Sejarah Masjid Agung Ar Rahman Kabupaten Pandeglang, Berhawa Sejuk Adem Nyesss

23 April 2024, 17:14 WIB
Sejarah Masjid Agung Ar Rahman Kabupaten Pandeglang, Berhawa Sejuk Adem Nyesss /Google /Visit Banten

 

KABAR BANTEN - Kabupaten Pandeglang salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten bagian Selatan.

Kabupaten ini beribukota di Pandeglang.
Kabupaten Pandeglang juga berbatasan dengan Kabupaten Serang di sebelah Utara, Kabupaten Lebak di sebelah timur, serta Samudera Hindia di barat dan selatan.

Semenanjung Ujung Kulon merupakan ujung paling barat Pulau Jawa di mana terdapat suaka marga satwa tempat perlindungan hewan badak bercula satu yang kini hampir punah.

Sedangkan wilayahnya mencakup Pulau Panaitan di sebelah barat dipisahkan oleh Selat Panaitan serta sejumlah pulau-pulau kecil di Samudra Hindia, termasuk Pulau Deli dan Pulau Tinjil.

Pusat kota Pandeglang terletak di empat kecamatan, yaitu Pandeglang, Karang Tanjung, Majasari dan Kaduhejo.

Selain itu, terdapat dataran tinggi berupa tiga gunung di Kabupaten Pandeglang, yaitu Gunung Karang, Gunung Pulosari dan Gunung Aseupan.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pandeglang merupakan dataran rendah dan dataran bergelombang, sungai yang mengalir di antaranya sungai Ciliman yang mengalir ke arah barat dan sungai Cibaliung yang mengalir ke arah selatan.

Setiap kota atau kabupaten pasti memiliki Masjid Agung yang menjadi kebanggaan warganya.

Seperti halnya di Kabupaten Pandeglang masjid yang Terletak tidak jauh dari alun-alun Pandeglang yang dikenal oleh masyarakat Pandeglang dengan sebutan Masjid Agung Ar Rahman.

Baca Juga: Sejarah Masjid Kuno Abuya Armin Sekong Pandeglang Banten, Beraksitektur Timur Tengah yang Eksis Hingga Kini

Seperti dikutip Kabar Banten dari Youtube Mang Dhepi channel, berikut sejarah Masjid Agung Ar Rahman yang berada di Kabupaten Pandeglang.

Masjid ini dibangun pada tahun 1870, berada di Jalan Masjid Agung Nomor 2, Kelurahan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Masjid Agung Ar Rahman memiliki luas tanah kurang lebih 2.282 m² dengan luas bangunan kurang lebih 2.180 m2, dapat menampung sekitar kurang lebih 1000 jemaah.

Masjid yang berdiri kokoh di atas tanah wakaf dari Raden Adipati Arya Natadiningrat atau Raden Alya atau lebih dikenal dengan sebutan Dalam Ciekek, berpusat di pusa kota.

Dengan kondisi cukup bersih dan nyaman setiap jemaah yang berkunjung ke sini akan berkomentar masjid ini nyaman dan sejuk, akrena berada di kaki Gunung Karang dengan cuaca Pandeglang dikenal lebih sejuk daripada daerah-daerah di sekitarnya.

Tidak heran jika masjid ini selalu sejuk walau cuaca panas di luar masjid, tetapi tetap berasa nyaman di dalam masjid ini.

Dari plang yang terpasang masjid ini dilabeli masjid ramah anak oleh Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pemerintah Kabupaten Pandeglang.

Letak dan posisi masjid cukup strategis dan mudah ditemukan, yaitu dekat alun-alun namun terhalang satu gedung tidak langsung kelihatan dari alun-alun.

Masjid Agung Arrahman juga tepat bersebelahan dengan Rutan Pandeglang dan dekat dengan beberapa instansi pemerintahan.

Di antaranya Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Pandeglang, Kantor Kapolres Kabupaten Pandeglang, Lapas Kabupaten Pandeglang dan Kodim Kabupaten Pandeglang.

Masjid kebanggaan warga Pandeglang ini buka selama 24 jam, banyak wisatawan yang singgah untuk salat dan beristirahat.

Dengan arsitektur masjid yang begitu tertata apik, ornamen-ornamennya merupakan perpaduan beberapa unsur budaya yaitu perpaduan gaya arsitektur Hindu, Jawa, Cina dan Eropa.

Hal ini menandakan sifat dan sikap masyarakat Pandeglang yang terbuka dan bertoleransi.

Fasilitas yang dimiliki yaitu toilet untuk laki-laki ada yang di basement ada juga yang ditempatkan tidak satu gedung tetapi sangat dekat, jumlahnya cukup memadai.

Hanya Masjid Agung Ar Rahman ini tidak memiliki are parkir yang memadai, karna parkir kendaraan menggunakan bahu jalan.

Berdasarkan sumber dari majalah Netherlands Ind dalam Bahasa Belanda menyatakan sejarah peletakan batu pertama masjid pertama di Kota Pandeglang tahun 1849, dan pemekaran wilayah serta pelantikan Bupati pertama sesuai dengan penetapan hari jadi Kabupaten Pandeglang.

Dan berdasarkan stats blat 1874 nomor 73 atau surat keputusan Gubernur Jenderal yang ditetapkan oleh melalui Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Pandeglang, tanggal 26 September 1978, Nomor 111/kss.15/arsk/ 1978.

Pada bulan Februari 1848 dilakukanlah pelantikan bupati baru di Pandeglang yang dilanjutkan dengan peletakan batu pertama masjid baru yang menjadi cikal bakal Masjid Agung Arrahman Pandeglang sekarang ini.

Bupati Pandeglang pertama yang dilantik pada saat itu adalah Mas Arya Rekso Adinegoro yang sebelumnya menjadi Patih di Serang.

Oleh karena itu perlu dilakukan kembali pengkajian sumber-sumber sejarah di kabupaten Pandeglang paparnya berdasarkan catatan yang dimuat majalah Hindia Belanda tahun 1849.

Didapat beberapa fakta Kresidenan Banten pada saat itu terbagi menjadi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Utara yang beribukota Serang, Kabupaten Barat beribukota Caringin dan Kabupaten Selatan yang dahulu pemerintahannya di Lebak.

Kabupaten-kabupaten ini terlalu luas untuk dikelola secara teratur karena alasan ini dan alasan penting lainnya pemerintah membentuk kabupaten pusat keempat dari beberapa kabupaten yang berdekatan dari tiga kabupaten yang sudah ada.

Desa Pandeglang ditetapkan sebagai ibukota kabupaten dan Patih Serang Mas Arya Rekso Adinegoro seorang Jawa bukan keturunan bangsawan Banten, tetapi memiliki banyak pengetahuan dan keterampilan yang luar biasa sehingga diangkat menjadi Bupati pada bulan Februari 1848.

Pelantikan Bupati baru di Pandeglang yang dilanjutkan dengan peletakan batu pertama atau misigit baru atau masjid baru, memberikan bukti nyata bahwa di Banten di mana Islam telah mengakar di kalangan masyarakat Jawa dan penduduk asli.

Baca Juga: Sejarah Masjid Agung Banten, Perpaduan Budaya Arsitektur yang Jadi Wisata Religi Populer

Itulah sejarah Masjid Agung Ar Rahman yang berada di Kabupaten Pandeglang yang sampai saat ini masih kokoh keberadaannya sebagai tempat beribadah yang menjadi kebanggan masyarakat.***

 

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube Mang Dhepi

Tags

Terkini

Terpopuler