Mengenal Danau Tasikardi dengan Pulau Keputren, Tempat Bertafakur Ibu Sultan Hingga Rekreasi Keluarga

- 11 Agustus 2021, 10:50 WIB
Danau Tasikardi, dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf, menyimpan pulau Keputren diperuntukkan untuk tempat bertafakur Ibunda Sultan.
Danau Tasikardi, dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf, menyimpan pulau Keputren diperuntukkan untuk tempat bertafakur Ibunda Sultan. /Frely Rahmawati/Kabarbanten

KABAR BANTEN - Danau Tasikardi merupakan salah satu situs sejarah peninggalan Kesultanan Banten.

Danau Tasikardi ini letaknya sekira 6 KM sebelah barat Kota Serang, tepatnya di Kampung Kamasan, Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang.

Danau Tasikardi yang merupakan tempat penampungan air yang dahulunya dialirkan ke Keraton Surosowan, luasnya sekira 5 hektare.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Ungkap Hubungan Cinta dari Gambar Bentuk Jejak Kaki yang Kamu Pilih

Danau Tasikardi ini di bangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf, Sultan Banten ke-3 yang memerintah Banten sejak 1570-1580.

Nama Danau Tasikardi diambil dari bahasa Sunda yang memiliki arti danau buatan.

Arsitek yang membangun Danau Tasikardi adalah Hendrick Lucaz Cardeel yang merupakan arsitek Belanda yang melarikan diri dari Batavia.

Baca Juga: Mengenal Keraton Kaibon Banten, Dibangun Untuk Ratu Aisyah, yang Gerbangnya Dijadikan Logo Kota Serang

Dilansir kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari laman simpotda.bantenprov.go.id, Danau Tasikardi ini sekarang menjadi salah satu tempat wisata di Banten yang terbuka untuk umum.

Bukan hanya warga asli Margasana yang dapat berekreasi menikmati keindahan Danau Tasikardi, warga Kasemen, desa/kelurahan di lingkungan Kesultanan, bahkan di luar Banten juga dapat mengunjungi Danau Tasikardi ini.

Menurut Saefudin, salah satu warga Kasemen mengungkapkan bahwa di Danau Tasikardi ini dahulu ada bebek-bebekan (permainan layaknya perahu air) , yang membuat Danau Tasikardi ini ramai oleh anak-anak kampung sekitar.

Baca Juga: Yakin Husnul Khotimah, Ustaz Yusuf Mansur Komentari Wafatnya Tokoh Agama Lebak Kyai Usep Usai Bersyahadat

 

Dengan adanya bebek-bebekan sebagai alat bermain, tentu membuat Danau Tasikardi ini ramai dikunjungi para wisatawan.

Tapi, Saefudin mengungkapkan bebek-bebekan yang ada hanya tinggal satu buah.

Meskipun bebek-bebekan tinggal satu, tak membuat Danau Tasik Kardi sepi pengunjung.

Terlihat masih banyak warga yang mendatangi Danau Tasikardi.

Baca Juga: Besok, 1.001 Bendera Merah Putih Dikibarkan Serentak di Curug Kota Serang, Ini Makna Spiritualnya

Ada yang memancing ikan, berekreasi dengan menggelar karpet sambil menikmati makanan, sekedar untuk duduk-duduk sambil merasakan kesegaran udara, dan lainnya.

Meskipun Danau Tasikardi ini sudah ada sejak dahulu, dan dinyatakan sebagai salah satu situs sejarah, dengan adanya perawatan dan pengembangan, Danau Tasikardi pun sampai sekarang lingkungannya masih sangat asri dan benar-benar terjaga.

Berbicara mengenai situs sejarah, tentu Danau Tasikardi ini menyimpan banyak cerita sejarah di dalamnya.

Baca Juga: Girly Sampai Tomboy, Intip Inspirasi Outfit dari Girl Band BLACKPINK yang Bisa Kamu Tiru

Sebagaimana disadur kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id, sebagaimana disebutkan diatas, Danau Tasikardi ini merupakan Danau buatan yang fungsinya untuk menampung air.

Nantinya, air yang ada di Danau Tasikardi ini, dijernihkan dahulu di pengindelan sebelum dialirkan ke Keraton Surosowan yang nantinya air tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih para penduduk.

Yang menarik dari Danau Tasikardi ini, terdapat pulau kecil yang dinamai sebagai pulau Keputren.

Baca Juga: Girly Sampai Tomboy, Intip Inspirasi Outfit dari Girl Band BLACKPINK yang Bisa Kamu Tiru

Pulau kecil yang dibangun tersebut, diperuntukkan untuk Ibunda sang Sultan sebagai tempat untuk bertafakur (ibadah yang dilakukan dengan merenung atau memikirkan tanda kebesaran Allah).

kemudian, pada masa selanjutnya, pulau Keputren tersebut digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga Sultan.

Hingga akhirnya, pada tahun 1706, Sultan Banten saat itu menerima tamu dari Belanda yakni Cornellis de Bruin di Tasikardi.

Dan pada tanggal 16 Juni 1998, Danau Tasikardi pun ditetapkan sebagai situs cagar budaya dengan status tanah milik negara dalam nomor 133/M/1998.***

Editor: Yomanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x