Idulfitri: Kembali ke Jati Diri, Membangun Komitmen Ketaatan dan Ketundukan kepada Sang Pencipta

- 10 April 2024, 09:10 WIB
Jemaah Masjid Nurul Huda Kota Serang bersalam-salaman usai melaksanakan Shalat Idulfitri 1445 H.
Jemaah Masjid Nurul Huda Kota Serang bersalam-salaman usai melaksanakan Shalat Idulfitri 1445 H. /Kabar Banten/

KABAR BANTEN – Hari Raya Idulfitri 1445 Hijriah merupakan momentum penting yang harus dimaknai umat Islam untuk lebih baik pada bulan-bulan mendatang.

Hal itu disampaikan H Ahmad Fauzi, khatib Shalat Idulfitri 1445 H di Masjid Jami Nurul Huda Kompleks Permata Banjar Asri Kelurahan/Kecamatan Cipocokjaya Kota Serang Rabu 10 April 2024.

“Setelah sebulan menjalankan ibadah puasa Ramadan yang penuh ketaatan dan kepatuhan kepada Allah Swt, kini kita masuk fase merayakan Idulfitri,” kata Fauzi.

Ia menjelaskan, Idulfitri menandakan Ramadan telah berlalu. Namun nilai-nilai Ramadan tetap harus diamalkan pada bulan-bulan beikutnya seperti qiyamul lail, membaca Alquran, infak dan sedakah serta amaliah lainnya.

Fauzi mengatakan Idulfitri bermakna manusia kembali kepada fitranya atau asalnya, yakni kesucian. “Sejatinya fitrah manusia suci, tanpa kesalahan, dosa dan perbuatan maksiat, Fitrah manusia adalaha ketundukan dan kepatuhan terhadap Allah SWT,” ucapnya.

Ahmad Fauzi mengajak umat Islam menjadikan Hari Raya Idulfitri sebagai momentum untuk saling menyayangi, menghidari sikap permusuhan dan saling nasehat dan menasehati dalam kebenaran.
Sebelumnya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Prof KH Asrorun Niam Sholeh memberikan imbauan kepada umat Islam.

Ia  meminta umat Islam merayakan Lebaran Idulfitri dengan sukacita dan semangat kebersamaan. Selain itu, agar umat Islan ketika silaturahmi tidak ada flexing (ajang pamer) maupun pertanyaan sensitif yang menyinggung. 

"Jangan sampai kemuliaan silaturahmi itu berdampak kepada flexing, pamer harta, termasuk menyinggung perasaan saudara kita dengan pertanyaan pada hal-hal yang bersifat pribadi dan sensitif," kata Prof Niam di Kantor Kementerian Agama, Jakarta kala konferensi pers hasil Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1445 H, seperti dilansir Kabar Banten dari laman mui.or.id. 

Menurut Guru Besar Fikih UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini,  momen Idulfitri adalah waktu yang tepat untuk membangun kebersamaan dan rasa cinta kasih. Pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung dan sensitif akan mengotori rasa kebersamaan itu. Begitu pula flexing atau ajang pamer harta juga membuat cinta kasih yang seharusnya tumbuh ketika Idulfitri justru berubah. 

Halaman:

Editor: Maksuni Husen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x