Tsunami tak Dapat Diprediksi

- 5 April 2018, 09:00 WIB
ILUSTRASI-TSUNAMI
ILUSTRASI-TSUNAMI

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Metorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) klas 1 Serang, Tarjono mengatakan, sampai saat ini bencana alam tsunami tidak dapat diprediksi. Sebab, belum ada teknologi untuk memprediksi datangnya bencana. Dia menjelaskan, tsunami Pandeglang yang dibahas dalam diskusi bencana oleh para pakar kegempaan, sebenarnya berdasarkan dari hasil data-data gempa bumi yang pernah terjadi dan dari metode pemodelan yang mereka miliki. Dalam diskusi tersebut, para pakar menyatakan tsunami tertinggi diprediksi akan terjadi di Pandeglang karena kabupaten paling dekat dengan laut selatan. Dalam hitungan setengah jam, tsunami diperkirakan akan mencapai daratan Kabupaten Pandeglang. "Pakar gempa BPPT, DR. Widjo Kongko memprediksi akan terjadi gempa besar disertai tsunami," katanya kepada Kabar Banten, Rabu (4/4/2018). Padahal, kata dia, belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan terjadinya gempa, dimana terjadinya gempa, dan berapa kekuatannya. "Diskusi itu lebih tepatnya membuka mata pada kesiapan insan/relawan kemanusiaan seandainya gempa itu terjadi. Sudah seberapa siap terhadap mitigasi tersebut," ujarnya. Dia mengatakan, BMKG pun tidak memiliki alat atau teknologi khusus untuk mendeteksi terjadinya bencana atau apapun bentuknya. Sampai saat ini, kata dia, Pandeglang masih dalam keadaan baik. Sementara, informasi yang didapatkan dalam diskusi tersebut merupakan hasil kajian para pakar. "Itu hanya salah satu harapan agar pemerintah atau pemangku kebijakan untuk memuat mitigasi bencana untuk melakukan antisipasi jika terjadi hal tersebut. Ia berharap masyarakat pun tetap tenang dan tidak merasa khawatir," ucapnya. Sementara itu, Kepala BMKG Serang Sugarin mengatakan, prediksi tsunami di wilayah Kabupaten Pandeglang merupakan hasil penelitian para peneliti."Hal itu terungkap dalam suatu seminar tentang bencana alam termasuk kemungkinan terjadi tsunami," tutur Sugarin. Ia sendiri akan berkoordinasi dengan BMKG pusat tentang prediksi tsunami tersebut. "Hasilnya, nanti akan saya laporkan kepada Bapak Gubernur," katanya. Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, Sumawijaya mengatakan, prediksi tsunami besar tersebut sangat meresahkan masyarakat. "Dalam ilmu yang saya dapat dari BMKG, namanya gempa berdampak tsunami itu gempa berkekuatan 6,5 skala richter dan kedalamannya 10 kilometer. Namanya terdampak itu, dalam arti belum tentu terjadi juga. Makanya statement (prediksi) itu saya enggak paham juga. Ini kan dampak bisa meresahkan masyarakat," ujar Sumawijaya, kemarin. Ia berharap pernyataan ahli tersebut tidak dipublikasikan langsung. Bahkan, masyarakat Pandeglang susah tidur. "Masyarakat yang tau (informasi itu) ingin mengungsi di mana. Akan tertahan warga dari Jakarta yang mau ke pantai," ucapnya. Menurutnya, hasil penelitian tersebut lebih baik hanya sebatas pengkajian. "Kecuali sudah bisa ditentukan kapan terjadi, itu penting (dipublikasikan). Tapi karena ini bencana alam tidak bisa diprediksi kapan terjadi, dan dimana titiknya," tuturnya. Soal prediksi ketinggian air tsunami mencapai 57 meter, menurutnya warga akan kesulitan menyelamatkan diri. Sebab, jalur evakuasi dari Lebak bagian selatan dan di barat Pandeglang hanya mampu mengantisipasi tsunami dengan ketinggian 20 meter."Seperti saat terjadi Krakatau meletus itu kan 20 meter. Sejarah Banten itu sejak 416 (sebelum masehi), kemudian tahun 1883. Belajar dari pengalaman itu juga," ujarnya. Menurutnya, BPBD telah melakukan upaya antisipasi menghadapi bencana tsunami di wilayah pesisir pantai."Tsunami drill kita lakukan di seluruh kecamatan yang berada di bibir pantai. Masyarakat sudah tau, bagaimana evakuasi mandiri ke daerah lebih tinggi yang lebih aman. Kita sudah menyiapkan selter di Wanasalam dan Labuan. Kemudian Early Warning Tsunami (system peringatan dini) juga dibunyikan setiap tanggal 26 setiap bulan untuk memeringati tsunami Aceh dan mengingatkan potensi tsunami," ujarnya. Kapolres Pandeglang, AKBP Indra Lutrianto Amstono mengatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan pemkab dan TNI. Untuk mengantisipasi informasi tersebut, membutuhkan kerja sama semua pihak."Kami juga sudah nemberikan arahan kepada semua anggota, terutama yang berada di polsek. Untuk kembali mengaktifkan pos kamling atau ronda malam, sehingga ketika terjadi tsunami bisa langsung menginformasikan kepada masyarakat luas," katanya. (Tim Redaksi)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah