Di Kabupaten Serang, Kopi Belum Jadi Komoditas Unggulan

- 2 Desember 2019, 22:15 WIB
Kopi arabica robusta
Kopi arabica robusta /

Ia mengatakan, alasan belum masuknya kopi dalam RPJMD, karena empat tahun lalu pasar buah kopi belum booming. Sedangkan saat ini, banyak tumbuh usaha kafe yang terus mengeksplorasi rasa kopi.

"Kita tahu ada kopi tapi jumlahnya enggak besar makanya tidak dimasukan ke RPJMD," katanya.

Saat ini, kopi asal Kabupaten Serang yang mulai booming yakni kopi Weha. Dirinya mengaku keduluan oleh provinsi dalam pengembangan kopi tersebut.

"Kita keduluan provinsi kebetulan lagi panen jadi booming tukang kopi dari mana mana datang sampai nginap. Jenis di kita itu robusta dan kopi buhun atau lokal. Bahkan yang kata orang Bali kopi buhun itu mantap. Cuma masih alami (pengolahan dan pengembangannya), yang baru dapat silangan itu yang 2.500 batang robusta," ujarnya.

Sementara, sebelumnya Ketua Komunitas Pecinta Alam Cikolelet Suwanda mengatakan, jenis kopi di daerahnya yakni Robusta buhun atau kecil. Keunggulan dari kopi ini memiliki rasa yang agak asam, tidak terlalu pahit dan ada rasa manis diakhirnya.

"Kalau pemasaran belum besar karena baru produksi dan belum banyak. Biasa saya jual 100 gram Rp 15 ribu bubuk," ujarnya.

Ia menjelaskan, untuk Cikolelet sebenarnya bukan basis perkebunan kopi. Namun lebih pada hutan kopi, dimana kopi disana tumbuh bersama tanaman lain.

"Itu perkiraan 20-30 hektare kopi tapi enggak satu hamparan pisah pisah. Kalau potensi pasar memang lumayan bagus, masalahnya kita cara ambilnya juga masih kaya zaman dulu belum banyak yang matang, yang hijau juga diambil. Kalau saya yang merah saja, petani lain campur, padahal yang bagus itu yang merah. Kedepan mudah mudahan bisa berubah cara ambilnya.  Kita masih butuh pembinaan," tuturnya. (DN)*

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x