Dua Tanggul di Bendungan Pamarayan dalam Perbaikan, Saluran Irigasi Terganggu

- 21 Juli 2017, 20:00 WIB
Bendungan Pamarayan
Bendungan Pamarayan

SERANG, (KB).- Dua tanggul aliran irigasi Bendungan Pamarayan di wilayah timur dan barat hingga Kamis (20/7/2017) sedang dalam perbaikan. Akibatnya, saluran air yang mengalir ke beberapa kecamatan terhambat. Padahal, aliran air dari Bendungan Pamarayan tersebut banyak dimanfaatkan para petani untuk mengairi sawah melalui irigasi. Mantri Bendungan Pamarayan, Nendhi Zulphandi mengatakan, untuk saat ini ada dua tanggul yang kondisinya kritis dan dalam tahap perbaikan. Tanggul tersebut, yakni di wilayah barat terletak di Rancalayung, Kecamatan Cikeusal dan untuk wilayah timur terletak di Desa Ketos (BPT 11), Kecamatan Kibin. "Sekarang masih masalah di jaringannya," katanya kepada Kabar Banten saat ditemui di areal bendungan, Kamis (20/7/2017). Ia menuturkan, tanggul tersebut kritis, karena kurang adanya penguatan di bagian liningnya. Sebab, tanggul tersebut liningnya terbuat dari tanah, sehingga mudah tergerus air. Kemudian, tinggi jagaan juga seharusnya lebih tinggi dari air minimal satu meter di atasnya agar tidak longsor. "Harusnya lining itu dari beton, tapi ini dari tanah. Sekarang sedang pasang karung dan bambu untuk tanggulnya. Tapi, kemarin aktanya tergerus lagi sama air. Sudah ada sekitar semingguan dan sudah ada perbaikan, tapi ada kendala lagi," ujarnya. Menurut dia, dengan terganggunya jaringan tersebut, otomatis pendistribusiaan air menjadi terhambat. Padahal, air di Bendungan Pamarayan tersebut digunakan beberapa kecamatan untuk berbagai keperluan. "Untuk wilayah barat itu mulai dari Cikeusal, Ciruas, Kramatwatu sampai ke Bojonegara airnya dipakai. Terus yang timurnya itu Pamarayan, Kibin, Carenang, Pontang sampai Tanara," ucapnya. Karena gangguan tersebut, suplai air yang biasanya maksimal debitnya 27 kubik menjadi tidak maksimal. Padahal, debit 27 kubik tersebut jika maksimal bisa sampai ke Bojonegara, namun saat ini di wilayah Bojonegara menjadi kritis air. "Karena enggak maksimal, jadinya suplai enggak sampai ujung. Terus karena ada perbaikan suplai di sini juga ditutup dulu pintu utamanya, air tetap dialirkan, tapi dikurangi debitnya untuk mengukur kekuatan tanggul. Jadi, debit air dibikin 0,95 saja asal ada genangan di jaringannya supaya enggak kering sama sekali," tuturnya. Meski beberapa jaringan sedang dalam kondisi kritis, namun menurut dia, debit air di bendungan masih normal dan bagus. Bahkan, seharusnya suplai air ke daerah juga masih lancar. Meski sempat diwarnai dengan curah hujan yang sedikit, namun hal tersebut masih dianggap baik. "Kalau bulan ini masih ada penghujan, tapi kalau untuk Agustus sepertinya curah hujan sudah benar-benar kurang malah bisa dikatakan enggak ada. Kalau untuk bulan ini ada saja, seminggu sekali atau dua kali, tapi curah hujannya kecil," katanya. Sementara itu, Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Tanara, Syarif menuturkan, berkurangnya debit air tersebut mengganggu pertanian di wilayahnya. Sebab, saat ini para petani sudah mau memasuki masa tanam. "Pantesan airnya sedikit yang ke sini," ujarnya. Ia mengatakan, di Kecamatan Tanara ada sekitar 2.000 areal pertanian yang menggunakan air dari aliran irigasi. Namun, saat ini mengalami gangguan sistem pengairan. "Ada banyak sungai yang dimanfaatkan, seperti Sungai Ciujung, Cidurian, dan Sultan Kanal. Solusinya itu dibuat sodetan, tapi sekarang masih belum dimaksimalkan sodetan itu, karena gensetnya belum ada," ucapnya. (H-48)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah