Angka Covid-19 di Lebak Menurun, Museum Multatuli Mulai Ramai Pengunjung

- 12 Juni 2021, 16:10 WIB
Sejumlah anak TK mengunjungi Museum Multatuli di Kabupaten Lebak, Jumat, 11 Juni 2021.
Sejumlah anak TK mengunjungi Museum Multatuli di Kabupaten Lebak, Jumat, 11 Juni 2021. /Kabar Banten /Purnama Irawan

KABAR BANTEN - Museum Multatuli di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak mulai ramai di kunjungi oleh pengunjung. Mulai ramainya pengunjung mengunjungi Museum Multatuli karena angka Covid - 19 di Kabupaten Lebak menurun pasca Libur Lebaran Idul Fitri 1442 Hijriyah lalu.

Selain karena angka Covid - 19 cenderung menurun, kunjungan mulai ramai karena Museum Multatuli sudah dibuka untuk umum namun menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

"Minggu ke2 bulan Juni jumlah pengunjung Museum Multatuli mulai ramai lagi," kata Kepala Museum Multatuli Kabupaten Lebak Ubaidillah Muchtar kepada Kabar Banten, Sabtu, 12 Juni 2021.

Baca Juga: Kunjungi Museum Multatuli Rangkasbitung, Warga Amerika Jadi Satu-satunya Wisatawan Asing Saat Pandemi Covid-19

Pengunjung yang datang dari berbagai kalangan. Mulai dari dewasa, remaja serta anak-anak TK.

"Waktu kemarin rombongan anak TK sudah mulai kembali mengunjungi Museum," katanya.

Setiap rombongan ataupun perorangan diwajibkan mematuhi prokes. Mengenakan masker, mencuci tangan, pakai hand sanitizer serta menjaga jarak.

"Prokes wajib dipatuhi karena untuk mencegah penularan Covid - 19," katanya.

Kepala Museum Multatuli mengungkapkan, sebagai upaya meningkatkan jumlah kunjungan langsung ataupun secara virtual pihaknya tengah mencetak brosur. Buat promosi ke berbagai kalangan khususnya ke sekolah-sekolah.

Baca Juga: Serunya Berkeliling Museum Multatuli Lebak Secara Virtual, Jangan Kaget Disambut Saijah dan Adinda

"Semoga saja Pandemi Covid -19 segera berakhir. Sehingga kita bisa kembali melaksanakan kegiatan secara normal," katanya.

Selanjutnya, Ubaidillah mengungkapkan, bahwasannya nama Museum Multatuli tidak terlepas dari sejarah Multatuli adalah nama pena atau amaran dari Eduard Douwes Dekker.

"Ia pertama kali tiba di Rangkasbitung pada 21 Januari 1856 dan bertugas sebagai asisten residen Lebak," katanya.

Selanjutnya Ia bekerja tidak lebih dari 84 hari, lalu mengundurkan diri setelah berselisih paham dengan pejabat-pejabat kolonial lainnya.

"Multatuli kemudian pergi ke Belgia dan menuliskan kegelisahannya dalam bentuk roman berjudul Max Havelaar pada 1860," katanya.

Baca Juga: Dewan Kabupaten Lebak Pertanyakan Uang Rp10,9 Miliar, Dirut PDAM Tirta Multatuli tak Tahu Dimana Uangnya

Secara umum dan sudah menjadi bagian dari historiografi Indonesia, ceritanya memuat bagaimana bobroknya sistem kolonial (cultuurstelsel), khususnya persekutuannya dengan sistem feodal.

"Kisah Multatuli menjadi narasi sebagai aset di Lebak untuk dijadikan pembelajaran (tentang bagaimana kolonialisme bekerja dan bagaimana sistem itu diruntuhkan oleh gerakan nasionalisme) dalam bentuk pendirian museum," katanya.

Ide pendirian Museum Multatuli telah direncanakan sejak 2015. Pada tahun 2016, delegasi pejabat dan guru dari Pemerintah Kabupaten Lebak pergi ke Belanda untuk mengunjungi Arsip Nasional Belanda dan Multatuli Huis di Amsterdam.

Kunjungan ini dilakukan untuk membangun komunikasi dan persahabatan guna keberlangsungan Museum Multatuli yang sedang dirintis.

"Pada 11 Februari 2018, Museum Multatuli secara resmi dibuka untuk masyarakat. Peresmian museum dilakukan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid dan Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya," katanya.***

Editor: Yandri Adiyanda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x