Anggota DPR Desy Ratnasari Sebut Minat Baca di Kabupaten Serang Bisa Meningkat, Ini Kuncinya

- 14 April 2023, 18:42 WIB
Desy Ratnasari mengungkap kunci meningkatkan literasi di Kabupaten Serang
Desy Ratnasari mengungkap kunci meningkatkan literasi di Kabupaten Serang /Kabar Banten/Dindin Hasanudin/

KABAR BANTEN - Anggota Komisi X DPR RI Desy Ratnasari menyebut kunci dalam meningkatkan minat baca masyarakat.

Desy Ratnasari menyampaikan saat Komisi X DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Pendopo Bupati Serang, Jumat 14 April 2023.

Salah satu permalasahan yang diungkap dalam pertemuan tersebut adalah mengenai minat baca masyarakat yang masih rendah.

Baca Juga: Pentingnya Literasi Sains, Apa saja Manfaatnya?

Rombongan Komisi X DPR RI yang dipimpin Djohar Arifin Husin tersebut diterima Wakil Bupati Serang Pandji Tirtayasa. Hadir dalam pertemuan tersebut sejumlah pejabat eselon II dan III Pemkab Serang.

Anggota Komisi X DPR RI Desy Ratnasari menyebutkan untuk menciptakan perubahan harus ada perilaku yang dirubah dan dibiasakan lalu otomatis menjadi sebuah kebiasaan.

Ketika hendak menciptakan perubahan diawal biasanya sedikit berdarah darah untuk memulainya. Terutama perilaku masyarakat dalam konteks meningkatkan literasi atau minat baca masyarakat.

Baca Juga: Tingkatkan Minat Baca, Camat Carenang Kabupaten Serang Gunakan Mobil VW Miliknya untuk Perpustakaan Keliling

Menurut pelantun lagu Tenda biru tersebut, penting ketika ingin meningkatkan literasi tidak hanya berbicara soal pembangunan sarpras atau penyediaan sarpras saja.

"Tapi bagaimana orang orang yang ada di dalamnya juga ikut berubah tidak hanya bangunan bagus, pustakawannya juga harus bagus, tersertifikasi, terupgrade terus kompetensinya, tapi harus berkolaboraksi tidak hanya berkolaborasi," tuturnya.

Kolaboraksi yang dimaksud adalah dengan dinas pendidikan harus dilakukan. Sebab perubahan harus konsisten dan harus dipupuk menjadi kebiasaan sehari-hari.

Baca Juga: Rangsang Minat Baca Anak, Himpaudi Banten Lakukan Ini

"Bagaimana anak memiliki minat baca kalau disekolah saja tidak disuruh baca, kalau PR nya saja tidak mengharuskan siswanya membaca buku dan datang ke perpustakaan," katanya.

Ditambah orang tuanya pun tidak memberikan contoh kepada anaknya untuk membaca setiap hari.

Metode kurikulum atau metode pembelajaran di sekolah selama ini mungkin saja tidak membiasakan anak anaknya untuk memaparkan hasil pekerjaan rumahnya.

"Tapi cukup kumpulkan PR nya tapi anak tidak diminta bercerita. Tidak ditanya kemarin sudah baca satu halaman apa saja yang dipahami dari bacaan mu," katanya.

Ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu tidak dilakukan oleh guru, bisa saja karena tidak ada waktu sebab guru satu orang sedangkan muridnya 40 orang.

Kemudian anak anak juga hanya diberi LKS namun tidak disuruh membuat story telling rujukan tugasnya dari mana atau teorinya apa saja, dan diperintahkan cari ke perpustakaan.

Baca Juga: Tumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini, Berikut 4 Tips Memilih Buku Cerita Bergambar

"Ketika anak diminta story telling harus ada buku yang menunjang. Jadi perpustakaan juga harus sediakan buku untuk menunjang anak menjadi referensi mereka dalam mengerjakan PR. Terus guru juga tidak bosan untuk mendengar anaknya bercerita," ucapnya.

Oleh karena itu kata dia kolaboraksi salam metode pendidikan terdiri dari guru yang paham, perpustakan yang menyediakan sarpras urusan buku terbaru, juga ditunjang orang tua yang mau sama sama belajar.

"Kalau mau berubah harus kolaboraksi dari unit keluarga, kemudian tercipta story telling untuk destinasi wisata. Kalau semua tidak terjalin tidak akan ada perubahan. Mari kita ikhtiar untuk berkolaboraksi karena kalau perubahan aksi tidak butuh uang," katanya. ***

Editor: Maksuni Husen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah