Setelah belanja, aku pulang, dalam perjalanan menuju kota wisata macetnya minta ampun.
Saat perjalan pulang dari pasar, di depan pom bensin aku lihat banyak pisang yang tergantung, tiba-tiba aku ingat janjiku pada si kakek penjual pisang.
Astagfirullah, mau putar balik tapi macet, pikiranku bercambang, jika tidak balik lagi bagaimana kalau si kakek terus menunggu.
Tapi, kalau nunggu lama, kan si kakek pasti bosan dan pulang, tidak mungkin dia tunggu sampai pasar bubar, pekik batinku.
Macet belum juga usai, rasa lapar juga menyerang, bayangan kakek tua penjual pisang dengan kopiah miring dengan kameja putih yang usang terus menari di pikiranku.
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan klakson dan teriakan orang dibelakangku 'mba jangan melamun dong, jalaaan dong, nambahin macet ajaaa?'
Aku terkejut, ku injak gas mengikuti antrian panjang kendaraan, hatiku belum juga tenang ingat si kakek penjual pisang.
Aku masuk area perumahaan kota wisata lewat ruko Canadian, begitu melewati jembatan seorang melintas begitu hampir tertabrak.
Sesampainya di rumah mbak Eni menurunkan belanjaan, Bani ponakanku yang memanggil aku ibu keluar dia memeriksa belanjaan.
"Ibu tidak beli pisang!"