Erick Rebiin, Menempuh Jalan Berliku

- 25 Oktober 2019, 16:30 WIB
Erick Rebiin
Erick Rebiin

KURSI parlemen periode 2019-2024 banyak diisi mantan aktivis mahasiswa, organisasi pemuda, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Tak terkecuali di Kota Cilegon. Salah satunya adalah Erick Rebiin. Sebelum duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cilegon, pria kelahiran Cilegon 14 Mei 1976 itu dikenal sebagai aktivis LSM yang berani mengkritik pemerintah.

Politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) ini menuturkan perjalanan hidupnya yang penuh suasana kelam. Saat masih kecil dirinya hidup dalam keprihatinan. ”Usia 5 tahun saya sudah ditinggal bapak. Padahal umumnya anak seusia segitu, masih manja dan butuh pelukan kasih sayang dari kedua orangtua,” katanya.

Meski begitu, Erick kecil mampu menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Pringori, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon. Lulus SD tahun 1989, ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI Pulomerak, lulus tahun 1992.

Pada usia 8 tahun, Erick sempat menjadi pemulung. Karena, ia harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hari-harinya. Pekerjaan itu pun dilakukan karena dirinya mempunyai keinginan yang harus dia penuhi. Hal itu harus dilakukan sendiri.

”Saya masih ingat, apabila ingin punya uang jajan, saya suka mengumpulkan barang bekas seperti plastik, botol dan lainnya. Ibaratnya jadi pemulung pada saat itu, barang bekas yang sudah saya kumpulkan saya jual, uangnya buat jajan juga buat beli kaus kaki. Saya juga pernah jualan es bon-bon (gula-gula/permen) guna menambah uang jajan di sekolah,” ucapnya mengingat masa lalu.

Erick tidak gengsi melakukan pekerjaan yang dinilai banyak orang kurang mengenakkan itu. ”Bagi saya tidak ada gengsi, karena keterbatasan ekonomi dan saya sadar betul akan hal itu,” ujarnya.

Selepas dari SMP, Erick Rebiin melanjutkan sekolah ke Sekolah Teknik Menengah (STM) YKTB Bogor, dan lulus tahun 1995. Kemudian saya melanjutkan kuliah di Universitas Tirtayasa (Untirta) pada Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, dan lulus tahun 2009.

Sebenrnya sikap kritis Erick sudah tumbuh di masa remaja, saat ia sekolah masih menggunakan seragam putih abu-abu. Sebagaimana remaja pada umumnya, masih mencari jati diri.

”Namanya juga remaja, wajar saja kalau mencari jati diri, tapi tidak terlalu menjurus ke pergaulan negatif seperti narkoba dan lainnya. Hanya kenakalan remaja saja dan tidak terlalu lama kemudian Erick pulang kampung. Tahun 1995 saya pulang ke Cilegon, saat itu masih menyatu dengan Kabupaten Serang,” tuturnya.

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x