Atas keadaan tersebut, lalu Putri Arum memutuskan untuk bersemedi meminta petunjuk agar terbebas dari belenggu Pangeran Cunihin. Saat proses semedi, Putri Arum didatangi oleh kakek tua bernama Pande Gelang yang akan membantunya membatalkan lamaran Pangeran Cunihin yang akan memperistri Putri Arum.

Kakek Pande Gelang tersebut kemudian menyusun strategi dan menyarankan Putri Arum untuk menerima lamaran tersebut dengan memberikan persyaratan kepada Pangeran Cunihin.

Syarat tersebut yakni, Pangeran Cunihin harus membuat lubang pada sebuah batu keramat yang tingginya setara dengan tubuh manusia dalam waktu tiga hari dan diletakkan di pesisir pantai.

 Baca Juga: Ini Pesaing Iti Octavia Jayabaya di Pilgub DKI, Sama-sama Bupati Perempuan Suka Blusukan, Siapa Paling Hebat?

Ki Pande menjelaskan, dengan persyaratan yang diberikan tersebut maka kesakitian Pangeran Cunihin akan hilang.  Sementara, Putri Arum mengajukan persyaratannya kepada Pangeran Cunihin, Ki Pande bergegas membuat sebuah gelang yang akan digunakan untuk menghilangkan kesaktian Pangeran Cunihin.

Gelang tersebut dibuat sebesar batu keramat dan akan diletakkan tepat pada lubangnya.Dengan penuh kesombongan, Pangeran Cunihin pun menyanggupi persyaratan tersebut dan berhasil melubangi batu keramat dan sudah diletakkan di pesisir pantai dalam waktu kurang dari tiga hari.

 Baca Juga: Kantor Bahasa Banten Diskusi Dialek Film Saidjah dan Adinda

Seketika, Putri Arum pun merasa gelisah dan khawatir, kemudian Ki Pande menyuruh Putri Arum agar meminta Pangeran Cunihin melewati lubang di batu keramat karena sebelumnya Ki Pande telah meletakkan gelang saktinya pada lubang batu tersebut.

 Baca Juga: Wisatawan Asal Tangerang Tergulung Ombak di Anyer

Setelah Pangerang Cunihin melewati lubang batu keramat, seluruh kekuatan dan kesaktiannya pun hilang, dan ia tiba-tiba berubah menjadi seorang lelaki tua. Sementara, Ki Pande pun ikut berubah menjadi seorang lelaki tampan.

 Baca Juga: Dibalik Mesranya Mas Al dan Andin, Ada Rasa Khawatir ke Mama Rossa? Bocoran Ikatan Cinta 21 Februari 2021

Atas kejadian tersebut, Ki Pande pun menjelaskan kepada Putri Arum bahwa ia sebenarnya adalah seorang pangeran yang dikutuk menjadi lelaki tua dan dicuri kesaktiannya oleh Pangeran Cunihin.***

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2014


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x