Cegah Radikalisme di Generasi Milenial, Sosok Teladan Ampuh Kuatkan Wawasan Kebangsaan

- 10 Maret 2020, 05:22 WIB
PSX_20200310_052140
PSX_20200310_052140

PERAN stakeholder untuk bersama-sama melakukan upaya cegah dini radikal terorisme harus dilakukan. Salah satunya dengan menanamkan penguatan wawasan kebangsaan, sebagai filter menjadi rambu-rambu agar pengaruh perkembangan era globalisasi bisa berimbang, dengan rasa memiliki dan mencintai bangsa dan negara.

Hal tersebut mengemuka dalam diskusi 'Obrolan Mang Fajar' bertemakan "Menguatkan Wawasan Kebangsaan pada Era Milenial" di Ruang Rapat Rektorat Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), di Jl. Raya Jakarta Km 4 Pakupatan Kota Serang, Senin (9/3/2020).

Diskusi yang dipandu Frely Rahmawati tersebut dihadiri Direktur PT Fajar Pikiran Rakyat Rachmat Ginandjar, Rektor Untirta Prof. Fatah Sulaiman, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Banten Amas Tadjuddin, Ketua Pramuka Kwartir Daerah (Kwarda) Banten Mohammad Masduki, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Serang Alpedi, Dewan Pendidikan Dadang Setiawan. Kemudian, Perwakilan Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanudin (SMH) Banten Wasehudin, Tokoh Masyarakat Banten, Wakil Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Banten Boyke Pribadi dan Ketua Gerakan Pemuda Reformasi Indonesia Rosadi.

Ketua FKPT Banten Amas Tadjuddin mengatakan, intoleransi dan radikalisme itu muncul di semua gerakan masyarakat termasuk di media massa, walaupun belum tentu tapi menyatakan itu terorisme.

"Dari hasil riset tersebut 99 persen mereka tidak cinta dengan Indonesia, Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, bahkan simbol-simbol negara hampir mereka tangkal, dan hal itu juga sudah ada di Kota Serang. Selain itu, mengutip Kementeriaan Dalam Negeri Hadi Prabowo bahwa aparatur sipil negara (ASN) merupakan tempat subur tumbuh kembangnya terorisme, ini sangat mengejutkan," katanya.

Menurut dia, peran penting seluruh komponen masyarakat terutama para pemangku kepentingan di pemerintahan dan penggiat sosial era milenial, secara bersama-sama wajib melakukan upaya cegah dini radikal terorisme. Hal itu dilakukan melalui penanaman dan penguatan wawasan kebangsaan secara meluas.

"Benih intoleransi yang menyebabkan munculnya paham radikal atau sebaliknya, berujung menuju gerakan terorisme, tumbuh subur di dunia kampus dan penggiat media. Nah FGD ini adalah momentum menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan cinta tanah air, cegah dini terorisme, menuju Indonesia damai dan bersatu," ucapnya.

Ia menjelaskan, secara faktual pihak yang terpapar terorisme, bermula ter￾pupuk dari gerakan intoleransi lalu menuju gerakan radikal. Intoleran belum tentu radikal dan belum tentu terorisme, juga tidak setiap radikalisme itu terorisme. Akan tetapi jika sudah teroris pasti intoleran dan radikal. Inilah seringkali yang tidak disadari oleh kalangan masyarakat.

"Generasi baru yang lahir di era milenial sebagai bahan baku pemimpin masa depan bangsa, jangan sampai terkontaminasi oleh pikiran dan gerakan intoleran radikal terorisme. Kami juga tidak ingin Banten dan tentu Indonesia menjadi seperti di Timur Tengah, perang saudara tanpa pernah berakhir, sesama umat Islam saling menyerang," ucapnya.

Doktrinasi pramuka

Ketua Pramuka Kwarda Banten Mohammad Masduki menyebutkan, wawasan kebangsaan tumbuh subur didoktrinasi dalam Pramuka. Oleh karena itu, Dasa Darma Pramuka jika tidak seluruhnya hafal, maka cukup mengamalkan dasa pertama Bertakwa Kepada Tuhan yang Maha Esa, dan dasa kesepuluh yaitu suci hati, pikiran dan perbuatan, dapat otomatis menjadi pancasilais. Sehingga akan mampu mencegah gerakan anti Pancasila melawan negara.

"Pramuka sangat penting dalam pengamalan Pancasila di kalangan milenial, pentingnya pramuka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni membina anak-anak yang baik, beriman dan bertakwa serta berbudi pekerti luhur," ujarnya.

Ia mengatakan, sekolah itu harus bisa mengembangkan Pramuka karena hasilnya akan menciptakan orang-orang yang berhasil dan cinta tanah air. Pentingnya unsur keteladanan bagi milenial dalam wawasan kebangsaan menjadi faktor pe￾nentu keberhasilan penerapan cinta tanah air.

"Pastikan guru dan orangtua menjadi contoh teladan pengamalan wawasan kebangsaan bagi anak-anaknya. Selain itu, Pramuka, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di masjid contoh kegiatan positif dalam upaya penanaman wawasan kebangsaan di kalangan anak-anak sebagai pondasi," ucapnya.

Sementara itu, Rektor Untirta Fatah Sulaiman menekankan pada pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara, yang tidak bertentangan dengan agama apapun apalagi dengan ajaran Islam. Kerja sama dunia kampus dengan berbagai komponen masyarakat, dapat melakukan upaya cegah radikal terorisme secara efektif di kampus maupun di luar kampus.

"Dalam konteks keberagaman, Islam mengajarkan toleransi yang sangat luar biasa, Pancasila itu tidak bertentangan sama sekali dengan ajaran agama Islam. Sementara itu milenial memiliki kekhasan, jadi kita yang harus menyesuaikan karena beda zaman. Mereka hidup di era Informasi teknologi (IT), jadi konten wawasan kebangsaan harus disesuaikan dengan memanfaatkan teknologi informasi," katanya.

Ketua Dewan Pendidikan Banten Dadang Setiawan mengatakan, ada 3 hal yang menjadi poin utama yakni kurikulum pendidikan, tenaga pendidikan dan lingkungan. Tekonologi informasi harus dimanfaatkan karena anak-anak sekarang jauh lebih mudah mengakses sumber informasi.

"Dalam diskusi wawasan kebangsaan tentu dalam pendidikan akan ditentukan dalam kurikulum pendidikan, tenaga pendidikan serta lingkungan. Lingkungan sangat mempengaruhi anak-anak sehingga dari sekolah harus ditanamkan pencegahan terorisme," katanya. (Denis Asria)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah