“Untuk itu, dibutuhkan sinergi bersama dan gotong royong semua pihak dalam upaya pengentasan stunting di Indonesia, khususnya di Banten,” ujar M Rizal Damanik.
Ia mengungkapkan, BKKBN memiliki program pemuktahiran data keluarga atau PK-23 yang menyasar 15 juta data keluarga di 84 ribu Desa se Indonesia. Data tersebut, kata dia, nantinya akan menjadi rujukan dan dasar pengambilan keputusan dalam penanganan stunting.
“Kita memiliki tantangan dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang stunting, bagaimana bahayanya, bagaimana penyebabnya dan bagaimana cara pencegahannya. Tentu ini membutuhkan komitmen bersama dengan semua pihak,” ucapnya.
Ia menyampaikan bahwa persoalan stunting ini multi faktor, multi sektor dan tidak bisa hanya diselesaikan dari sektor saja. Tapi, dengan gotong royong berbagai sektor hingga peran dari keterlibatan keluarga, swasta, ikatan profesi dan lainnya.
“Dengan gotong royong kita saling bekerjasama untuk mengatasi masalah stunting. Salah satunya melalui Bapak Asuh Anak Stunting atau Bunda Asuh Anak Stunting karena kita berbicara untuk 10 atau 20 tahun ke depan,” ujarnya.
“Jadi kalau 10 atau 20 tahun ke depan pemimpin-pemimpian bangsa Indonesia adalah alumni-alumni stunted, kita yang sekarang masih muda juga terdampak kalau terlalu banyak angka stunting. Oleh karena itu, kita imbau dan sosialisasikan bagaimana Bapak Asuh Anak Stunting atau Bunda Asuh Anak Stunting dapat berperan serta sejak dini,” lanjutnya.