Situs Kosala, Wisata Sejarah di Kabupaten Lebak

- 25 November 2018, 20:45 WIB
Situs Kosala
Situs Kosala

Situs Kosala terletak di Kampung Boongsarung, Desa Lebak Gedong, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak. Situs ini dibangun di sebuah hutan bambu pada puncak bukit Pasir Sangka (Gunung Kosala), di antara dua aliran sungai yaitu Sungai Cipamali dan Sungai Cibaduy. Situs Kosala berbentuk bangunan teras berundak terdiri dari lima teras, terbuat dari batuan andesit dengan arah hadap barat laut - tenggara, menyerupai piramida. Teras-teras bangunan berundak Kosala disusun melingkar mengikuti kontur bukit dan setiap teras memiliki altar-altar dengan berbagai bentuk. Temuan yang bisa diidentifikasi adalah sebuah altar berupa susunan batu datar dengan sebuah menhir besar dalam keadaan setengah rubuh, tertanam di tengah tumpukan batu. Altar lainnya berupa susunan batu datar berbentuk memanjang dengan sebuah singgasana batu. Sandaran singgasana batu berbentuk segilima, saat ini dalam keadaan miring. Penduduk setempat menyebut altar itu leluhur Menes. Beberapa temuan yang masih dapat diidentifikasi adalah altar berupa susunan batu andesit dengan menhir dan lingga semu di antaranya. Sebagian batu terbenam di dalam tanah sehingga bentuk altar ini belum diketahui, altar ini disebut Leluhur Sobang. Altar lainnya berupa susunan batu datar dengan lingga semu yang dikelilingi oleh batu pelor. Batu-batu pelor itu juga terdapat di sekitar altar, sehingga penduduk setempat menyebut altar itu Leluhur Pangawinan. Di sekitar altar (Leluhur Pangawinan) terdapat susunan batu datar dengan menhir-menhir yang tergeletak di antaranya. Di atas beberapa batu datar itu terdapat batu-batu pelor. Selain itu, menurut kuncen situs di sekitar lokasi altar (Leluhur Pangawinan) terdapat Cikahuripan atau Gelemeng Hideung. Lokasi tepatnya tidak diketahui karena tempat ini dirahasiakan oleh orang Baduy Karang. Selain itu, situs Kosala merupakan tempat pertemuan tujuh orang leluhur yang dipercaya dapat membawa berkah bagi orang-orang yang menziarahinya. Ketujuh leluhur itu adalah Leluhur Parungkujang atau Prabu Siliwangi (bidang kepangkatan/jabatan), Leluhur Sajra atau Abuya Kayu Buyut Mangun Tapa (bidang keselamatan), Leluhur Menes atau Kyai Sapuling Sakti (bidang agama), Leluhur Pangawinan (bidang pertanian), Leluhur Parahyang (tempat para Hyang atau leluhur/dewa), Leluhur Sobang (tempat ziarah orang Baduy Karang) dan Leluhur Bonbgbang tidak boleh dikunjungi oleh orang yang beragama Islam. Situs ini terletak di antara dua sungai yaitu Sungai Cipamali dan Sungai Cibaduy yang mengairi kulah. Menurut kepercayaan, orang Baduy Karang yang akan menuju situs pada waktu muja, tidak boleh menginjak air Sungai Cipamali karena air itu dianggap suci.
Singgasana dewa leluhur Pemujaan kepada tujuh leluhur itu diduga sesuai dengan fungsi tinggalan arkeologi teras demi teras yang tampaknya tidak mengacu pada perjalanan upacara seperti pada bangunan teras berundak lainnya yang berjalan dari teras satu hingga teras teratas sebagaimana situs Arca Domas di Baduy. Setiap teras mempunyai altar-altar yang berfungsi sesuai dengan maksud pemujaan. Dengan demikian, agaknya setiap teras dengan altar-altarnya dapat menjadi tempat pemujaan yang berdiri sendiri sesuai dengan maksud si pemuja. Singgasana batu yang sebagian besar mendominasi tinggalan budaya di situs Kosala dapat ditafsirkan sebagai "singgasana dewa atau leluhur". Di tempat itulah para dewa atau leluhur "duduk" sementara pada saat upacara berlangsung. (Galuh Malpiana)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x