Benarkah Pilihan Hidup Slow Living Bisa Bikin Damai dan Terhindar dari Stres?

26 Desember 2023, 13:00 WIB
Ilustrasi terkait benarkah gaya hidup slow living agar damai dan terhindar dari stres, begini ulasannya. /Pexels/vlada-karpovich

KABAR BANTEN - Mungkin anda pernah merasakan bahwa hidup ini terasa berjalan begitu cepat, bahkan orang-orang di sekeliling kita pun terus pasang target lebih tinggi makin tinggi terus tinggi seolah mereka terus berpacu menambah kecepatan dan terus berlari untuk mencapai target hidup yang ingin mereka capai, hingga terasa melelahkan dan berpikir perlu berhenti sejenak untuk rileks dan mengubah gaya hidup jadi slow living.

 

Jika terlalu ambisius dalam menjalani hidup ini tentu akan membuat kita terasa cape dengan tingginya target dan ekspektasi orang ke kita, lelah dengan tuntutan hidup yang orang kasih ke kita dan merasa pengen berhenti sejenak dan berjalan melambat, apakah anda merasa begitu? Jika ada berarti anda sedang melakukan gaya hidup slow living.

Apa itu slow living? slow living adalah gaya hidup yang mendorong kita untuk tidak pasang target dan ekspektasi apapun, hidup tanpa ambisi let it flow saja sambil mencoba untuk tak peduli dengan tekanan orang sekitar kita yang menuntut kita untuk sukses ini dan itu.

Baca Juga: 5 Alasan Perlu Hidup Santai atau Slow Living

Hidup slow living tidak perlu punya ambisi dan tidak perlu pasang ekspektasi apa pun, karena tanpa ekspektasi tidak akan ada yang kecewa, semua akan ada waktu yang tepat tidak perlu terburu-buru dan lakukan perlahan tapi pasti agar hidup damai dan terhindar dari stres.

Pertanyaan nya apakah benar slow living bisa bikin hidup kita damai dan terhindar dari stres? Berikut ulasannya Sebagaimana dikutip Kabar Banten dari YouTube Muslimah Media Center.

Kebanyakan alasan terbesar orang memilih hidup slow living itu karena dirinya merasa sudah lelah sama tekanan hidup jadi tekanan hidup ini berasal dari sebuah midset yang banyak berkembang di tengah masyarakat.

Midset memandang arti kebahagiaan, ditengah masyarakat bahagia itu dimaknai ketika kita punya materi yang berlimpah, bahkan Bill Gates itu dianggap sebagai ikon kebahagiaan dan kemakmuran.

Kenapa Bill Gates dijadikan ikon kebahagian dan kemakmuran karena dia punya kehidupan yang diidam-idamkan oleh banyak orang.

Nah ketika merasa pencapaian materi sebagai 'bahagia' itu karena dipengaruhi midset sekularisme-kapitalisme akhirnya midset sekularisme dan kapitalisme ini mempengaruhi seseorang untuk pasang target dan ekspektasi bahwa hidup bahagia itu selalu identik dengan materi dan hal inilah yang bikin seseorang mengubah tujuan hidupnya untuk sekedar mendapatkan materi, dia akan merasa sangat berarti jika bisa meraih tujuan hidupnya, akhir dia akan konpering dirinya dengan kehidupan orang lain.

Terbesit di pikirannya hidup itu soal kalah dan menang berkompetisi bahkan bisa jadi sikut-sikutan dan saling menjatuhkan, jadi hidup manusia serasa hidup dihutan rimba siapa yang bergerak cepat dan lebih beringas dia yang akan survive, begitu bukan?

Tapi masalahnya apakah bahagia ala kapitalisme tadi benar-benar membawa kebahagiaan? Jawabannya adalah tidak.

Karena sumber kebahagiaan itu bukan dari seberapa banyak harta yang anda punya tetapi seberapa dekat kita sama Allah, seberapa nerima kita sama qadha Allah dan seberapa beriman sama Allah.

Kebahagiaan hakiki bagi seorang muslim adalah ketika dia mendapatkan keridhoan Allah SWT.

Generasi muslim yang taat dan senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Nya, sehingga Allah tanamkan di dalam hatinya ketenangan, kedamaian, kebahagian dan keberkahan hidup.

Seperti janji Allah dalam firman-nya:"dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi"(Qur'an surat Al-Arof ayat 96).

Jadi kebahagiaan hakiki adalah ketika Allah tempatkan kita kelak di surga yang abadi.

