Orangtua Harus Sadar, Anak Itu Anugerah Allah

- 25 Maret 2018, 12:45 WIB
3---kaki-anyar
3---kaki-anyar

ANAK merupakan anugerah dan amanah dari Allah. Oleh karena itu, orangtua harus melindungi dan menyayanginya dengan sepenuh hati. Dengan begitu, kekerasan terhadap anak bisa diminimalisasi. Hal tersebut disampaikan Gubernur Banten, Wahidin Halim pada kegiatan peluncuran Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATMB) tingkat Provinsi Banten yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten, di Pendopo Gubernur, KP3B, Curug, Kota Serang, Jumat (23/3/2018). “Kalau semua orangtua, bapak emaknya sadar, bahwa anak, adalah amanah dari Allah, anugerah Allah. Pasti anak itu penuh dengan kasih sayang, terlindungi,” katanya. Namun, ujar dia, pada kenyataannya kini banyak orangtua yang kurang mengawasi anak-anaknya, karena berbagai hal. Salah satunya, yaitu orangtua sibuk bekerja dan main gadget atau gawai. “Kadang-kadang emaknya selfie-selfie aja, main HP. Anaknya bisa nyebur ke kali. Ini kisah nyata yang tidak kami sadari, karena kami terjebak oleh modernisasi, pesatnya teknologi informasi,” ujar pria yang akrab disapa WH tersebut. Mantan Wali Kota Tangerang tersebut menceritakan kisah hidupnya semasa kecil. Menurut dia, orangtua dan keluarganya merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. “Saya termasuk keluarga yang berbahagia. Dilahirkan oleh seorang ibu yang tidak bekerja, bapak seorang guru. Setiap hari saya selalu bergumul dengan keluarga. Kadang-kadang makan dua hari sekali, tapi orangtua saya mampu motivasi. Kami tidur di bale bareng-bareng, nimba di sumur, metik buah bareng-bareng. Tidak putus, selalu bersama-sama,” ucapnya. Berkaca dari keluarganya tersebut, dia mengajak seluruh orangtua untuk tidak putus menjalin komunikasi antarkeluarga. “Sekarang sudah banyak berbeda. Masing-masing anak punya kamar, kamar mandi sendiri. Apa yang terjadi? Susahnya berkomunikasi. Anak yang baru SMP saja kami ajak jalan-jalan, katanya mau jalan sama temannya. Kerasnya teknologi informasi membuat jarak. Putus mata rantai hubungan kekeluargaan di sini,” tuturnya. Menurut dia, maraknya kekerasan pada anak juga, karena orangtua tidak memahami perilaku anak. “Banyak orangtua yang tidak paham dengan perilaku anak yang dianggap mengesalkan. Menghadapi persoalan rumah tangga itu harus dengan hati. Niat ikhlas, konsentrasi penuh untuk mengawasi anak,” katanya. Ia berpesan kepada stakeholder terkait, agar deklarasi tersebut tidak sekadar seremoni. “Saya ingin langkah nyata. Harus realistis, tidak sekadar deklarasi. Turun ke bawah. Karena, anak-anak ini sudah dalam kondisi darurat. Jangan seremonial dan formalitas. Kalau perlu (PATBM) dikumpulkan, beri intensif, beri perhatian,” ujarnya. Sementara, Kepala DP3AKKB Banten, Sitti Ma'ani Nina menuturkan, tugas PATBM, yaitu membangun norma anti kekerasan terhadap anak. “Anak dipengaruhi oleh lingkungan dan keluarga. Oleh karena itu, sasaran PATBM, yaitu anak, orangtua, keluarga, masyarakat,” ucapnya. Ia mengatakan, PATBM di Banten belum menyeluruh ke tingkatan desa. Dari jumlah 1.551 desa/kelurahan se-Banten, baru 68 PATBM yang terbentuk di desa/kelurahan. “Oleh karena itu, dalam percepatan gerakan PATBM, tujuan launching ini dapat support dari kepala daerah, para stakeholder, dan masyarakat. Targetnya, tercapainya kabupaten/kota layak anak di delapan daerah menuju Provinsi Banten layak anak,” tuturnya. (Rifki)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah