Dan pada saat itu Syekh Syarif Hidayatullah, Bapak dari Sultan Maulana Hasanuddin harus ke Cirebon menggantikan Pangeran Cakrabuana yang wafat sebagai Bupati Cirebon.
Sementara itu Pangeran Hasanuddin sendiri sudah menjadi guru agama Islam di Banten, bahkan Hasanuddin lebih dikenal sebagai guru agama yang memiliki banyak santri di wilayah Banten sehingga beliau mendapatkan gelar Syekh Maulana Hasanuddin.
Karena tidak sejalan dengan kepercayaan yang dipegang teguh oleh Prabu Pucuk Umun, maka Maulana Hasanuddin mendapat tentangan dari Prabu Pucuk Umun.
Dan Prabu Pucuk Umun mengajak Sultan Maulana Hasanuddin untuk bertarung, barangsiapa yang kalah di dalam pertarungan harus mengikuti kehendak orang yang memenangi pertarungan.
Waktu pertarungan antara Sultan Maulana Hasanuddin dan juga Prabu Pucuk Umun akhirnya tiba.
Ayam milik Pucuk Umun bernama Jalak Rarawe, seekor ayam petarung berwarna hitam yang belum pernah kalah sekalipun di ajang adu ayam.
Jalak Rarawe diciptakan dari besi baja berpamor air raksa dan berinti besi berani.
Ayam jago milik Prabu Pucuk Umun telah diberi ajian otot kawal tulang besi dan di kedua tajinya dipasangi keris yang berbisa.
Si Jalak Rarawe menjadi ayam yang terkuat, dan seorang Mpu telah membuatkan keris yang dipasang di tajinya.
Sementara itu ayam Sultan Maulana Hasanuddin bernama Saung Patok. Ia merupakan penjelmaan salah seorang pengawal sekaligus penasehatnya yang bernama Syekh Muhammad Saleh.