Kenapa Harga Beras Mahal? Ternyata Ini Penyebabnya

8 Maret 2024, 13:00 WIB
Ilustrasi terkait penyebab harga beras menjadi mahal. /Freepik/khwantima/

KABAR BANTEN - Banyak para pedagang pasar tradisional yang mengatakan bahwa kenaikan harga beras di yang terjadi belakangan ini merupakan harga beras paling tinggi dalam sejarah di masa pemerintahan tersebut.

Diketahui kenaikan harga beras sekarang ini tembus hingga Rp.18.000 per kilogram, dimana harga beras itu jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah.

Lantas hal apa saja penyebab yang membuat harga beras menjadi mahal saat ini?

Baca Juga: Harganya Masih Tinggi, Pemkot Serang Sebut Beras Jadi Pemicu Inflasi Daerah

Sebagaimana dikutip Kabar Banten melalui laman Instagram @bravevoyagers, berikut adalah beberapa alasan yang membuat harga beras jadi mahal.

1. Karena El Nino

El Nino merupakan suatu fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan airlaut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur lebih hangat dari biasanya

Dampak dari El Nino ini bisa beragam, mulai dari kekeringan, banjir, panas, pertumbuhan hama, dan lain-lain yang notabene bisa mengganggu pada produksi pertanian.

Pada kasus belakangan ini, memang musim tanam padi jadi mundur, yang seharusnya Bulan Oktober menjadi jadi November hingga Desember 2023.

Sehingga hal tersebut berdampak pada waktu musim panen raya yang sebelumnya diperkirakan para petani bisa panen di Bulan Maret 2024 menjadi Bulan April 2024.

Sehingga penundaan ini menyebabkan stok beras menurun dan membuat beras jadi langka yang pada akhirnya busa memicu pada kenaikan harga beras.

2. Karena harga beras Internasional juga sedang naik

Berdasarkan data dari Bank Dunia, bahwa harga rata-rata beras premium (broken rice 5%) dari Thailand bisa mencapai US$ 660 per ton.

Kenaikan harga beras tersebut naik sekitar 2,5 persen dari Bulan Desember 2023 ke Janiari 2024, dan melonjak 27,7 persen jika dibandingkan pada Bulan Januari 2023.

3. Karena biaya pengadaan yang naik

Anggaran atau biaya yang dikeluarkan untuk menambah biaya produksi merupakan masalah besar bagi para petani, seperti harga pupuk naiik atau mungkin langkanya pupuk di pasaran.

Selain itu kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM yang mengakibatkan biaya transportasi dan produksi lainnya jadi ikut naik.

Ini semua terjadi mulai akhir tahun lalu, ketika presiden Indonesia memutuskan menaikkan harga BBM pertalite pada tanggal 3 September 2022.

Dari harga yang sebelumnya hanya Rp 7.650 per liter, sekarang naik menjadi Rp 10.000 per liter, sehingga hal itu membuat biaya transpor menjadi naik.

Baca Juga: Bagaimana Ketahanan Pangan Indonesia, Kok Beras Bisa Mahal?

4. Karena permintaan (demand) beras menjelang momen tertentu biasanya tinggi

Mengikuti hukum dasar ekonomi, masalah supply-demand ketika demand suatu barang/jasa tinggi, apalagi ditambah supply-nya rendah, maka harga pun ikut naik.

Biasanya kenaikan harga beras ini menjelang momen tertentu seperti Imlek, Bulan Ramadan, bahkan Pemilu, saat menjelang Pemilu Pemerintah dan calon pejabat yang bagi-bagi bansos.

Sehingga hal itu bisa menguras stok beras, yang pada akhir stok supply beras jadi berkurang akibatnya dari semua itu membuat masalah besar.

5. Karena sistem politik pengelolaan pangan kapitalistik Neo-liberal

Mindset Kapitalis Oligarki inilah yang sering membuat pemerintah seolah-olah hanya jadi penengah dan penyedia fasilitas saja, seperti tidak bertanggung jawab secara langsung serta mengurusi rakyat.

Banyak urusan rakyat malah diserahkan ke koperasi, hingga pada akhirnya koperasi yang mengatur segala sesuatu sesuai kepentingan mereka.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), yakni Esther Sri Astuti mengatakan, bahwa dominasi pasar beras di dalam negeri lebih dikuasai oleh segelintir konglomerat, dengan alih-alih dikuasai oleh Negara lewat Perum Bulog.

"Karena beras dikuasai oleh 9 Naga, yang menurunkan harga berasharus melalui mereka". Pungkas beliau.

Saat ini lembaga negara seperti Bulog sudah berubah peranannya, semestinya mereka ada di tengah-tengah rakyat untuk membenarkan urusan makanan, namun sekarang sudah seperti bisnis.

Dalam hal ini Bulog dan BUMN lainnya saat ini tidak lagi hanya jadi perpanjangan tangan negara untuk mengurusi rakyat, tapi sudah seperti perusahaan biasa yang berlomba-lomba cari cuan bersama Koperasi Swasta.

Ini adalah paradigma bisnis yang membuat Bulog menjadi sungkan menyerap gabah dari petani, karena bisa merugikan mereka.

Mereka malah lebih memilih fokus pada bisnis karena lebih dianggap bisa menstabilkan harga beras.

Dalam urusan ekonomi, sistem kapitalisme dengan prinsip Pasar Bebas bisa membuat koperasi-koperasi besar yang bisa mengatur seluruh rantai usaha pertanian.

Mulai dari produksi, distribusi hingga konsumsi, bahkan termasuk impor, yang pada akibatnya mereka jadi bisa mengendalikan stok makanan, harga di pasar, hingga pada tingkat konsumsi orang- orang.

Jadi begitulah sistem politik yang ada sekarang ini lebih memilih bisnis ketimbang mengurusi rakyat .

Pemerintah menjadi lemah, lebih setia pada kepentingan Koperasi daripada kepentingan rakyatnya.

Baca Juga: Cara Memasak Nasi Agar Pulen Meski Pakai Beras Murah

Dampak tersebut bisa dilihat di pasar beras Indonesia, lebih dari 80 persen pasarnya dikuasai oleh segelintir pengusaha.

Sementara para pengusaha melalui Bulog hanya menguasai kurang dari 20 persen pasarnya.

Itulah penjelasan tentang beberapa hal yang menyebabakan harga beras naik saat ini semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Instagram @bravevoyagers

Tags

Terkini

Terpopuler