Terus dari poin satu tadi tekanan hidup ini akan terasa semakin berat karena jaminan kesejahteraan semakin serba tidak pasti di sistem kapitalisme, gimana mau pasti orang kapitalisme itu menjunjung tinggi kebebasan kepemilikan membuat konglomerat boleh menguasai kekayaan milik publik, nah disinilah ada kesenjangan ekonomi dimana 99 kekayaan milik umum dinikmati oleh 1 persen masyarakat yang tergolong dalam oligarki.

Sementara 99 persen rakyat memperebutkan 1 persen harta milik umum tadi.

Selain itu juga negara terkesan lepas tangan dari mengurusi rakyatnya lihat saja saat ini kesehatan mahal, Pendidikan mahal, terus adanya kebijakan negara yang sama sekali tidak pro rakyat.

Ibaratnya begini baru saja dapat kenaikan gaji eh harga beras ikutan naik ya sama saja, akhirnya banyak orang yang memilih untuk menyerah dan menjadikan slow living ini sebagai pilihan karena tidak sanggup berlari lagi yang dikejar yakni kesejahteraan hidup tadi malah lari semakin jauh kedepan bisa stres lama-lama.

Nah sebelum stres mereka memutuskan melambat hidup slow living aja.

Urusan tekanan hidup itu memang butuh peran negara yang bisa ngasih jaminan kesejahteraan kepada masyarakat.

Islam mewajibkan negara hadir secara penuh mengurusi seluruh kemaslahatan umat, Islam mempunyai seperangkat aturan yang lengkap termasuk dalam hal ekonomi, politik, pemerintahan dan aspek hidup lainya.

Baca Juga: 17 Kumpulan Pepatah dan Kata Mutiara Jawa Kuno, Disertai dengan Maknanya

Dalam hal ekonomi Islam melarang penguasaan kekayaan umum oleh individu atau swasta Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "umat Islam itu berserikat atas air, api dan tanah"(HR.Abu Dawud dan Ahmad).

Apa yang jadi milik umum harus dikelola oleh negara dan segala hasilnya diberikan kepada rakyat dalam pemenuhan jaminan dasar bagi rakyat ya misal Kesehatan dan pendidikan itu bisa gratis dong.

Trus dari penguasaan kekayaan umum tadi negara akan bisa membuka lowongan kerja seluas-luasnya untuk warga negara dan tentu dengan sistem penggajian yang sepadan dengan apa dia kerjakan, negara tidak akan membiarkan rakyatnya ada yang nganggur atau bekerja tapi gajinya tidak sepadan agar setiap kepala keluarga yang mencari nafkah bisa memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

Selain itu kebijakan negara berlandaskan Islam termasuk dalam mengeluarkan kebijakan, apakah slow living ini bisa jadi solusi ya tentu saja tidak bisa, mungkin bisa jadi menyenangkan bagi mereka yang tergolong kedalam kelompok oligarki tadi slow living gaya Kukang terus rebahan dikamar tanpa ambisi apapun juga kesejahteraan tetap bakal dirasakan sama mereka.

Nah bagi masyarakat yang ekonominya di bawah ya jangan harap mau nyobain slow living, yang tidak slow living aja tidak akan pernah terjamin masa depannya karena kapitalisme masih diterapkan, selama itu pula kesejahteraan masyarakat tidak akan terjamin dan selama itu pula pilihan hidup apapun mau itu slow living, Kukang living atau apapun masyarakat akan tetap tertekan dan tidak sejahtera.

Ingat slow living itu bahaya kalau diterapkan dalam ketaatan, ya masa iya diajak taat cepat-cepat ke masjid tapi malah ogah-ogahan karena pakai konsep slow living ntar aja slow mau nikmatin hidup dulu gituh, waduh bahaya kalau begitu.

Baca Juga: Kumpulan Quotes Bijak dan Kata Mutiara Fiersa Besari Tentang Kehidupan dan Cinta

Jadi kuncinnya itu bukan slow living kaya Kukang tapi slow living dibawah kekuasaan Islam kafah sebab hanya dengan melaksanakan Islam secara kafah atau melaksanakan Islam secara sempurna Kesejahteraan dan kedamaian akan bisa diraih, hal ini karena sistem Islam mengurusi rakyat berdasarkan aturan yang berasal dari Allah SWT.

Ingat saat ini bukan saatnya slow living tapi harus berambisi untuk meraih kemuliaan dari Allah dengan memperjuangkan kembali kehidupan Islam, jangan slow living tapi mari berlari mencari ridho Allah sampai Allah ridho dan memberikan kemenangan.

Dengan cara terus belajar, dan ambisi untuk mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan dunia akhirat, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Youtube Muslimah Media Center

Tags

Terkini

Terpopuler