Pembangkit Batubara Terbesar di Banten Kontributor Utama Polusi Udara di Jakarta, Ini Kata DLH Kota Cilegon

- 16 Agustus 2023, 19:13 WIB
ISPU di Kota Cilegon berwarna hijau tanda tidak ada polusi udara dari pembangkit batubara terbesar di Banten
ISPU di Kota Cilegon berwarna hijau tanda tidak ada polusi udara dari pembangkit batubara terbesar di Banten /Dokumen/Sabri Mahyudin

 

KABAR BANTEN – Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Kota Cilegon angkat bicara terkait isu pembangkit batubara terbesar di Banten menjadi kontributor utama polusi udara di Jakarta.

DLH Kota Cilegon mendeteksi tidak ada indikasi jika pembangkit batubara terbesar di Banten menjadi kontributor utama polusi udara di Jakarta.

Apalagi menurut DLH Kota Cilegon, wilayah dengan julukan kota baja ini tidak memiliki persoalan dengan pencemaran udara dari pembangkit batubara terbesar di Banten.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Kamis 17 Agustus 2023: Aries, Taurus dan Gemini, Siap-siap Terima Kabar Baik! 

Terkait pembangkit batubara terbesar di Banten yang dimaksud adalah PLTU Suralaya milik PT Indonesia Power.

Dimana PLTU Suralaya merupakan sebuah kompleks pembangkit tenaga listrik tenaga uap yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar turbin.

Di lokasi tersebut terdapat pembangkit listrik unit 1 hingga 7, serta unit 9 dan 10 yang saat ini tengah dalam.

Baca Juga: Polres Pandeglang Amankan Belasan Ribu Bungkus Rokok Ilegal, Berikut Daftarnya 

Kepala DLH Kota Cilegon Sabri Mahyudin mengatakan jika kota baja hingga saat ini tidak pernah bermasalah dengan pencemaran udara.

Ini dilihat dari Indeks Standar Pencemaran Udara atau ISPU di Kota Cilegon tidak menunjukan adanya tanda-tanda tersebut.

“Di Kota Cilegon ada 5 titik alat pendeteksi pencemaran udara. Nah melihat dari ISPU di Kota Cilegon, tidak ada indikasi terjadinya pencemaran udara. Indikatornya hijau,” katanya saat dihubungi melalui telepon genggam, Rabu 16 Agustus 2023.

Baca Juga: Cek Fakta: Pembangkit Batubara yang Baru Buka di Banten Kontributor Utama Polusi Udara di Jakarta  

Menurut Sabri Mahyudin, alat ISPU mengindikasikan jika kualitas udara di Kota Cilegon terpengaruh oleh emisi gas buang dari kendaraan.

Itu biasa terjadi di jam keberangkatan masuk kerja di pagi hari dan pulang kerja di sore hari.

“Indikatornya berubah di jam berangkat kerja dan pulang kerja. Berarti itu kan pengaruhnya dari emisi gas buang, bukan dari pembangkit batu bara,” terang Sabri.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Kamis 17 Agustus 2023: Keuntungan akan Didapat Capricorn, Aquarius dan Pisces 

Mengenai kemungkinan asap dari pembangkit listri PLTU Suralaya menjadi kontributor utama polusi udara di Jakarta, Sabri Mahyudin mengatakan hal tersebut kemungkinannya kecil.

Sebab katanya, Kota Cilegon akan menjadi daerah yang paling terdampak jika hal tersebut terjadi.

“Melihat dari arah, jika benar Jakarta terkena polusi udara dari PLTU Suralaya, tentu Kota Cilegon dulu yang kena, baru wilayah Tangerang kemudian Jakarta. Tapi di Cilegon indikator ISPU-nya hijau,” tutur Sabri.

Baca Juga: HUT ke 78 RI: Bupati Pandeglang Irna Narulita Kukuhkan 50 Anggota Paskibraka Kabupaten Pandeglang 

Polusi udara di Ibukota Jakarta memang tengah menjadi sorotan tajam masyarakat luas, tidak hanya oleh warga Jakarta namun secara nasional.

Asap hitam pekat setiap hari menjadikan Jakarta sebagai daerah dengan tingkat polusi udara paling parah di Indonesia.

Media-media langsung menyoroti hal tersebut, seiring dengan semakin banyaknya keluhan-keluhan masyarakat Jakarta.

Baca Juga: Tak Sama Dengan Banten, 5 Daerah di Provinsi Ini Masuk Ranking Paling Bersih dari Polusi Udara se Indonesia 

Informasi tentang penyebab polusi udara di Jakarta pun terus berkembang.

Tingginya penggunaan kendaraan di Jakarta hingga pengaruh dari kemarau panjang disinyalir sebagai penyebab polusi udara di Jakarta.

Namun muncul pula tudingan bahwa pembangkit batubara terbesar Asia Tenggara yang baru buka di Banten ini menjadi kontributor utama polusi udara di Jakarta.***

 

Editor: Sigit Angki Nugraha


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah