KABAR BANTEN - Puncak musim kemarau dampak fenomena El Nino Diprediksi mencapai puncak pada Juli-Agustus 2023. Termasuk melanda Kabupaten Lebak.
Terhadap puncak kemarau akibat El Nino ini, Badan Penanggulang Bencana Daerah atau BPBD Lebak mulai memetakan potensi kerawanan kekeringan di sejumlah kecamatan di Lebak.
Kepala BPBD Lebak Febby Rizky Pratama mengatakanr berdasarkan peta risiko rawan bencana kekeringan dan krisis air bersih, sebanyak 16 kecamatan di Lebak masuk kategori rawan.
Baca Juga: Catat! Berikut Daftar Wilayah yang Akan Dilanda Awal Musim Kemarau di Provinsi Banten
Namun pada tahun ini ada 18 desa di 8 kecamatan yang menjadi perhatian pemerintah daerah karena memiliki kapasitas air rendah.
Dia menyebutkan, untuk 18 desa yang rawan mengalami krisis air bersih itu antara lain desa Margajaya dan Margatirta di Kecamatan Cimarga, desa Cempaka, Sukarendah, Baros, Padasuka, Banjarsari Kecamatan Warunggunung, desa Paja dan Bungur Mekar Kecamatan Sajira.
Kemudian desa Binong, Pasir Kacapi dan Cibeureum Kecamatan Maja, desa Parakan Lima dan Badur Kecamatan Cirinten, desa Muara Kecamatan Wanasalam, Desa Gunung Batu Kecamatan Cilograng, dan desa Jalupang Mulya dan Cibungur Kecamatan Leuwidamar.
“Beberapa wilayah dari 16 wilayah tersebut sudah masuk dengan program seperti Pamsimas, sumur bor dan lain-lain. Jadi perhatian kita ke delapan kecamatan itu ,” ujar Febby Selasa 9 Mei 2023.
Dikatakan Febby, jika fenomena El Nino berlangsung tiga bulan, maka kebutuhan air bersih yang harus disuplai ke 18 desa rawan krisis air bersih bisa mencapai 200 ribu liter. Jumlah kebutuhan air tentu bisa lebih besar jika El Nino berlangsung lebih lama.
“Itu asumsi untuk tiga bulan ya, tapi kalau bertahan sampai 4-5 bulan otomatis kebutuhannya lebih dari itu,” katanya.
Sementara sejumlah petani di Kabupaten Lebak mengaku , memasuki musim kemarau saat ini mereka belum bisa melakukan gerakan tanam hal itu mengingat debit air dari Bendungan Cijoro mengalami kekeringan.
Mereka petani di sini yang menggarap persawahan seluas 50 hektare dipastikan tidak tanam dengan alasan tidak memiliki pompa air berkapasitas 8 inci bisa menampung air dari Sungai Ciberang.
“Kami berharap adanya bantuan pompa air sehingga petani pada musim kemarau bisa melakukan gerakan tanam,” kata Ketua Kelompok Tani Blok Sentral Rangkasbitung Udin (60).
Baca Juga: Musim Kemarau tapi Kok Sering Hujan? Ini Penjelasan BMKG Serang
Terpisah Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar mengatakan, pihaknya kini tengah melakukan identifikasi ulang kebutuhan dan ketersediaan pompa air.
Selama ini, kata dia, musim kemarau bisa mengancam produksi pangan menurun, terutama daerah yang beresiko tertinggi kekeringan ekstrim, seperti Malingping dan Wanasalam.
Sejauh ini, beberapa pompa air bantuan pemerintah masih bisa dioperasikan dengan kondisi baik. Bantuan pompa air kecil dengan kapasitas 4 inci yang bisa mengaliri lima hektare dan 8 inci yang bisa mengaliri 80 hektare.
“Kami setiap tahun mengusulkan kebutuhan pompa ke pemerintah daerah dan pemerintah pusat,” kata Deni.***