Hasto Wardoyo: Cegah Stunting dengan Mengobati Penyebabnya

- 13 September 2019, 15:00 WIB
Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo
Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo

TANGERANG, (KB).- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo mengatakan, mencegah stunting harus dari bayi yang belum lahir hingga bayi yang sudah lahir sampai pada 1000 hari pertama kehidupan. Suami dan istri harus mempersiapkan diri dan juga memperhatikan kesehatannya.

"Kesehatan suami misalnya yang perokok dapat berpengaruh pada kualitas sperma, bibit sperma yang tidak bagus bisa mempengaruhi kualitas janin yang akan dihasilkan. Bayi dibentuk plasenta hanya dalam waktu 16 minggu, placenta ini yang akan menentukan terbentuknya bayi yang unggul atau tidak, maka pada perempuan dan ibu perlu ada asupan vitamin, zat besi, dan asam folat sejak sebelum hamil," ujar Hasto saat menyampaikan materi tentang 'Family 4.0 dalam Kebijakan Pembangunan Keluarga' pada acara Musyawarah Nasional ke-4 Koalisi Kependudukan Indonesia, di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (12/09/2019).

Ia mengatakan, ada faktor-faktor penting untuk menjaga kualitas manusia dan keluarga. "Saat ini, masih banyak ditemui ibu hamil dengan resiko tinggi, banyak keluarga yang memiliki anak stunting, banyak yang tidak ingin punya anak tapi tidak ber-KB (unmet need), karena itu harus memperhatikan jarak kehamilan satu dengan kehamilan selanjutnya. Apabila jarak antar kehamilan sangat dekat, akan menyebabkan resiko kematian ibu dan bayi. Jarak kehamilan yg dekat ini juga dapat mempengaruhi terjadinya stunting dan persoalan lainnya," jelas Hasto.

Ia mengatakan, bahwa stunting jangan hanya ribut dampak dihilirnya saja, tapi di era modern kita harus memikirkan hulunya. Jangan sampai hanya berusaha mengobati data, tapi kita harus mengobati penyebabnya. "BKKBN telah melakukan upaya untuk mencegah stunting diantaranya melalui Bina Keluarga Balita melalui Keluarga Berencana untuk pengaturan jarak kehamilan," ungkap Hasto.

Bina Keluarga Balita (BKB) bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua untuk mengasuh dan membina tumbuh kembang anak melalui kegiatan stimulasi fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual, sosial dan moral. Pelaksanaan layanan BKB saat ini sudah terintegrasi dengan layanan Posyandu dan PAUD.

Menurut data United Nation Development Programs (UNDP), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia dikategorikan tinggi yaitu 70,81 pada tahun 2017. Meski IPM sudah menunjukkan peningkatan, namun pembangunan manusia masih merupakan pekerjaan rumah yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia. Terlebih saat ini perkembangan dunia sudah mencapai pada era revolusi industri 4.0.

Komponen kesehatan merupakan komponen yang memberikan kontribusi terbesar di mana angka harapan hidup penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan manusia di bidang kesehatan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam bidang gizi, peningkatan kualitas 1000 hari pertama kehidupan, penurunan kematian ibu dan anak, pengendalian fertilitas, peningkatan kesehatan reproduksi dan pembangunan keluarga.

Ia menambahkan, Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), mengurangi kemiskinan, dan mencapai kebahagiaan, yaitu melalui pembentukan struktur umur yang seimbang dalam keluarga (dibiayai dan membiayai), menjaga kesehatan reproduksi ibu, meningkatkan gizi dan pendidikan anak," pungkas Hasto. (KO)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah