Diduga Pergeseran Tanah, Tujuh Rumah Retak Hingga Ambruk

- 22 November 2019, 06:45 WIB
pergeseran tanah ilustrasi
pergeseran tanah ilustrasi

TANGERANG, (KB).- Diduga akibat musim pancaroba, fenomena alam pergeseran tanah melanda permukiman di RT14/RW03, Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Akibatnya, tujuh bangunan mengalami kerusakan mulai dari tembok retak-retak hingga lantai terbelah.

"Karena pergerakan tanah,” kata Kepala Seksi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangsel Ade Wahyudi, Kamis (21/11/2019).

Ia mengatakan, rumah yang temboknya terbelah milik Sanwani dihuni oleh empat jiwa. Hingga kini pemilik rumah masih nekat menempati bangunan rumah, meski bahaya mengancam keselamatan mereka.

Ia memastikan, tim satuan tugas didampingi pejabat BPBD Kota Tangsel terus memantau kondisi rumah-rumah warga yang terdampak pergerakan tanah. “Kalau malam rumah itu enggak ditempati sama pemiliknya,” ujarnya.

Menurut dia, jika penghuni rumah tidak mengungsi dikhawatirkan sewaktu-waktu bangunan tembok rumah ambruk. “Permukiman di wilayah Kecamatan Setu memang masuk dalam zona rawan tanah longsor,” ucapnya.

Sementara itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengidentifikasi, bahwa kawasan permukiman di Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) termasuk rawan longsor.

Indikasi awalnya seperti yang baru terjadi di RT14/RW03, Kelurahan Keranggan. “Itu menunjukkan permukaan tanah sudah ketarik,” tutur Kabag Program dan Anggaran Pusat Teknologi Reduksi Resiko Bencana Nur Hidayat.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti BPPT, banyak terdapat bangunan rumah di atas serta bawah tebing. Lapisan tanah atau soil di Muncul dan Keranggan cukup tebal. Ia mengingatkan, saat curah hujan terus meningkat bisa terjadi tanah longsor. Tanah dari atas akan mempercepat proses pergerakan tanah. “Ini dilihat di bagian bawah terdapat rekahan-rekahan,” katanya.

Ketinggian tebing sekitar 15 meter dengan kemiringan sekitar 80 derajat. Menurut dia, sangat berbahaya saat intensitas curah hujan terus meningkat. “Kami khawatir, sudah ada tanda-tanda tanah bergerak,” ujarnya.

Salah satu rumah yang konstruksinya sudah mulai terangkat dari tanah dialami ketua RT setempat Khodijah (32). Kondisi bangunan tempat tinggalnya mengalami beberapa keretakan pada sisi-sisi tembok bagian depan dan dalam. Bahkan, pada bagian belakang rumah Khodijah, tembok berukuran 2x3 meter yang menutupi kamar kecil dan dapur telah ambruk.

"Kejadiannya ini Jumat kemarin jam 01.00 WIB siang, tiba-tiba saya rasakan pergeseran. Sebelumnya, tembok belakang rumah saya melendung dulu, (kemudian) tiba-tiba ambruk," ucapnya.

Saat itu, dia yang ketakutan langsung ke luar rumah. Ternyata keretakan yang dialami bukan saja pada rumah dia, namun juga pada tetangga.

"Kalau konstruksi tembok saya rasa kuat. Jadi, bukan karena temboknya yang sudah rapuh ya, karena rumah lain juga pada retak. Ini baru 10 tahun bangunan. Saya kira ya dari musim kemarau kemarin itu jadi geser tanahnya," tuturnya.

Selain tembok yang ambruk, kata dia, lantai pada ruang tamu rumah juga mengalami keretakan dengan panjang sekitar setengah meter. "Iya ubin saya juga pada retak semennya. Jadi, seperti terbelah gitu," katanya.

Berdasarkan catatan Kabar Banten, pada Mei 2017 lalu, di Kampung Sengkol, Muncul, Kecamatan Setu, lima unit bangunan rumah di RT04/ RW02 yang dihuni 13 orang mengalami rusak parah. Bangunan rumah longsor hingga rata dengan tanah. (DA)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah