Hasil Pertanian di Kota Serang tak Mencukupi, Ini Kata DKP3 Kota Serang Banten

- 3 Juli 2023, 12:15 WIB
Hasil pertanian di Kota Serang belum bisa memenuhi kebutuhan pasar.
Hasil pertanian di Kota Serang belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. /Kabar Banten /Rizki Putri

KABAR BANTEN - Sejumlah ketersediaan bahan pokok, terutama cabai dan minyak goreng di Kota Serang masih belum tercukupi, dan cenderung kekurangan.

 

Hal itu dipengaruhi dengan terbatasnya lahan dan jumlah petani yang lebih memilih menjual hasil panennya ke luar daerah dengan harga yang lebih menjanjikan dibandingkan dijual di daerah sendiri.

Terutama, hal itu dapat memengaruhi terhadap harga penjualan di pasaran.

Baca Juga: Sampah Meningkat Saat Idul Adha, DLH Kota Serang Ajak Warga Ganti Plastik Pembungkus Daging dengan Daun Pisang

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Serang Sony August mengatakan, untuk ketersediaan pangan dan kebutuhan bahan pokok saat ini kondisinya masih kekurangan.

Seperti beras yang tersedia sebanyak 826 ton, sedangkan kebutuhannya sebanyak 1.442 ton, dan beberapa hasil pertanian lainnya.

"Ini data minggu ketiga bulan Juni, kebutuhannya itu 1.442,30 ton untuk beras, jadi masih kurang diangka sekitar 614 ton lagi," katanya, Ahad 2 Juli 2023.

Selain beras, ketersediaan cabai merah dan cabai rawit di Kota Serang pun masih mengalami kekurangan.

Seperti cabai merah yang masih kekurangan sekitar 30,20 ton, lalu cabai rawit kekurangan 23,61 ton, dan daging sapi yang masih kurang 47,13 ton.

"Terutama terhadap minyak goreng yang juga masih kurang sekitar 9,8 ton untuk pemenuhan ketersediaannya," ujarnya.

Berbicara soal pemenuhan, dikatakan dia, untuk cabai merah diakui masih mengandalkan dari luar daerah atau impor.

Baca Juga: Apa Itu Istidraj? Disebut Kenikmatan Dunia Padahal Azab Allah, Begini Penjelasan Ulama

Sebab, kondisi pertanian atau horti di Kota Serang belum bisa memenuhi kebutuhan pasar di daerah.

"Memang kondisi petani kita rata-rata seperti itu. Padahal, di wilayah Kasemen miliki potensi padi. Lalu, Curug dan Walantaka itu cabai. Tapi kekurangannya itu adalah petani lokal yang terbatas dalam memproduksi cabai," tuturnya.

Kemudian, kata dia, hilirisasi terhadap hasil pertanian di Kota Serang pun masih cukup terbatas dan tidak sesuai dengan keinginan para petani terkait harga penjualan hasil panennya.

Sehingga masih membingungkan untuk cabai, misalnya ketika petani lokal menjual barangnya di sini, tentu harganya akan murah.

Sehingga, mereka mencari pasar yang menerima dengan harga tinggi, seperti di Tanah Tinggi Kota Tangerang.

"Makanya, rata-rata cabai dan bawang itu kami masih mengacu dari luar daerah, masih membeli dari luar. Karena bawang juga di Kota Serang hanya ada satu lokasi di Kasemen, itu pun hanya ada enam hektare. Apalagi minyak, kami kan tidak punya produksi itu, makanya masih mengambil dari luar daerah," ucapnya.

Produk lokal di di Indonesia, menurut dia, khususnya di Kota Serang masih dihargai sangat murah, padahal jika melihat di negara maju seperti Jepang, produk lokal harganya jauh lebih mahal dibandingkan produk luar.

Baca Juga: Pemkot Serang Kucurkan Rp45 Miliar Untuk Penanganan Stunting

"Kalau di Jepang kondisinya produk lokal lebih mahal, dan mereka mengerti untuk mencintai produk sendiri. Kalau di sini ya bergantung dari kecintaan masyarakat saja," ujarnya.

Sementara itu, seorang pedagang kebutuhan pokok di Pasar Induk Rau Kota Serang Sulaiman mengatakan, dirinya mendapatkan pasokan cabai, bawang dan beberapa jenis sayuran dari pasar grosir di Tanah Tinggi Kota Tangerang.

"Memang kebanyakan kami ngambil dari sana. Kalau di sini harganya lebih mahal, terus kualitasnya kurang," ucapnya. ***

 

Editor: Yandri Adiyanda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x