Lailatul Qadar, Perkiraan Waktu dan Tanda-tandanya

- 12 Mei 2020, 12:10 WIB
Gua hira
Gua hira

Salah satu keutamaan bulan Ramadan yakni terdapat suatu malam yang mulia yang dinamakan Lailatul Qadar.  Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Qadar ayat 1-5.

“Sesungguhnya kami telah menurunkan (Alquran) pada malam qadar. Dan tahukan kamu apa malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahtera lah (malam itu) sampai terbitnya fajar”.

M Quraish Shihab dalam buku “Membumikan Al Quran (Mizan, 1995) mengutarakan Lailatul Qadar pertama kali ditemui atau menemui Nabi Muhammad SAW ketika beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang diri beliau dan masyarakat. Ketika jiwa beliau mencapai kesuciannya turunlah Ar-Ruh (Jibril) menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT dan membimbing Nabi Muhammad SAW. 

Dari malam itu lah kemudian terjadinya perubahan total dalam diri Nabi Muhammad SAW, bahkan perjalanan hidup untuk manusia, yakni dari zaman kegelapan menjadi zaman pencerahan.

Mengenai turunnya lailatul qadar apakah ada pada setiap Ramadan atau hanya sekali saat turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW? Quraish Shihab mengungkapkan berbagai pendapat ulama.

Pertama, lailatul qadar hanya turun sekali saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu. Alasannya, karena wahyu Al Quran sudah sempurna dan tidak lagi wahyu setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, maka malam mulai (lailatul qadar) tidak hadir lagi.

Kedua, pendapat yang menyatakan lailatul qadar terjadi setiap bulan Ramadan yang merujuk pada teks Alquran dan Hadits.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, “Carilah malam lailatul qadar pada malam ganjil di antara sepuluh hari terakhir bulan Ramadan”.

Imam Izzuddin bin Abdus Salam dalam kitab “Maqashidul Ibadat” mengungkapkan lailatul qadar terdapat pada sepuluh terakhir malam bulan Ramadan, lebih mungkin pada malam ganjil, yakni malam dua puluh satu Ramadan.

Imam Izzuddin mendasarkan pada hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan  Muslim. Disebutkan Rasulullah SAW pernah melihat lailatul qadar. Disebutkan Masjid Nabawi diguyur hujan pada malam dua puluh satu Ramadan. Kemudian terlihat bekas tanah dan kening dan hidung Rasulullah SAW.

Imam Izzudin berpendapat malam dua puluh satu Ramadan merupakan paling kuat adanya lailatul qadar karena pada malam itu  bulan purnama seperti belahan mangkuk. Menurut Imam Izzuddin, purnama tidak akan berbentuk seperti belahan mangkuk selain malam ketujuh maupun malam kedua puluh satu. “Siapakah di antara kamu yang ingat ketika bulan purnama terbit seperti belahan mangkuk besar?” (HR Muslim).

Pengurus Pondok Pesantren Dar El Istiqamah Serang Ustad Kholid Ma’mun dalam kajiannya mengungkapkan sejumlah referensi mengenai kapan turunnya lailatul qadar.

Pertama, kata dia, dalam kitab I’anatuth Thaalibiin juz II halaman 257, cetakan al ‘Alawiyyah Semarang, disebutkan jika awal Ramadan hari Ahad atau Rabu maka lailatul qadar malam 29. Jika awal Ramadan hari Senin maka lailatul qadar malam 21. Jika awal Ramadan hari Selasa atau Jumat maka lailatul qadar malam 27. Jika awal Ramadan hari Kamis maka lailatul qadar malam 25. Jika awal Ramadhan hari Sabtu maka lailatul qadar malam 23.

Kedua, tutur dia, dalam kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain juz IV halaman 337, cetakan Daar Ihya al Kutub a ‘Arabiyyah. Jika awal Ramadan hari Ahad maka lailatul qadar malam 29. Jika awal Ramadan hari Senin maka lailatul qadar malam 21. Jika awal Ramadan hari Selasa maka lailatul qadar malam 27.

Jika awal Ramadan hari Rabu maka lailatul qadar malam 19. Jika awal Ramadan hari Kamis maka lailatul qadar malam 25. Jika awal Ramadan hari Jumat maka lailatul qadar malam 17.JJika awal Ramadan hari Sabtu maka lailatul qadar malam 23.

Ketiga, ujarnya, dalam kitab Hasyiyah al Bajuri ‘ala Ibni Qaasim al Ghaazi juz I halaman 304 , cetakan Syirkah al Ma’arif Bandung. Jika awal Ramadan hari Jumat maka lailatul qadar malam 29. Jika awal Ramadan hari Sabtu maka lailatul qadar malam 21. Jika awal Ramadan hari Ahad maka lailatul qadar malam 27.

Jika awal Ramadan hari Senin maka lailatul qadar malam 29. Jika awal Ramadan hari Selasa maka lailatul qadar malam 25. Jika awal Ramadan hari Rabu maka lailatul qadar malam 27. Jika awal Ramadan hari Kamis maka malam ganjil setelah malam 20.

Kapan turunnya lailatul qadar, Allah SWT Yang Maha Tahu. Umat Islam hanya dituntun untuk shalat malam (qiyamul lail), i’tikaf, memperbanyak zikir, membaca Alquran, dan bershadaqah.  

Disunahkan bagi orang  yang melihat lailatul qadar dengan memuji dan berdoa kepada Allah SWT. “Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan suka mengampuni, maka ampunilah aku”. (HR Turmudzi).

Adi Maftuhi (2018) menngungkapkan kisah tanda-tanda orang yang mendapat lailatul qadar. Antara lain dialami Imam Nawawi saat berusia tujuh tahun. Ibnu Al-Athhar seorang murid Imam Nawawi menceritakan bahwa dirinya pernah mendapat cerita dari bapak Imam Nawawi pada bulan Ramadan 638 H. Saat itu malam tanggal 27 Ramadan.

"Kami tertidur lelap. Di tengah malam kami semua dibangunkan oleh suara Nawawi." Saat itu Nawawi kecil bertanya, "Cahaya apa yang memenuhi rumah kita, wahai Bapak?'. Bapak Nawawi tidak menjawabnya karena tidak melihat cahaya kecuali dari lampu penerangan. Begitu juga dengan ibu dan saudara-saudaranya.

M Quraish Shihab menuliskan dalam buku “Membumikan Al Quran” salah satu doa yang sering Nabi Muhammad SAW baca dan hayati maknanya yakni “Wahai Tuhan kami, anugerahkan  lah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akherat dan pelihara lah kami dari siksa neraka.

Artinya, kata Quraish, doa tersebut merupakan permohonan yakni menjadikan kebajikan dan kebahagian di dunia  tidak hanya sebatas dampaknya  di dunia tetapi berlanjut hingga hari kemudian kelak. Quraish Shihab berkesimpulan jika yang demikian itu diraih manusia, maka ia akan memperoleh kemuliaan dunia dan akherat.*** 

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah