KABAR BANTEN-Krakatau merupakan salah satu gunung berapi di Indonesia yang bisa disebut beranak pinang, hingga sekarang berwujud Gunung Anak Krakatau yang berada di perairan Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatera.
Gunung Anak Krakatau muncul pada Agustus 1930 atau sekitar 44 tahun masa tenang, setelah Gunung Krakatau meletus dan sirna pada 26-27 Agustus 1883 yang membuat Pulau Jawa gelap gelita.
Namun Gunung Anak Krakatau yang meletus pada 22 Desember 2018 yang menyebabkan tsunami di sebagian ujung timur Pulau Jawa, merupakan generasi ketiga dari Krakatau Purba di kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda.
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Status Waspada, Hasil Pengamatan: 1 Kali Gempa Hembusan, Tremor Menerus
Dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari VSI ESDM, Komplek Krakatau terdiri dari empat pulau, Rakata, Sertung, Panjang dan Anak Krakatau. Ketiga pulau pertama adalah sisa pembentukan kaldera, sedangkan Anak krakatau tumbuh mulai 20 Januari 1930.
Krakatau diketahui dalam sejarah pada saat terjadi letusan besar pada 416 SM, yang menyebabkan tsunami dan pembentukan kaldera (Judd, 1889).
Kemudian De Neve (1981), memperoleh keterangan bahwa sebelum terjadi paroksismal kedua, beberapa letusan terjadi pada abad 3, 9, 10, 11, 12, 14, 16 dan 17.
Perisitiwa dari abad ke abda itu, diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata, Danan dan Perbuatan yang kegiatan vulkaniknya berhenti pada tahun 1681.
Namun setelah beristirahat selama 200 tahun, Krakatau kembali memperlihatkan kegiatannya. Diawali dari beberapa letusan Gunung Danan, dan Gunung Perbuatan yang meletus pada 20 Mei 1883 berkomposisi basaltis mengawali letusan paroksismal pada 27 Agustus 1883.