Masjid Nabawi, Azan dan Kerinduan Bilal Bin Rabah Kepada Rasulullah SAW

- 29 Agustus 2019, 13:15 WIB
Masjid Nabawi
Masjid Nabawi

Ketika Bilal mengumandangkan azan, Umar bin Khattab mendengar seruan itu dari rumahnya. Dia pun segera pergi menemui Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai Nabi Allah, demi Zat yang telah mengutusmu dengan benar, aku telah bermimpi seperti mimpi yang dialami Abdullah bin Zaid al-Khazraji." Mendengar itu, Nabi SAW berkata, "Segala puji bagi Allah, hal itu lebih menguatkan."

Pada masa Rasulullah SAW, begitu pula pada masa Khulafaur Rasyidin, Masjid Nabawi belum memiliki menara azan yang bisa dinaiki oleh muazin. Dahulu, Bilal bin Rabah mengumandangkan azan Salat Subuh dari atas rumah Sahl, seorang wanita dari bani Najjar.

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair, dari seorang wanita bani Najjar yang berkata, "Rumahku adalah bangunan paling tinggi sekitar masjid. Setiap pagi, Bilal mengumandangkan azan Subuh dari atas rumahku.

Pada waktu sahur, Bilal datang, lalu dia duduk menunggu fajar. Ketika sudah melihat fajar, dia menegakkan badannya kemudian berdoa, 'Ya Allah, sungguh aku memuji-Mu dan meminta pertolongan-Mu dari kaum Quraisy untuk menegakkan agama-Mu.' Setelah itu, dia mengumandangkan azan."

Disarikan dari kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir (Ajie Najmuddin, 2014), selang beberapa waktu seusai Nabi Muhammad SAW wafat, sahabat Bilal RA menghadap Sayyidina Abu Bakar RA untuk meminta izin meninggalkan Madinah dan pindah ke wilayah Syam.

"Apa alasanmu wahai Bilal?" tanya Abu Bakar Asshidiq. "Di sini terlalu banyak kenangan bersama Rasulullah, sehingga ketika menatap setiap sesuatu yang pernah Rasulullah 'sentuh' , di situ ada banyangan yang mulia, sehingga hatiku terlalu rapuh dan mata ini terlalu berat untuk tidak menangis karena kecintaan yang begitu agung dan tulus," kata Bilal.

Setelah diizinkan, Bilal kemudian menetap di desa Bidariyan, dekat dengan Syam. Bilal pun tak lagi mengumandangkan azan. Bukan enggan, tetapi karena tak kuat jika sampai lafal "Asyhadu anna muhammadan rasulullah". Perasaannya berkecamuk dan tak kuasa menahan air mata, teringat akan Rasulullah SAW.

Syahdan, di zaman khalifah Umar bin Khattab yang diangkat untuk menggantikan Abu Bakar yang telah wafat, pada suatu hari, Bilal bermimpi melihat Nabi. Rasulullah SAW berkata kepada Bilal, "Engkau tega, wahai Bilal. Kenapa engkau tidak menziarahiku lagi?"

Bilal bergegas bangun setelah ditegur demikian, dan segera meringkasi barang-barangnya dan berangkat ke Madinah. Sampai di sana, dia langsung ke makam Nabi dengan berurai air mata dan menciumkan wajahnya di makam Nabi.

Setelah berziarah, Bilal menghadap cucu Nabi, Hasan dan Husain. Keduanya mengatakan kepada Bilal, "Kami ingin mendengarkan azan-mu, hai muazin Nabi, sebagaimana pada masa Rasulullah."

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x