Pengrajin Tempe di Serang Terpuruk Akibat Melambungnya Harga Kedelai, Ini Kata Konsumen

- 7 November 2023, 15:26 WIB
Salah satu pengrajin tempe di Kota Serang.
Salah satu pengrajin tempe di Kota Serang. /Kabar Banten /Widodo Andesra

KABAR BANTEN - Pengrajn tempe semakin hari semakin bingung dengan harga kedelai yang semakin naik. Hal tersebut membuat para pengrajin tempe memutar otak agar bisa tetap produksi dan konsumen tidak merasa mahal.

Sejak bulan September 2023, harga kedelai mencapai Rp12.000/ kg, kenaikan harga kali ini yang cukup besar perkarung sudah naik Rp200.000, padahal harga jual tempe tidak bisa dinaikan.

Seperti yang dituturkan Toni pengrajin tempe di Perumahan Bumi Agung Permai, Kelurahan Unyur, Kecamatan Serang, Kota Serang, sekarang pengrajin tempe tinggal menunggu kapan akan tutup.

Ia melanjutkan jika sebelumnya setiap hari berani membuat tempe dua kwintal setiap harinya, tetapi setelah harga kedelai melambung dia hanya membuat tempe dengan bahan kedelai 1,5 kwintal setiap harinya.

"Sejak harga kedelai naik saya membuat tempe cuma 1,5 kwintal dengan membuat tempe sedikit ya pendapatan semakin sedikit, bahkan terkadang ga ada untung," tutur Toni kepada Kabar Banten Senin 6 November 2023.

"Sejak harga kedelai impor naik terus dia berusaha dengan harga lama karena mau naikin harga bingung, takut konsumen pergi, ya paling kita akalin potongannya dikecilin dikit," sambungnya.

Ia menjelaskan, akibat harga kedelai naik drastis, yang katanya harganya mengikuti kurs Dolar, para pengrajin tempe jadi serba salah, meneruskan produksi tidak untung, jika tidak produksi lebih parah lagi.

"Kalau gak produksi kita rugi bahkan lebih rugi lagi, karena saya harus membayar anak buah dia orang, jadi ya udah jalan terus yang penting masih bisa makan dan bayar yang kerja," ucap Toni.

Pantauan Kabar Banten di lokasi produksi (pabrik tempe), banyak konsumen yang membeli langsung setiap hari sebelum tempenya dipasarkan di pasar Rau.

Seperti yang dituturkan Mansur yang rutin membeli tempe di tempat pembuatannya langsung, menurutnya lebih murah sedikit dan tentunya baru, dan masih fres.

"Iya saya hampir setiap hari beli tempe di mas Toni, selain harganya miring beli di pabriknya pasti dapet tempenya yang masih baru, beda kalau sudah di pasar, pokonya dijamin freslah," tuturnya.

Ia melanjutkan walaupun harga kedelai naik tempe harganya tetap meski terlihat lebih kecil dan tipis tapi dia memakluminya, karena dia tahu jika harga kedelai import harganya naik.

"Iya harga tempenya gak naik di sini, cuma terlihat agak tipis tapi kita maklumlah harga kedelai juga sudah naik, tapi tempe disini gak naik harganya, mungkin biar gak memberatkan pembeli jadi gak naik tapi cuma dikurangi ukurannya," ucapnya.

Toni membenarkan apa yang dikatakan para pelanggannya jika tempe produksinya sekarang agak tipis, karena demi menjaga konsumen kalau di naikan kasihan konsumennya.

Ia berharap pemerintah bisa mengendalikan harga, kalau bisa harga seperti semula agar usaha pengrajin tempe bisa tetap bertahan dan harapannya bisa meraup keuntungan dari usahanya.

"Saya berharap sih pemerintah bisa menurunkan harga kedelai, kalau naik terus gak bisa punya untung, sementara harga ke konsumen tetap, semoga pemerintah mendengar keluhan kami pengrajin tempe," harapnya.***

 

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x