Rahmat Hernowo: Triwulan II 2018, Ekonomi Banten Alami Penurunan

- 18 September 2018, 20:10 WIB
SERANG, (KB).- Pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan II Agustus 2018 mengalami penurunan. Hal tersebut dipicu akibat rendahnya realisasi sektor industri pengolahan disisi sektoral dan melambatnya komponen net ekspor disisi pengeluaran. "Berdasarkan infografis, perekonomian Banten per Agustus 2018 pada triwulan II mengalami penurunan. Pertumbuhannya melambat, karena realisasi sektor industri pengolahan disisi sektoral cukup rendah dan komponen net ekspor lambat disisi pengeluarannya," kata Kepala kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Banten, Rahmat Hernowo saat acara kajian ekonomi dan keuangan regional Banten bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di ruang rekreasi BI Banten, Senin (17/9/2018). Menurut dia, pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 5,27 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Banten pada triwulan II ini sekitar 5,59 persen. Pada triwulan II ini, kecenderungan penurunan pertumbuhan ekonomi Banten berada di urutan ke empat di bawah Jawa. "Di triwulan II kemarin, Banten selalu berada di atas Jawa dan baru terakhir ini Banten berada di bawah Jawa," ujarnya. Meski begitu, kata dia, sejak tahun 2014 hingga saat ini, angka inflasi di Banten telah mengalami penurunan. Salah satu daerah yang menekan inflasi itu adalah Tangerang dengan keberadaan Bandara Soekarno-Hatta. "Tangerang paling dekat dengan Jakarta. Jadi apapun yang terjadi di Jakarta, ya Tangerang juga akan ikut merasakan dampaknya," ucapnya. Sedangkan untuk realisasi APBD Banten pada triwulan II 2018 mencapai Rp 15,7 triliun atau 47,9 persen dari target. Realisasi belanja daerah Banten pada periode yang sama tercatat Rp 11,1 triliun atau 30,6 persen dari pagu. "Penyumbang inflasi terbesar adalah makanan jadi, rokok, tembakau dan bahan makanan. Sedangkan untuk komoditas bawang putih penyumbang deflasi tertinggi hingga saat ini," tuturnya. Realisasi IHK sampai bulan Agustus 2018 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan capaian triwulan II 2018. Meningkatnya tekanan inflasi didorong oleh peningkatan harga kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan serta rekreasi. Ia juga menyampaikan isu strategis depresiasi nilai tukar. Dari tahun ke tahun, ekspor lebih banyak dibandingkan impor. Bahan industri baja 95 persennya impor, sehingga harus melakukan kerja sama luar negeri dalam perdagangan. "Keuntungannya kita menjualnya dengan harga internasional, yang kemudian dirupiahkan, jadi cukup besar," katanya. Sumber devisa Ia juga menyampaikan, pariwisata merupakan sumber devisa terbesar dalam membangun tingkat perekonomian di setiap daerah. Salah satunya Tanjung Lesung, selama 2017 kunjungan wisatawan Tanjung Lesung mencapai 866.000 orang. "Tetapi, 96,2 persen wisatawannya berasal dari domestik atau lokal. Hanya 3,7 persen wisatawan asing," ucapnya. (Rizki Putri)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x