Ujung Tombak Pencegahan Dini Radikalisme

- 15 Oktober 2018, 05:00 WIB
PSX_20181014_212830
PSX_20181014_212830

SERANG, (KB).- Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Banten Amas Tadjuddin mengatakan, aparatur kelurahan, kecamatan, Babinsa, Babinkamtibmas, aparat Polsek, Polres, dan Kodim merupakan ujung tombak pemerintah yang berdekatan langsung dengan masyarakat untuk dapat menjaga dan memberikan pemahaman serta mewaspadai berbagai gerakan dan paham yang dapat merusak keutuhan NKRI dan Ideologi Pancasila. “Banten sebagai provinsi yang terkenal sebagai wilayah seribu ulama sejuta santri, juga mengisukan sebagai wilayah yang berpotensi mempunyai gerakan radikal terorisme atau ISIS. Dalam hal ini perlu diketahui secara faktual bahwa Banten tidak ada ISIS, tetapi pendukungnya sangat banyak. Ini yang harus diwaspadai,” katanya saat memberikan sambutan pada acara penguatan aparatur kelurahan dalam pencegahan terorisme di Hotel Horison Forbis Kramatwatu Kabupaten Serang, Sabtu (13/10/2018). Acara yang diselenggarakan FKPT Banten dan BNPT tersebut menghadirkan pemateri yakni Prof Dr HMA Tihami, Setyo Pranowo dan Alamsyah Basri menyampaikan materi strategi BNPT dan FKPT dalam upaya pencegahan terorisme serta Heru Matador dari Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri menyampaikan materi terkait peran aparatur kelurahan/desa, partisipasi masyarakat dalam pencegahan dini terhadap paham dan aksi radikal terorisme. Hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Kesbangpol Kota Cilegon dan Kepala Bidang Kewaspadaan Nasional Kesbangpol Provinsi Banten. Acara tersebut dibuka Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat mewakili Direktur Pencegahan BNPT Setyo Pranowo.
Dalam sambutannya Setyo mengatakan bahwa terorisme masih menjadi ancaman nyata bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beberapa saat yang lalu, kata dia, berbagai rangkaian aksi terorisme terjadi di Depok, Kalimantan Barat, serta Surabaya dan Sidoarjo, Banten serta Sumatera Barat. Dimana tak kurang dari 350 pelaku telah berhasil ditangkap, 25 di antaranya terpaksa diberikan tindakan tegas dan terukur karena memberikan perlawanan yang membahayakan keselamatan aparat keamanan. “Hal mendasar yang perlu diperhatikan adalah kelompok pelaku terorisme tinggal di tengah masyarakat, membaur dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini menuntut kita untuk selalu mengedepankan kewaspadaan, tidak hanya untuk alasan keselamatan, melainkan juga mencegah tersebarluasnya paham radikal terorisme,” ujarnya. Lebih lanjut, Setyo mengatakan bahwa teroris tidaklah memiliki ciri fisik tertentu seperti berjanggut, celana cingkrang ataupun bercadar. Sehingga masyarakat tidak perlu apatis terhadap masyarakat yang memiliki ciri-ciri fisik tersebut, karena yang diinginkan oleh pelaku terorisme yang sesungguhnya adalah timbulnya polarisasi masyarakat yang berdampak timbulnya keresahan dan perpecahan di lingkungan masyarakat. Setyo berharap ada sinergitas antara Babinsa, Babinkamtibmas, Polsek dan kelurahan dalam upaya pencegahan terorisme. Ketua pelaksana yang juga Ketua Bidang Ekonomi, Sosial, Budaya dan Hukum FKPT Banten Alamsyah Basri dalam laporannya mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah memberikan pemahaman tentang perkembangan aksi radikal terorisme, modus operandi, dan bahaya-bahaya yang ditimbulkannya serta langkah-langkah praktis dalam melakukan pencegahan terhadap aksi-aksi terorisme. Hal itu dilakukan, kata dia, agar masyarakat secara luas memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menolak dan melawan segala bentuk aksi radikal terorisme, memberikan pemahaman terhadap mekanisme pencegahan terorisme di daerah, mengarusutamakan nilai-nilai kebangsaan rangka penguatan kewaspadaan dan peningkatan daya tangkal masyarakat menolak ajaran dan ajakan kekerasan, serta menggali berbagai pendekatan dalam upaya pencegahan terorisme di daerah melalui FKPT Banten. (DN)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah