Masih Banyak Rumah Tidak Layak Huni di Desa Tengkurak

- 22 Juli 2018, 13:40 WIB
PSX_20180722_133112
PSX_20180722_133112

SERANG, (KB).- Warga Desa Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa masih banyak yang memiliki rumah tidak layak huni. Hal itu dikarenakan secara umum masyarakat di daerah tersebut berprofesi sebagai nelayan dan juga buruh tani musiman yang penghasilannya tidak bisa diandalkan.

Sekretaris Desa Tengkurak, Hendra Saputra mengatakan, untuk desanya masih banyak terdapat rumah tidak layak huni. Berdasarkan data, rumah tidak layak tersebut dikategorikan menjadi rumah dengan tanah pribadi dan bantaran sungai.

Untuk rumah tidak layak huni yang milik pribadi ada 25 unit, sedangkan yang tinggal di bantaran sungai Ciujung sekitar 83 rumah. "Paling yang permanen juga terhitung kalau rumah nelayan mah," ujarnya kepada Kabar Banten, Sabtu (21/7/2018).

Hendra menjelaskan, selama ini pihaknya pun sudah sering melakukan pengajuan untuk rumah-rumah tersebut. Hanya saja sampai saat ini masih belum mendapatkan quota. Selama ini bantuan hanya didapatkan dari Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (BMI). "Pengajuan terakhir tahun 2017 dan belum dapat quota, baik yang pribadi juga di bantaran sungai. Kalau dari koperasi kan harus masuk dulu jadi anggota," katanya.

Ia mengatakan, banyaknya rumah tidak layak di bantaran sungai dikarenakan pekerjaan mereka yang hanya menjadi nelayan. Oleh karena itu penghasilannya menjadi tidak tentu. "Jadi mereka bikin rumah disana karena sandaran perahu di dekat sungai. Selain itu mereka juga tidak mampu untuk membangun rumah di lahan pribadi," ucapnya.

Oleh karena itu, dirinya berharap agar para nelayan tersebut bisa direlokasi agar mendapatkan rumah yang layak. Sebab sampai saat ini, karena masih tingginya angka RTLH, Tengkurak pun masih masuk kategori sangat tertinggal. "Itu data Kementrian Desa (Kemendes). Karena status RTLH nya tinggi maka solusinya di lakukan relokasi," tuturnya.

Sedangkan untuk 25 rumah yang milik pribadi, kebanyakan mereka bekerja sebagai pencari kepiting, kuli bangunan hingga buruh tani musiman. Oleh karena itu penghasilannya tidak bisa diandalkan.

Salah satu warga yang rumahnya tak layak adalah milik Dunah (78). Wanita yang telah berusia lanjut tersebut hanya tinggal berdua bersama anaknya Anuri (45). Kondisi rumahnya pun masih jauh dari kata layak, jika hujan tiba mereka kerap kebocoran. Sedangkan Dunah kondisinya pun sudah sakit sakitan.

Hendra mengatakan, Anuri sendiri bekerja di kantor desanya sebagai petugas kebersihan sejak 2016 lalu. Pada saat awal masuk dirinya hanya mendapatkan gaji sekitar Rp 300.000. Namun kini gajinya naik menjadi Rp 500.000. “Anaknya bu Dumah itu ada tiga, tapi meninggal dua dan tinggal satu. Anuri ini tulang punggung keluarga, dan sekarang ibunya sakit-sakitan tapi enggak punya uang,” ujarnya.

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah